WartaBulukumba - Di bawah rintik hujan yang mengguyur, harapan tumbuh dari lumpur dan puing-puing. Kabupaten Bulukumba akan membangun kembali, menguatkan diri melawan ancaman alam. Langit yang masih mendung dan angin yang berhembus kencang tidak menyurutkan semangat tim penanganan bencana di Bulukumba.
Hari kedua pasca bencana, mereka kembali turun dengan semangat membara. Dalam koordinasi yang harmonis, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Bulukumba bersatu dalam sebuah tim terpadu.
Tidak hanya itu, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUTR) juga terlibat dalam upaya pemulihan. Mereka melakukan asesmen terhadap rumah-rumah yang retak akibat bencana, menentukan apakah masih layak ditinggali dan dapat diperbaiki.
Tidak tinggal diam, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf, mengambil tindakan cepat. Ia memerintahkan penurunan alat berat ekskavator untuk membuka dan memperbaiki akses jalan yang terhambat akibat longsor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan, Amson Padolo, memberikan laporan terkait kondisi di lapangan.
Titik langit gelap dipenuhi butiran air yang turun dengan deras, mengisi sudut-sudut langit dengan suara gemuruh pada hari Rabu.
Sergapan hujan menggelegar, membanjiri dan menggetarkan tiga kecamatan yaitu Ujung Loe, Herlang, dan Bontotiro.
Di Ujungloe, puluhan rumah dan masjid seakan tersapu oleh air yang mengganas. Tak hanya itu, tambak-tambak dan empang yang dijaga oleh warga meluap, menyapu seonggok kehidupan dalam arusnya yang kuat. Seekor sapi tak berdaya terbawa arus, menjadi lambang kesedihan yang mendalam.
Sementara itu tragedi yang terjadi di Desa Balong, bagian dari Kecamatan Ujungloe, sarana dan prasarana rusak berat, persawahan yang kering terdampak oleh air yang tak kenal ampun.
Baca Juga: Membaca Bulukumba dari Pantai Merpati: Favorit baru pegiat literasi menggelar lapak baca gratis
Bangunan pengarah yang menahan arus tiba-tiba roboh, menghancurkan harapan petani yang bergantung padanya.
Di Kecamatan Herlang, cerita tragis berlanjut. Rumah-rumah warga di Dusun Sappang, Desa Borong, tertimbun longsor.
Jalanan retak, talud yang hancur, jembatan yang merana, semuanya menjadi saksi bisu dari kekuatan tak terkendali alam. Lingkungan Dandea di Kelurahan Tanuntung juga tak luput dari amukan longsor, dengan jalanan yang tertimbun dan pecahan retakan yang membayang.
Dalam menghadapi malapetaka ini, Bulukumba beruntung karena tidak ada korban jiwa.***