WartaBulukumba.Com - Di tengah debu dan gas air mata, tak ada yang lebih ikonik dari gerakan perlawanan Palestina dalam masa Intifadah selain para perempuan Palestina yang melawan tank-tank Zionis dengan lemparan batu dan ketapel!
Mereka melangkah dengan keanggunan bersama para pria Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem. Sesekali, mereka tersenyum, membawa harapan di tengah kehancuran.
Tahukah Anda? Para perempuan Palestina itu datang dari dua generasi bahkan lebih. Sebagian besar dari mereka merupakan ibu dari anak-anak dan remaja yang hari ini sebagian besar sudah syahid akibat genosida penjajah 'Israel' di Gaza dan Tepi Barat.
Baca Juga: Fenomenal secara global! Siapakah sebenarnya Abu Ubaidah?
Mereka dari generasi lainnya adalah ibu-ibu yang melahirkan para mujahidin yang sekarang menjadi pejuang di Brigade Al Qassam (Hamas), Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam), Brigade Syuhada Al Aqsa (Fatah), Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP), Brigade Jenin, dan milisi-milisi lainnya.
Saat masih belia, mereka ikut melemparkan batu-batu sekuat tenaga ke kumpulan serdadu dan tank Zionis. Beberapa menarik ketapel dan tali pelontar, merayakan keberanian tanpa batas untuk sebuah ekspresi pembebasan dan kemerdekaan. Dalam momen-momen itulah, kecantikan mereka sungguh terlihat, tidak hanya dalam wajah-wajah yang muda dan anggun, tetapi dalam semangat yang sulit dicari tandingannya di belahan Bumi manapun.
Sejumlah foto ikonik pun menyebar secara global, terutama di tahun 2018. Salah satu fotografer bernama Abed Al Hashlamoun dari EPA berhasil mendokumentasikan beberapa aksi perempuan Palestina pada beberapa bentrokan dalam Intifadah.
Masyarakat global di dunia maya banyak menyimpannya secara digital karena dianggap menyimbolkan keberanian dan semangat merebut kemerdekaan. Pun sebagai ikon perlawanan dan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Selain, tentu saja, para perempuan Palestna dalam foto-foto ikonik itu memang cantik.
Baca Juga: Apa perbedaan mendasar antara Hamas dengan Jihad Islam?
Sejarah Intifadah
Gerakan Intifadah adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah 'Israel' yang meletus dalam rentang waktu yang panjang di Tepi Barat dan Gaza.
Sejarah mencatat Intifadah pertama kali meletus pada 9 Desember 1987 dan berlangsung hingga 1993. Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Intifadah pertama dipicu oleh serangan tentara penjajah 'Israel' terhadap warga Palestina pada 8 Desember 1987. Intifadah berarti perlawanan dalam bahasa Arab.
Baca Juga: Selain Al Qasssam Hamas inilah Brigade Jenin yang paling ditakuti Zionis di Tepi Barat
Sosiolog Joos L Hiltermann dalam makalahnya yang berjudul "Gerakan Perempuan di Masa Perlawanan", terbit di Journal of Palestine Studies menyebutkan keterlibatan perempuan Palestina di masa perlawanan sudah terjadi sejak era 1970-an. Mereka turut dalam barisan demonstrasi, melempar batu ke tentara penjajah, hingga adu mulut dengan pasukan Zionis yang menangkap demonstran lain.
"Intifadah tak hanya mengguncang militer, tetapi juga revolusi generasi muda melawan tua, aktivis jalanan melawan otoritas politik, dan perempuan melawan posisi tradisional mereka dalam masyarakat patriarkal," tulis Hiltermann
Dalam perkembangannya, gerakan perempuan berkembang hingga memecah Komite Kerja Perempuan yang ada menjadi empat kelompok dipengaruhi politik seperti loyalis Fatah, kalangan komunis, dan kalangan populis. Gerakan perlawanan perempuan pun kian berkembang. Kesejahteraan dan perlindungan menjadi salah satu tuntutan mereka.