Alien dalam penjelasan Al Quran, literatur Islam, Iman Kristen dan pandangan filsuf

- 12 Februari 2023, 22:03 WIB
Ilustrasi pesawat alien - Alien dalam penjelasan Al Quran, literatur Islam, Iman Kristen dan pandangan filsuf
Ilustrasi pesawat alien - Alien dalam penjelasan Al Quran, literatur Islam, Iman Kristen dan pandangan filsuf /Pixabay/Willgard Krause

WartaBulukumba - Alien dalam Al Quran adalah sebuah ruang pembahasan istimewa sekaligus perdebatan ilmiah paling menarik sepanjang masa, setidaknya sejak 14 abad lalu saat Kitab Suci  ini diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk seluruh alam semesta.

Sebelum Al Quran turun, faktanya konsep alien sudah sangat tua melintasi banyak zaman. Bahkan jauh sebelum peradaban manusia mengenal pemahaman kosmos secara ilmiah, saat orang-orang di seluruh dunia mulai melihat ke langit dan bertanya-tanya 'apa' dan 'siapa' yang ada di luar sana.

Alien dalam Al Quran tentu saja  tidak dapat ditemukan dalam penjelasan tekstual yang menawarkan 'kepuasan' melainkan kian menumbuhkan dahaga penasaran para ilmuwan dan agamawan.

Baca Juga: Telusur jejak Saranjana kota gaib yang sangat maju! Versi lain sebut negeri Alien dan Atlantis

Meskipun tidak paralel dengan hasil valid penelitian sains, gagasan keberadaan entitas makhluk luar angkasa pada sebuah peradaban cerdas selain manusia di planet Bumi adalah tetap saja menyebutkan: 'kemungkinan besar kehidupan cerdas' di luar sana.

Menelusuri Eksistensi Alien dalam Berbagai Literatur Islam

Dalam sebuah buku berjudul "Sains dalam Al Quran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah" yang ditulis Dr. Nadiah Thayyarah, menurut pandangan Islam, memang benar adanya terkait makhluk asing yang hidup di luar Bumi.

Salah satu pembahasan menarik dalam buku itu adalah uraian tentang ayat 29 pada Surah Asy-Syuura. Surah tersebut menyimpan petunjuk adanya makhluk asing luar angkasa.

Kalimat "makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya (bumi dan langit)" merujuk pada entitas makhluk bumi yang diwakili oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, dan langit yang diyakini sebagai isyarat keberadaan makhluk angkasa luar atau alien.

Baca Juga: Alien ras Lyran, pengendara UFO yang paling dekat dengan gen manusia?

Isi dari Surah Asy-Syuura ayat 29 tersebut mengisyaratkan tentang adanya makhluk bergerak (melata) yang berada di bumi maupun langit di luar Bumi. Meskipun bukti ilmiah sejauh ini  belum bisa menerangkan secara jelas bahwa para makhluk asing tersebut pernah berkunjung ke planet kita. 

Dan segala apa yang ada di langit dan di bumi yaitu semua makhluk melata, dan para malaikat hanya bersujud kepada Allah. Dan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (An-Nahl: 49).

Dan Allah menciptakan semua makhluk melata dari air.” (An-Nur: 45).

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa ada makhluk lain yang berada di langit dan bumi. Pada bagian kelompok melata yang disebutkan, itu bukanlah malaikat. Lantaran menurut Al Quran, malaikat terbuat dari cahaya dan tidak berjalan di atas bumi.

Baca Juga: Benarkah Socotra yang disebut 'Pulau Alien' adalah tempat Dajjal dirantai saat ini?

"Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya".

Satu hal menarik yang bertaut dengan ekstraterrestrial, pada periode-periode pertama Islam, mayoritas pakar tafsir memahami sumpah-sumpah Al Quran hanya sebatas penegasan hukum atau penguat berita yang diceritakan dibalik kalimat sumpah tersebut.

Setelah dunia sains modern mengalami kemajuan sangat pesat, maka terungkap sedikit demi sedikit fakta-fakta yang telah ditegaskan dalam ayat-ayat sumpah dalam Al Quran.

Baca Juga: Ahli ini klaim akan bongkar asal usul UFO dalam bukunya

Secara keseluruhan,semua apa yang disumpahkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran merupakan fenomena-fenomena yang amat dahsyat dan amat vital dalam kehidupan alam semesta ini yang beberapa diantaranya telah nampak dan dapat dirasakan dengan menggunakan peralatan canggih yang merupakan suatu keseimbangan yang maha dahsyat dari Sang Maha Pencipta. 

Kita bisa pahami hal itu saat menelusuri pembahasan dalam buku berjudul "40 Sumpah Terdahsyat Dalam Al Quran" yang mengungkap rahasia ayat-ayat sumpah terdahsyat dalam Al Quran, ditulis oleh Muhammad Hatta al-Fattah, Lc. MA, diterbuitkan Mirqat pada 2012
 
Untuk bisa lebih melengkapi uraian itu, maka buku "Percikan Sains dalam Al Quran" yang ditulis
H. Bambang Pranggono, penerbit Khazanah Intelektual pada 2005, dapat menjadi referensi bagus.

 
 
Al Qur'an adalah kitab yang penuh inspirasi-inspirasi cerdas.Semakin digali dan diselami secara obyektif, semakin terbuka wawasan-wawasan baru dan hikmah-hikmah mengagumkan.
 
Seperti kata Ibnu Mas'ud RA: "Siapa yang mengingkan ilmu dari manusia di masa lalu dan masa depan, maka selamilah Al-Qur'an."

Salah satu bagian yang sangat hebat dari Al-Qur'an adalah dialog-dialognya. Di sana terdapat beragam tema dialog, pelaku,dan detail kisahnya. Namun sayangnya, dialog-dialog ini kurang digali secara serius. Padahal di dalamnya terdapat beribu-ribu rahasia memikat.

Buku berjudul "Rahasia Dialog dalam Al Quran" yang ditulis AM. Waskito, penerbit Pustaka Al-Kautsar, setidaknya bisa meneteskan air pada dahaga kita.
 
 
Menukik ke ruang matematika, buku berjudul "Misteri Angka Di Balik Al Quran" yang ditulis Mohammad Sondan Arfando, penerbit Prestasi Pustaka Raya tahun 2008, cukup menjadi literatur yang menghentak pemahaman kita.
 
Agak berbeda dari buku-buku di atas, tidak mengapa Anda bisa menggamit perspektif serupa tapi pendekatan berbeda dalam buku yang ditulis Mirza tahir Ahmad berjudul "Revelation, Rationality, Knowledge & Truth" menegaskan bahwa visi alam semesta yang dihadirkan Al Quran adalah kutub yang terpisah dari visi yang dimiliki oleh para filsuf dan orang bijak dari semua zaman yang lalu.

Dia menjelaskan, pada saat Al Quran diturunkan, astronomi Yunanilah yang mendominasi pikiran manusia di mana pun di dunia dan semua peradaban tampaknya telah dipengaruhi oleh hal yang sama.

Baca Juga: Menguak misteri Atlantis dan Lemurian, dua peradaban Alien yang pernah berjaya di Planet Bumi

Ternyata, konsep alam semesta ini menghilangkan kemungkinan adanya kehidupan di tempat lain.

Satu-satunya habitat kehidupan yang diketahui orang-orang pada zaman itu, adalah Bumi ini—digantung seperti yang mereka kira berada di tengah angkasa. Berlawanan dengan ini, Al Quran tidak mengakui keunikan bumi maupun keberadaannya yang tidak bergerak. 

"Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu."

Angka 'tujuh' dapat diperlakukan sebagai istilah khusus Al Quran dalam ayat ini dan banyak ayat serupa lainnya.

Baca Juga: William Cooper: Alien di balik konspirator yang mengendalikan dunia

Dengan demikian itu berarti bahwa alam semesta terdiri dari banyak unit langit, masing-masing dibagi menjadi kelompok tujuh (bilangan sempurna), masing-masing memiliki setidaknya satu bumi yang akan didukung oleh seluruh sistem langit (galaksi). Mengacu pada sistem tersebut secara umum, ayat yang lebih spesifik tentang keberadaan kehidupan di luar bumi berbunyi sebagai berikut:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan makhluk hidup (dabbah) apa saja yang dibentangkan-Nya pada keduanya."

Dikutip dari situs Big Think, dalam buku "Extraterrestrials", penulis sains dan teknologi Wade Roush menelusuri sejarah spekulasi alien selama hampir dua setengah milenium.

Sejarah ini dimulai dengan orang Yunani kuno dan berlanjut hingga ekspedisi penjelajah Mars terbaru. Sepanjang jalan, Roush mengilustrasikan bagaimana dunia tempat kita hidup membentuk cara kita memahami dunia yang mungkin ada di luar angkasa.

Baca Juga: Mengapa banyak UFO bisa jatuh? Inilah daftar 32 lokasi kecelakaan pesawat Alien dan penjelasannya

Pengaruh Pandangan Filsuf 

Sejarah spekulasi alien bukan hanya sejarah sains, tapi juga sejarah agama dan budaya populer. Meskipun Plato dan Aristoteles hidup di dunia pra-Kristen, gagasan mereka tentang alam semesta membantu membentuk doktrin iman Kristen.

Selama Abad Pertengahan, kepercayaan ini menyatakan bahwa Bumi diciptakan oleh Tuhan sebagai pusat alam semesta. Kisah tentang Yesus Kristus, yang mengorbankan dirinya untuk menghapus dosa manusia, membangun kembali umat manusia sebagai ciptaan yang paling penting. Jika dunia lain ada, mereka tidak mungkin dihuni. Karena jika demikian, ini secara otomatis akan mengurangi makna penyaliban.

Dominasi ini terus berlanjut hingga zaman Copernicus. Dipercaya secara universal bahwa langit terdiri dari lapisan demi lapisan dari bahan plastik transparan, bertatahkan benda-benda langit cerah yang kita kenal sebagai bintang. Untuk lebih spesifik, berikut ini adalah jumlah total dari seluruh pengetahuan orang-orang pada zaman itu:

Bumi terdiri dari massa debu, batu, air, udara dan mineral. Itu adalah massa yang diam, dengan permukaan yang hampir datar tidak berputar di sekitar dirinya sendiri atau berputar di sekitar benda langit lainnya.

Baca Juga: Alien abduction, sejumlah kisah penculikan yang dilakukan awak pesawat UFO

Bumi menempati posisi unik di kosmos, yang tidak ada di tempat lain di luar angkasa. Itu tetap dan diam di tambatannya sementara Surga terus-menerus berputar mengelilinginya.

Doktrin Gereja tidak menghentikan polymath Polandia Nicolaus Copernicus dari menulis On the Revolution of the Celestial Spheres, tetapi mereka mencegahnya untuk menerbitkannya.

Buku tersebut, yang tidak dirilis sampai kematiannya pada tahun 1543, memetakan sistem antarplanet yang diatur bukan di sekitar Bumi melainkan matahari.

Model "heliosentris" ini menjelaskan fenomena yang tidak pernah dapat dijelaskan oleh model Aristoteles, termasuk gerak mundur. Itu juga menghadapkan pembaca Copernicus, seperti yang dikatakan Roush, "dengan gagasan bahwa kita hidup di planet yang sama seperti yang lain."

Biarawan Dominikan, ahli matematika, dan ahli teori kosmologi Giordano Bruno tidak menunggu sampai kematiannya untuk membagikan idenya tentang alam semesta. Dalam tiga dialog, yang diterbitkan antara tahun 1584 dan 1591, Bruno berspekulasi bahwa beberapa bintang jauh mungkin juga matahari, bahwa matahari-matahari ini diorbit oleh planet-planetnya sendiri, dan, yang tak kalah pentingnya, beberapa dari planet-planet ini mungkin dihuni oleh kehidupan. mirip dengan Bumi.

Meskipun pandangan itu mungkin mengganggu Gereja, minat Bruno pada sihir dan okultisme mungkin yang mengakibatkan penangkapannya pada tahun 1592. Menolak untuk menarik kembali, dia dibakar di tiang pancang setelah tujuh tahun dipenjara dan disiksa.***

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x