WartaBulukumba.Com - Di antara riuhnya taman bermain, ada satu anak yang selalu menari di tepiannya. Khayalan-khayalan tak terikat membawanya menjelajahi dunianya sendiri, terpisah dari keramaian. Matanya berbinar, membayangkan petualangan di balik setiap sudut. Namun, di balik pesonanya yang tak terduga, tersembunyi kegelisahan tak terucapkan dan impuls yang tak terbendung. Benarkah itu gejala ADHD?
Dia adalah si pemimpi liar, terjebak dalam dunianya sendiri, terpisah oleh gerbang tak kasat mata. Hanya dengan penuh pengertian dan cinta, dia dapat menemukan kedamaian di antara badai yang tak terlihat itu.
Mengutip Mayo Clinic, gejala ADHD pada beberapa orang dapat berkurang seiring bertambahnya usia, tetapi beberapa orang dewasa masih mengalami gejala utama yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Baca Juga: Harmoni tubuh dan jiwa: Kesehatan dalam cahaya puasa
Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara lain faktor genetik dan lingkungan.
ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.
Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.
Baca Juga: Menjaga kesehatan selama menjalankan puasa Ramadhan: Nutrisi penting saat sahur dan berbuka
Penanganan ADHD
Mengutip Alodokter, penanganan ADHD bisa dengan obat-obatan atau psikoterapi. Perlu diketahui bahwa orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga membutuhkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD.