Tekanan dari masyarakat internasional terus bertambah, dengan banyak yang berharap agar Israel penjajah mau menerima kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden Joe Biden.
Namun, di sisi lain, keinginan untuk mempertahankan pijakan keamanan di Jalur Gaza tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintah Israel penjajah.
Baca Juga: Tentara AS terlibat langsung membantai 210 warga Palestina di Nuseirat?
Selasa pagi, tentara Israel penjajah melancarkan serangan terhadap personel keamanan sipil yang sedang bertugas di Rafah, menewaskan delapan orang.
Serangan menggunakan quadcopter dan artileri menghantam keluarga-keluarga yang tinggal di lingkungan Al Zytoun di tenggara Kota Gaza, menambah panjang daftar korban dan kerusakan yang terjadi.
Di Tepi Barat, situasi tidak jauh berbeda. Massa pemukim ilegal menyerang ambulans yang sedang membawa orang-orang Palestina yang terluka ke rumah sakit di kota Deir Dibwan, memperparah kondisi yang sudah memprihatinkan.
Kekerasan ini menciptakan rasa ketidakamanan yang mendalam bagi warga Palestina yang telah kehilangan banyak hal dalam hidup mereka.
Idul Adha, yang seharusnya menjadi hari penuh kebahagiaan, berubah menjadi potret duka di Gaza. Di saat tempat lain di dunia merayakan dengan meriah, masyarakat Gaza harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan dan kelaparan.
Hari raya yang biasanya dirayakan dengan keluarga dan makanan lezat, kini hanya diisi dengan tangisan dan kehilangan.
Kisah sepotong apel yang menyegarkan di tengah kelaparan atau keinginan sederhana untuk melihat anak-anak bermain menjadi pengingat bahwa di tengah segala penderitaan, masih ada secercah harapan yang bisa menyinari kegelapan.