WartaBulukumba - Barak dan benteng yang kokoh luluh lantak. Kendaraan terlempar seperti mainan, terdampar di sawah-sawah yang seharusnya jauh dari pantai. Sebelumnya tanah bergetar akibat gempa di Bulukumba. Lalu tetiba tsunami datang menggulung diri dengan ganas dari samudra.
Gelombang tsunami tingginya mencapai 25 meter, menyapu pelabuhan Bulukumba dengan kekuatan yang mengejutkan. Daratan sejauh 350-450 meter tenggelam dalam air laut yang mengerikan. Gemuruh laut dan desiran gelombang menghancurkan segalanya yang berdiri di depannya. Bahkan menghancurkan desa-desa termasuk Terang-Terang dan Nipa-Nipa, hingga ke barat Bonthain (Bantaeng).
Bencana gempa bumi yang melanda wilayah Bulukumba pada 29 Desember 1820, berlangsung selama 4-5 menit yang terasa seperti masa yang tak berujung. Namun, dampak dari gempa ini jauh lebih dahsyat daripada yang bisa dibayangkan.
Namun, yang paling menyedihkan adalah korban jiwa yang harus merelakan nyawanya dalam tragedi ini. Sekitar 500 orang kehilangan nyawa mereka dalam kekuatan tak terduga dari gempa dan tsunami ini.
Lembaran sejarah tragedi bencana mengerikan tersebut terdokumentasi oleh para peneliti dan ahli geofisika melalui jurnal ilmiah dan literatur lainnya.
Salah satu data historis dan hasil penelitian itu dimuat di Jurnal Geofisika, Vol. 16, No. 01 (2018) yang diterbitkan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia.
Berdasarkan data historis, gempa bumi dengan magnitudo 7,5 pada tahun 1820 dan magnitudo 7,1 pada tahun 1927 merupakan peristiwa yang berpotensi tsunami.
Baca Juga: Menengok suasana Ramadhan di Bulukumba pada masa penjajahan Belanda