WartaBulukumba - Setelah Salat Ied usai maka suasana lebaran di Indonesia akrab dengan halalbihalal.
Dalam suasana lebaran, orang-orang dari jauh maupun dekat silih berganti mengetuk pintu maaf dan pintu rumah. Mereka kerabat dan sahabat maupun handai tolan.
Tradisi halalbihalal sejatinya lebih dari sekadar ritus keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan tradisi yang positif.
Baca Juga: Pancasila sebagai hikmah ada dalam Al Quran
Di dalamnya ada makna dan upaya terkait kemaslahatan bersama.
Lebaran usai, terbitlah halalbihalal dan begitu membumi semenjak masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Sejarah mencatat, tahun 1946, di pertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno mengundang KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) ke Istana Negara.
Baca Juga: SIM mati selama libur Lebaran bisa diperpanjang, ini rincian biayanya
KH Abdul Wahab Chasbullah dimintai pendapat oleh Presiden Soekarno ihwal cara mengatasi situasi politik Indonesia yang sedang'gaduh' saat itu.