Foto-foto perempuan pejuang Palestina ini begitu ikonik! Sebenarnya siapakah mereka?

- 15 Desember 2023, 01:14 WIB
Salah satu foto ikonik perlawanan perempuan Palestina terhadap tentara pendudukan Zionis 'Israel' di Tepi Barat.
Salah satu foto ikonik perlawanan perempuan Palestina terhadap tentara pendudukan Zionis 'Israel' di Tepi Barat. /Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

Awal mula gerakan Intifadah

Gerakan Intifadah adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah 'Israel' yang meletus dalam rentang waktu yang panjang di Tepi Barat dan Gaza. 

 
Seorang perempuan Palestina melemparkan batu ke kumpulan serdadu Zionis di TepiBarat//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA
Seorang perempuan Palestina melemparkan batu ke kumpulan serdadu Zionis di TepiBarat//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

Sejarah mencatat Intifadah pertama kali meletus pada 9 Desember 1987 dan berlangsung hingga 1993. Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Intifadah pertama dipicu oleh serangan tentara penjajah 'Israel' terhadap warga Palestina pada 8 Desember 1987. Intifadah berarti perlawanan dalam bahasa Arab. 

Intifadah kedua, atau Intifadah Al Aqsa, dimulai pada 30 September 2000. Intifadah kedua dipicu oleh kunjungan provokatif pemimpin oposisi 'Israel', Ariel Sharon, ke Kompleks Masjid Al Aqsa.
 
Seorang perempuan muda Palestina berjongkok mengamati pergerakan serdadu Zionis sebelum melemparkan batu//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA
Seorang perempuan muda Palestina berjongkok mengamati pergerakan serdadu Zionis sebelum melemparkan batu//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA
 
Secara detil, dampak dari gerakan Intifadah dapat kita selami dalam buku "The Intifada: Causes And Effects" yang ditulis Aryeh Shalev pada tahun 2019.
 
Tujuan dari hasil studi dalam buku ini adalah untuk menganalisis pemberontakan di wilayah Palestina yang ddiduduki penjajah 'Israel' serta menilai dampaknya untuk masa depan. Studi ini meneliti sebuah alternatif terhadap penggunaan kekuatan militer oleh 'Israel'—dengan membuka negosiasi antara Zionis dan Palestina.
 
Kita juga bisa memperluas cakrawala pemahaman mengapa Intifadah bisa berlangsung panjang, dengan membuka buku "The Intifada: A Message from Three Generations of Palestinians" terbit tahun 1988 oleh Knight Financial Services. Para penulis dalam buku ini adalah para perempuan yang tergabung dalam Arab Women's Association.
 
Lalu dalam perspektif sedikit berbeda, kita bisa menemukenali Intifadah melalui buku "Faith and the Intifada: Palestinian Christian Voices", yang terbit tahun 1992 oleh Orbis Books Original, yang dieditori Marc H. Ellis, Naim Stifan Ateek, dan Rosemary Radford Ruether.

Keterlibatan perempuan Palestina dalam gerakan perlawanan dimulai sejak 1970-an

Sosiolog Joos L Hiltermann dalam makalahnya yang berjudul "Gerakan Perempuan di Masa Perlawanan", terbit di Journal of Palestine Studies menyebutkan keterlibatan perempuan Palestina di masa perlawanan sudah terjadi sejak era 1970-an. Mereka turut dalam barisan demonstrasi, melempar batu ke tentara penjajah, hingga adu mulut dengan pasukan Zionis yang menangkap demonstran lain.

"Intifadah tak hanya mengguncang militer, tetapi juga revolusi generasi muda melawan tua, aktivis jalanan melawan otoritas politik, dan perempuan melawan posisi tradisional mereka dalam masyarakat patriarkal," tulis Hiltermann

Pada perkembangannya, gerakan perempuan berkembang hingga memecah Komite Kerja Perempuan yang ada menjadi empat kelompok dipengaruhi politik seperti loyalis Fatah, kalangan komunis, dan kalangan populis. Gerakan perlawanan perempuan pun kian berkembang. Kesejahteraan dan perlindungan menjadi salah satu tuntutan mereka.

Perempuan Palestina dengan dua batu pada masing-masing tangannya//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA
Perempuan Palestina dengan dua batu pada masing-masing tangannya//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

Intifadah bagi Palestina sangat bersejarah dan memilki dampak besar dalam gerakan perlawanan meraka di kemudian hari.
 
Referensi seperti "The Palestinian Strategic Report 2005-2007" yang disusun Mohsen Moh'd Saleh dan Basheer Musa Nafi' dan diterbitkan al-Zaytouna Centre for Studies & Consultations, bisa memberikan gambaran laporan strategis Palestina secara tahunan yang sangat akademis yang menilai situasi Palestina.
 
Laporan ini secara ketat mempelajari perkembangan berbagai aspek masalah Palestina, seperti urusan politik internal, perkembangan ekonomi, indikator demografis, sikap Arab, Islam, dan internasional, serta sikap dan kebijakan penjajah 'Israel', semuanya dalam konteks akademis yang terdokumentasi dengan baik yang didukung oleh data statistik terbaru.

Laporan ini adalah hasil dari kerja tim besar yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dan spesialis terafiliasi; editor, dan konsultan. Ini diterbitkan dalam bahasa Arab dan Inggris.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah