Sejarah Idul Adha selain kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS

20 Juli 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi sejarah Idul Adha. /Pixabay

WartaBulukumba - Pada pengembaraan terhadap literatur sejarah Idul Adha maka lebih dari tentang tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan mesti dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang menunaikan Haji.

Ihwal sejarah Idul Adha jauh sebelum Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Menukik pada sejarah Nabi Adam AS yang menghamparkan kurban untuk pertama kalinya sebagamana disebutkan dalam kisah Qabil dan Habil, putra Nabi Adam AS.

Kisah kurban pertama kali dalam sejarah adalah kurban yang dilakukan oleh anak Nabi Adam AS, Qabil dan Habil.

Baca Juga: Siti Fadilah Supari enggan sebut siapa dalang di balik Covid-19

Sejak dulu perayaan Idul Adha berpusat di sebuah desa kecil yang kini sudah menjadi kota besar di Arab Saudi yang bernama Mina, tidak jauh dari kota Mekkah.

Dikutip dari buku 'Kisah Para Nabi' oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa Qabil memiliki saudara perempuan, Iqlima, yang memiliki paras cantik.

Sementara itu, Habil memiliki saudara perempuan juga, Labuda, yang parasnya tak secantik Iqlima. Menurut tradisi yang ada kala itu, Qabil harus menikahi Labuda, sementara Habil menikahi Iqlima.

Baca Juga: Babah Alun marah ada kartel krematorium jenazah korban Covid-19 pasang tarif Rp80 juta

Qabil tidak terima dan menuduh ayahnya, Nabi Adam AS bahwa tradisi tersebut merupakan ciptaannya, bukan perintah Allah SWT.

Untuk menyelesaikan masalah ini, Nabi Adam memerintahkan kedua putranya untuk berkurban, yang diterima kurbannya akan menikahi Iqlima.

Habil mengurbankan kambing yang sangat gemuk, sementara Qabil mengurbankan tanamannya yang buruk. Wallhasil, kurban Habil-lah yang diterima Allah SWT.

Baca Juga: Sebanyak 1.342 hewan kurban dari masyarakat Kabupaten Bulukumba pada Idul Adha 1442 H

Qabil yang tidak terima kenyataan itu pun membunuh Habil dengan cara memukul kepalanya. Kisah ini menjadi kisah pembunuhan pertama sekaligus pelaksanaan kurban pertama dalam Islam.

Kata qurban berasal dari bahasa Arab 'qurban' dari akar kata qaraba, yaqrabu, yang berarti pendekatan.

Mengutip buku berjudul "Rahasia & Keutamaan Hari Jumat" oleh Komarudin Ibnu Mikam, berqurban berarti melakukan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Baca Juga: Max Verstappen kecelakaan, Facebook menghapus komentar rasis terhadap Lewis Hamilton

Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian dialihkan oleh-Nya dengan domba.

Pada hari raya ini, umat Islam bersama-sama menjadi satu kelompokan pada pagi hari dan melaksanakan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri.

Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.

Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa untuk umat Islam.

Sebagaimana penuturan Al-Hasan bin Ali, "Rasulullah SAW memerintahkan kami dalam Idain (Idul Fitri dan Idul Adha) agar memakai pakaian terbagus yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami miliki, dan berqurban pada hari raya Idul Adha dengan binatang qurban termahal dari apa yang kami miliki." (HR. Al-Hakim).

Perintah berqurban sendiri berkaitan dengan kisah ketulusan dan totalitas dalam berqurban di dalam mengarungi kehidupan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail.

Kala itu, Ibrahim telah berusia senja dan Ismail mencapai usia remaja. Dikisahkan, Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail. Mimpi tersebut merupakan bagian dari wahyu Allah.

Ketika terbangun, Ibrahim merasakan kesedihan yang mendalam. Sebab, setelah sekian lama terpisah dengan sang buah hati, dia harus mengorbankan anaknya.

Allah hendak menguji sejauh mana keta'atan Nabi Ibrahim. Sebagai seorang hamba yang beriman dan taat kepada Allah, dia harus melaksanakan perintah Allah. Ibrahim kemudian mendatangi Nabi Ismail dan meminta pendapatnya.

Rupanya, jawaban dari Nabi Ismail sungguh luar biasa. Nabi Ismail justru meminta ayahnya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Ismail berkata demikian, "Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah." (QS. Ash-Shaffat:102)

Nabi Ibrahim lantas menangis haru mendengar penuturan anaknya. Ibrahim pun dengan ikhlas dan sungguh-sungguh melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Namun ketika hendak dilaksanakan, Allah membolehkannya menggantinya dengan binatang domba.

Dengan demikian, Ibrahim dan Ismail telah berhasil melewati ujian keimanan tersebut. Domba yang menjadi pengganti Nabi Ismail untuk disembelih itu menjadi asal mula melakukan ibadah qurban pada Idul Adha.

Hukum melaksanakan qurban adalah wajib bagi orang yang mampu atau memiliki keluasan rezeki untuk berqurban. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah Al-Kautsar ayat 1-2, "Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah."

Hari Raya Qurban ini diperintahkan selama 4 hari, yakni sejak maghrib pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai hari raya 'Id (10 Dzulhijjah), disambung 3 hari tasyrik.***

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler