Mana yang tepat? Istilah 'Bumi Panritalopi' atau 'Butta Panrita Lopi'?

10 Maret 2021, 19:33 WIB
Buku Inspiring Bulukumba karya Alfian Nawawi. /Nurfathana S/WartaBulukumba/Nurfathana S

WartaBulukumba - Inspiring Bulukumba adalah setumpuk kehidupan yang dimuat dengan mencurahkan kisah para tokoh penting di Bulukumba.

Buku ini menghanyutkan jiwa yang kemudian membuahkan perasaan untuk lebih memilih berenang dalam wadah inspirasi yang menggenang di Bumi Panritalopi.

Menariknya, sebelum jauh dan menyelam lebih dalam, pembaca dihadang oleh kalimat yang mencengangkan dan melahirkan energi penasaran.

Baca Juga: Dulu tidak direspon pemerintah desa, kini kebun buah naga ini kewalahan melayani permintaan luar negeri

"Inspiring Bulukumba adalah buku pertama yang menuliskan istilah  'Bumi Panritalopi' dengan cara penulisan yang benar," seperti dnukil dari 'Pengantar Penyunting' sang editor Sri Ulfanita, dalam buku yang berhasil merekam 31 jejak tokoh inspiratif di Bumi Panritalopi tersebut (halaman 3).

Pengantar penyunting tak lupa menorehkan nama pencetus istilah 'Bumi Panritalopi' yang merupakan salah satu tokoh masyarakat dan seniman di Ara, Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

"Jafar Palawang adalah orang yang pertama kali menggagas dan mencetuskan istilah 'Bumi Panritalopi," tulisnya.

Baca Juga: Bagaimana cara akrab dengan Al Qur'an di era digital? Simak penjelasan Ustad Ahmad Rafi

Menurut Jafar Palawang, cara penulisan 'Butta Panrita Lopi' yang dilakukan pemerintah dan media dan lain-lainnya selama ini di mana 'Panrita' dan 'lopi' ditulis secara terpisah itu merupakan kekeliruan besar.

Gramatika Bahasa Bugis tidak sama dengan gramatika yang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Sebagaimana halnya banyak kekeliruan pada kata yang perlu disempurnakan dalam KBBI. Semisal kata 'Ramadhan' yang lebih tepat jika mengacu pada bahasa asalnya, Arab, dibandingkan harus menggunakan kata 'Ramadan' tanpa huruf 'h' sesuai KBBI.

Butta berarti "tanah, wilayah, daerah" yang merujuk suatu lokasi tertentu. Sementara kata 'Bumi' merujuk pada filosofi dan histori di mana nenek moyang pengrajin dan pelaut Bugis Makassar memaknainya sebagai sebuah planet dan dunia yang utuh. Sebab sejatinya istilah Bumi Panritalopi lahir dari penggalian nilai histori dan filosofi yang jauh lebih dulu ada dibandingkan KBBI.

Baca Juga: Pelecehan daring terhadap anak meningkat di Kamboja

Itu salah satu pijakan mengapa mereka berani berlayar sampai jauh mengembara ke samudera yang tanpa batas lintas geografi.

Jafar Palawang mengungkapkan hal itu dalam sebuah momen pentas seni di Kecamatan Bontobahari, pada tahun 2013 silam. Sebagaimana penuturan Alfian Nawawi, belum lama ini.

Hal itu mengacu pada ingatan penulis buku Inspiring Bulukumba, Alfian Nawawi, yang saat ini menjabat pimred Wartabulukumba.pikiran-rakyat.com yang juga sempat hadir saat itu bersama beberapa penulis Bulukumba lainnya. Salah satu di antaranya yakni Andhika Mappasomba. Di momen tersebut juga hadir beberapa aktivis seperti Iwan Salassa, Kahar Mappasomba, dan sederet lagi lainnya.

Baca Juga: Perusahaan baterai mobil listrik Swedia, Northvolt membeli startup AS, Cuberg

Menukik pada kata 'Panrita' dan 'lopi' yang semestinya bersambung menurut versi pencetusnya, Jafar Palawang, WartaBulukumba mencoba mengulik lebih dalam.

Menurut Alfian Nawawi, persoalan gramatika sebenarnya tidak sesempit yang kita bayangkan terkait pakem-pakemnya.

"Gramatika itu juga terdiri dari diakronis yakni tata bahasa yang meliputi berbagai zaman dalam perkembangan satu bahasa. Namun gramatika pun harus melibatkan sinkronis yakni tata bahasa yang hanya meliputi satu zaman tertentu dari satu bahasa, jadi menurut saya, penjelasan Bapak Jafar Palawang itu sangat ilmiah dari segi tata bahasa dan dapat diterima dengan sangat logis, bersambungnya kata 'Panrita' dan 'lopi' itu memenuhi syarat dari unsur sinkronis," urainya.

Baca Juga: Pertama kali terlihat di atas Bumi sebuah 'badai antariksa'

Buku Inspiring Bulukumba diterbitkan oleh Penerbit Mafazamedia pada tahun 2014 silam. Buku ini memuat kumpulan biografi 31 sosok inspiratif di Bumi Panritalopi.

Buku ini dtulis oleh Alfian Nawawi setelah melakukan riset selama dua tahun lebih. Dikemas dengan gaya penulisan jurnalistik sastra dan dikomparasikan dengan catatan parsial sejarah.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler