Hari Tani Nasional 24 September di tengah kemarau: Menengok Bulukumba, natural farming dan tambang ilegal

24 September 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi gagal panen - Hari Tani Nasional 24 September: Bulukumba, pertanian alami dan /Pikiran-rakyat.com/ADE MAMAD

WartaBulukumba.Com - Momentum Hari Tani Nasional tepat menyapa saat berita kemarau yang getir menggetarkan tanah-tanah pertanian di Tanah Air. Aliran air sungai tetiba menyusut, sumur dan sumber air mengering, pematang-pematang sawah jadi rengkah, gagal panen di mana-mana, puso menyapa, dan ribuan jejak cerita pilu lainnya dari para petani di Indonesia.

Hari Tani Nasional diperingati saban 24 September setiap tahunnya. Di sana ada kisah-kisah perjuangan petani.

Ditakik dari laman Ditpsd.kemdikbud.go.id, salah satu hasil perjuangan petani di ruang regulasi adalah lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960 yang ditetapkan sebagai dasar hukum bagi penataan kekayaan Agraria Nasional.

Lahirnya UUPA bermakna besar untuk mewujudkan amanat Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan; "Bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat".

Baca Juga: Kampung iklim, Bank Sampah hingga wisata pendidikan pertanian alami bergerak dari Desa Salassae Bulukumba

Baca Juga: Lima mahasiswa Unismuh Makassar belajar pertanian alami pada petani Bulukumba di Desa Salassae

Perubahan iklim

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan fenomena perubahan iklim yang memanaskan suhu bumi telah memicu peningkatan cuaca ekstrem di Indonesia.  

Peneliti Ahli Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin mengatakan setiap wilayah merespons perubahan iklim dengan berbeda-beda, sehingga parameter apa yang paling sensitif berubah dan daerah mana yang paling sensitif adalah yang harus dipetakan.  

"Kami di BRIN melakukan kajian itu, sehingga pertama yang ingin kami lihat itu indikasinya kalau ada perubahan iklim, berarti ada perubahan pada pola musim dan pola cuaca, itu yang ingin kami deteksi, itu yang ingin kami kaji," terang Erma Yulihastin, dikutip dari Antara pada 3 April 2023.

Baca Juga: Menghirup Bulukumba dari Desa Salassae: Gerakan pertanian alami penuh cinta di alam permai

Baca Juga: 7 ide usaha kreatif yang cocok bagi generasi muda Bulukumba yang berbasis pertanian alami

Selain perubahan musim yang telah terjadi di Indonesia selama dua dekade terakhir, lanjut Erma, indikasi perubahan iklim juga dapat ditunjukkan dengan pola cuaca yang mengalami perubahan, karena tak lagi sesuai dengan tipe-tipe cuaca berdasarkan musim.

Ada gangguan cuaca skala sinoptik dalam rentang skala spasial ratusan hingga ribuan kilometer.   Selan itu, dampak merusak dari suatu kejadian ekstrem bersifat katastropik atau massal, dapat menelan korban ratusan bahkan ribuan jiwa.  Kajian yang dilakukan oleh tim di BRIN menunjukkan bahwa kejadian ekstrem mengalami peningkatan, karena faktor-faktor penyebabnya semakin intensif terjadi di Indonesia.

Studi tersebut menjelaskan tentang mekanisme terbentuknya cikal bakal bibit Siklon Seroja yang tumbuh dari badai vorteks intensif selama 10 hari di perairan Banda, dan berlanjut terus menjadi siklon Seroja dan menelan korban 181 orang meninggal di Flores, NTT, pada 4 April 2021.  

Mekanisme terbentuknya siklon Seroja ditunjukkan dalam studi dari tim di BRIN memiliki frekuensi selama dua tahun sekali. Hal ini cukup mengejutkan, karena studi sebelumnya mengonfirmasi peluang siklon terbentuk di dekat ekuator hanya 100 sampai 400 tahun sekali (Chang, 2003).  

Baca Juga: Gerakan natural farming di Bulukumba: Cara memanfaatkan lahan pekarangan rumah ala Kepala Desa Salassae

Dampak tambang ilegal terhadap pertanian

Selain perubahan iklim, dunia pertanian di Indonesia juga menghadapi masalah berat berupa maraknya tambang ilegal. Salah satu daerah yang ditemukan banyak tambang ilegal adalah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sangat banyak hasil studi ilmiah di dalam dan luar negeri yang menyimpulkan tambang ilegal, termasuk tambanggalian C, sangat merusak lingkungan dan lahan pertanian.

Dirangkum WartaBulukumba.Com dari berbagai riset akademis dalam bentuk jurnal ilmiah, berikut beberapa dampak nyata tambang ilegal yang signifikan terhadap pertanian.

1. Kerusakan lahan: Tambang ilegal seringkali mengakibatkan kerusakan lahan yang luas. Hal ini dapat mengurangi luas lahan yang tersedia untuk pertanian dan mengganggu produktivitas tanah.

2. Kontaminasi air: Proses penambangan ilegal seringkali melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida. Limbah ini dapat mencemari sumber air, termasuk sungai dan sumur air, yang digunakan untuk irigasi pertanian. Kontaminasi air dapat mengurangi kualitas tanah dan menghancurkan tanaman.

3. Deforestasi: Tambang ilegal seringkali menyebabkan deforestasi yang signifikan. Hutan yang ditebang untuk membuat akses ke area tambang dapat mengurangi keberlanjutan pertanian dan mengganggu ekosistem yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekologi.

4. Hilangnya keanekaragaman hayati: Tambang ilegal dapat menghancurkan habitat alami dan mengurangi keanekaragaman hayati. Hal ini dapat mengganggu polinasi tanaman dan mengurangi ketersediaan serangga dan hewan yang penting untuk pertanian.

5. Kerusakan Lingkungan: Tambang ilegal sering kali tidak mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku. Aktivitas penambangan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan erosi tanah, pencemaran air, dan kerusakan habitat alami. Hal ini dapat mengganggu ekosistem dan mengurangi produktivitas lahan pertanian.

6. Penurunan Kualitas Tanah: Tambang ilegal sering kali melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri atau sianida untuk mengekstraksi mineral. Limbah dari tambang ini dapat mencemari tanah, mengubah komposisi kimia tanah, dan mengurangi kesuburan. Tanah yang tercemar dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen.

7. Kelangkaan Sumber Air: Tambang ilegal sering kali menggunakan air dalam jumlah besar untuk kegiatan penambangan. Hal ini dapat mengakibatkan kelangkaan sumber air bagi pertanian di sekitarnya. Tanaman membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dengan baik, dan kelangkaan air dapat mengurangi produktivitas pertanian.

8. Konflik Lahan: Tambang ilegal sering kali terjadi di tanah yang seharusnya digunakan untuk pertanian. Konflik lahan dapat muncul antara petani dan penambang ilegal, mengganggu keberlanjutan pertanian dan menyebabkan ketidakstabilan sosial.

Bulukumba dan natural farming

 

Di tengah kemarau, dampak El Nino, perubahan iklim, hingga masalah tambang ilegal, kita boleh sesekali menengok sejumput harapan di salah satu sudut Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Desa Salassae di Kecamatan Bulukumpa adalah sebuah tempat di mana konsep pertanian alami atau natural farming telah berurat berakar. Di tengah desa yang terpencil, terletak kebun-kebun dirawat dengan penuh kasih sayang. 

Sudah bertahun-tahun petani Blukumba di desa ini menerapkan metode pertanian alami, melepaskan diri dari kebiasaan penggunaan bahan kimia yang merusak dan memilih jalan yang lebih sejalan dengan alam.

Perjalanan menuju desa ini adalah serupa juga perjalanan menuju masa lalu yang tak terjamah oleh modernitas. Jalan berliku dengan pemandangan indah dari ladang-ladang hijau dan kebun-kebun kecil menjulang di antara perbukitan.

Desa Salassae adalah tempat yang tenang, di mana para petani hidup berdampingan dengan alam, menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungannya.

Penerapan natural farming, atau pertanian alami, adalah suatu pendekatan yang melibatkan harmoni dengan alam, menghargai siklus hidup tanaman dan hewan, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alami.

Gito Sukamdani, Kepala Desa Salassae, berbicara dengan antusias tentang sistem natural farming yang telah diterapkan oleh petani di desanya selama bertahun-tahun.

"Sistem pertanian alami Insyaa Allah menjadi warisan berharga yang diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan sistem pengelolaan air dan tanpa penggunaan bahan kimia, Desa Salassae adalah bukti bahwa pertanian berkelanjutan adalah kunci keberhasilan masa depan," tuturnya saat diwawancarai WartaBulukumba.com pada Ahad, 21 Mei 2023 lalu.

Para petani di desa ini telah mengadopsi prinsip-prinsip ini dalam pekerjaannya sehari-hari.  Mereka menggabungkan konsep-konsep dari tradisi pertanian lokal dengan pengetahuan modern untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Desa Salassae adalah contoh nyata bagaimana pertanian alami dapat memberikan hasil yang luar biasa. Ladang-ladangnya penuh dengan berbagai macam tanaman yang tumbuh dengan subur dan sehat.

Beberapa petak ladang ditumbuhi padi, sementara yang lainnya ditanami sayuran hijau yang lezat. Di tengah-tengah perkebunan, terdapat kebun rimbun dengan pepohonan buah-buahan yang berlimpah. Bersamaan dengan penerapan metode pertanian alami, komunitas petani Salassae juga telah mengembangkan sistem pengelolaan air yang canggih.

Mereka memanfaatkan saluran irigasi tradisional untuk mengalirkan air ke ladang dengan tepat waktu dan dalam jumlah yang tepat. Hal ini memastikan bahwa tanaman tetap tercukupi kebutuhan airnya tanpa adanya pemborosan.

Keberhasilan petani Salassae tidak hanya terbatas pada produktivitas ladang mereka, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan sekitar. Kualitas tanah di desa ini telah meningkat seiring berjalannya waktu, dengan nutrisi yang terjaga dan keanekaragaman hayati yang semakin meningkat.

Inisiatif pertanian alami telah membantu mempertahankan kehidupan tanah dan mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia. Semakin banyak petani, mahasiswa dan petani yang tertarik untuk mengunjungi desa ini dan belajar dari pengalaman para petani Salassae.

Di Desa Salassae, pertanian alami adalah sebuah kisah tentang kesadaran dan kebijaksanaan, tentang manusia yang hidup dalam harmoni dengan alam, dan tentang sebuah masa depan yang berkelanjutan.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler