Lontara: cara mengeja Bulukumba dan membaca Sulawesi Selatan dari pojok sejarah

- 28 Oktober 2021, 13:00 WIB
Lontara Bulukumba
Lontara Bulukumba /Foto Dok. Zulengka Tangallilia

WartaBulukumba - Menceburkan diri ke dalam penelusuran sejarah sebagian besar ditentukan oleh seberapa banyak generasi membaca manuskrip dari masa silam, termasuk lontara.

Salah satu literatur yang bisa membantu kita memahami betapa lontara menjadi rujukan penting yaitu buku berjudul Lontara Sebagai Sumber Sedjarah Hukum Adat Bugis Makassar, ditulis oleh Prof. Dr.A. Zainal Abidin Farid, SH, seorang ahli hukum dan juga ahi sejarah yang penelitiannya berupa hak asasi manusia yang sudah dikenal di daerah Wajo sebelum Niccolai Marchiavelli yang di abad yang sama.

Ia meneliti melalui lontara dan menemukan konsepsi kekuasaan di Wajo pada abad XV sudah mengenal hak asasi manusia.

Secara umum di ruang ilmu pengetahuan, para ahli meyakini bahwa aksara lontara telah lazim digunakan sebelum Sulawesi Selatan mendapat pengaruh Islam yang pada sekitar abad 16 M, atau jauh sebelum itu.

Baca Juga: Refleksi Sumpah Pemuda dan perjuangan Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bulukumba

Ada fakta bahwa aksara lontara menggunakan dasar sistem abugida Indik ketimbang huruf Arab yang menjadi lumrah di Sulawesi Selatan.

Aksara ini berakar pada aksara Brahmi dari India selatan, kemungkinan dibawa ke Bumi Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.

Kesamaan grafis aksara-aksara Sumatra Selatan seperti aksara Rejang dengan aksara Lontara membuat beberapa ahli mengusulkan keterkaitan antara kedua aksara tersebut.

Dalam masyarakat Sulawesi Selatan pra-kemerdekaan, aksara Lontara kerap digunakan dalam sejumlah tradisi teks yang berhubungan, sebagian besarnya dalam bentuk manuskrip atau naskah kertas.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x