Sejarah Intifadah: Ketika perempuan Palestina melawan tank Zionis dengan lemparan batu dan ketapel

21 Desember 2023, 20:04 WIB
Seorang perempuan Palestina melemparkan batu ke kumpulan serdadu Zionis di TepiBarat /Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

WartaBulukumba.Com - Di tengah debu dan gas air mata, tak ada yang lebih ikonik dari gerakan perlawanan Palestina dalam masa Intifadah selain para perempuan Palestina yang melawan tank-tank Zionis dengan lemparan batu dan ketapel!

Mereka melangkah dengan keanggunan bersama para pria Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem. Sesekali, mereka tersenyum, membawa harapan di tengah kehancuran.

Tahukah Anda? Para perempuan Palestina itu datang dari dua generasi bahkan lebih. Sebagian besar dari mereka merupakan ibu dari anak-anak dan remaja yang hari ini sebagian besar sudah syahid akibat genosida penjajah 'Israel' di Gaza dan Tepi Barat.

Baca Juga: Fenomenal secara global! Siapakah sebenarnya Abu Ubaidah?

Mereka dari generasi lainnya adalah ibu-ibu yang melahirkan para mujahidin yang sekarang menjadi pejuang di Brigade Al Qassam (Hamas), Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam), Brigade Syuhada Al Aqsa (Fatah), Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP), Brigade Jenin, dan milisi-milisi lainnya.

Saat masih belia, mereka ikut melemparkan batu-batu sekuat tenaga ke kumpulan serdadu dan tank Zionis. Beberapa menarik ketapel dan tali pelontar, merayakan keberanian tanpa batas untuk sebuah ekspresi pembebasan dan kemerdekaan. Dalam momen-momen itulah, kecantikan mereka sungguh terlihat, tidak hanya dalam wajah-wajah yang muda dan anggun, tetapi dalam semangat yang sulit dicari tandingannya di belahan Bumi manapun.

 

Sejumlah foto ikonik pun menyebar secara global, terutama di tahun 2018. Salah satu fotografer bernama Abed Al Hashlamoun dari EPA berhasil mendokumentasikan beberapa aksi perempuan Palestina pada beberapa bentrokan dalam Intifadah.

Masyarakat global di dunia maya banyak menyimpannya secara digital karena dianggap menyimbolkan keberanian dan semangat merebut kemerdekaan. Pun sebagai ikon perlawanan dan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Selain, tentu saja, para perempuan Palestna dalam foto-foto ikonik itu memang cantik.

Baca Juga: Apa perbedaan mendasar antara Hamas dengan Jihad Islam?

Sejarah Intifadah

Gerakan Intifadah adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah 'Israel' yang meletus dalam rentang waktu yang panjang di Tepi Barat dan Gaza. 

Sejarah mencatat Intifadah pertama kali meletus pada 9 Desember 1987 dan berlangsung hingga 1993. Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

 

Intifadah pertama dipicu oleh serangan tentara penjajah 'Israel' terhadap warga Palestina pada 8 Desember 1987. Intifadah berarti perlawanan dalam bahasa Arab. 

Baca Juga: Selain Al Qasssam Hamas inilah Brigade Jenin yang paling ditakuti Zionis di Tepi Barat

Intifadah kedua, atau Intifadah Al Aqsa, dimulai pada 30 September 2000. Intifadah kedua dipicu oleh kunjungan provokatif pemimpin oposisi 'Israel', Ariel Sharon, ke Kompleks Masjid Al Aqsa.
 
Secara detil, dampak dari gerakan Intifadah dapat kita selami dalam buku "The Intifada: Causes And Effects" yang ditulis Aryeh Shalev pada tahun 2019.
 
Tujuan dari hasil studi dalam buku ini adalah untuk menganalisis pemberontakan di wilayah Palestina yang ddiduduki penjajah 'Israel' serta menilai dampaknya untuk masa depan. Studi ini meneliti sebuah alternatif terhadap penggunaan kekuatan militer oleh 'Israel'—dengan membuka negosiasi antara Zionis dan Palestina.
 
Kita juga bisa memperluas cakrawala pemahaman mengapa Intifadah bisa berlangsung panjang, dengan membuka buku "The Intifada: A Message from Three Generations of Palestinians" terbit tahun 1988 oleh Knight Financial Services. Para penulis dalam buku ini adalah para perempuan yang tergabung dalam Arab Women's Association.
 
Kemudian, dalam perspektif sedikit berbeda, kita bisa menemukenali Intifadah melalui buku "Faith and the Intifada: Palestinian Christian Voices", yang terbit tahun 1992 oleh Orbis Books Original, yang dieditori Marc H. Ellis, Naim Stifan Ateek, dan Rosemary Radford Ruether.

Perempuan Palestina sudah terlibat gerakan perlawanan sejak 1970-an

 

Sosiolog Joos L Hiltermann dalam makalahnya yang berjudul "Gerakan Perempuan di Masa Perlawanan", terbit di Journal of Palestine Studies menyebutkan keterlibatan perempuan Palestina di masa perlawanan sudah terjadi sejak era 1970-an. Mereka turut dalam barisan demonstrasi, melempar batu ke tentara penjajah, hingga adu mulut dengan pasukan Zionis yang menangkap demonstran lain.

"Intifadah tak hanya mengguncang militer, tetapi juga revolusi generasi muda melawan tua, aktivis jalanan melawan otoritas politik, dan perempuan melawan posisi tradisional mereka dalam masyarakat patriarkal," tulis Hiltermann

Dalam perkembangannya, gerakan perempuan berkembang hingga memecah Komite Kerja Perempuan yang ada menjadi empat kelompok dipengaruhi politik seperti loyalis Fatah, kalangan komunis, dan kalangan populis. Gerakan perlawanan perempuan pun kian berkembang. Kesejahteraan dan perlindungan menjadi salah satu tuntutan mereka.

Intifadah bagi Palestina sangat bersejarah dan memilki dampak besar dalam gerakan perlawanan meraka di kemudian hari.
 
Referensi lainnya seperti "The Palestinian Strategic Report 2005-2007" yang disusun Mohsen Moh'd Saleh dan Basheer Musa Nafi' dan diterbitkan al-Zaytouna Centre for Studies & Consultations, bisa memberikan gambaran laporan strategis Palestina secara tahunan yang sangat akademis yang menilai situasi Palestina.
 
Laporan ini secara ketat mempelajari perkembangan berbagai aspek masalah Palestina, seperti urusan politik internal, perkembangan ekonomi, indikator demografis, sikap Arab, Islam, dan internasional, serta sikap dan kebijakan penjajah 'Israel', semuanya dalam konteks akademis yang terdokumentasi dengan baik yang didukung oleh data statistik terbaru.***

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler