AS tambah bantuan 50 jet tempur F-15 senilai Rp270 triliun untuk melanjutkan genosida di Gaza

- 18 Juni 2024, 19:56 WIB
Jet tempur F-15
Jet tempur F-15 / /The Drive

Cerita Ismail Al-Ghoul menggambarkan betapa sulitnya kehidupan di Gaza. Menurutnya, masyarakat di sana menghabiskan hari raya bukan dengan berkurban atau bersilaturahmi, tetapi dengan berpindah-pindah dari satu kuburan ke kuburan lain, mengunjungi puing-puing rumah yang hancur, dan pergi ke rumah sakit.

“Perjalanan dimulai saat fajar, bukan untuk mencari hewan kurban atau melakukan ritual, tetapi untuk mencari air, makanan, dan sedikit kegembiraan bagi anak-anak,” ungkap Ismail dengan penuh kepedihan.

Kisah Yousif Faris juga menambah kepedihan situasi di Gaza. Ia menceritakan bagaimana sepotong apel kecil yang luput dari pengawasan tentara Israel penjajah menjadi penyelamat di hari pertama Idul Adha.

“Yang mencengangkan di hari pertama Idul Adha bukanlah kami makan daging, amit-amit, yang rasa dan bentuknya hampir kami lupakan, melainkan sepotong apel yang lupa dicabut pohonnya oleh tentara Zionist. Setengah apel kecil menyegarkan tubuh saya yang sudah lama tidak makan makanan seperti ini. Gaza Utara kelaparan,” cerita Yousif dengan nada getir.

Gaza Utara, yang kini nyaris tidak berpenghuni karena serangan terus-menerus, menjadi saksi bisu kelaparan yang melanda masyarakatnya.

Mereka yang bertahan hidup harus rela mengais apa saja yang bisa dimakan, bahkan sepotong apel yang seharusnya menjadi makanan sehari-hari, kini menjadi kemewahan yang luar biasa.

Meqdad Jameel, dengan penuh haru, mengungkapkan keinginannya untuk merasakan kembali keramaian Idul Adha.

“Saya ingin merasakan ramainya Idul Adha, saya ingin anak-anak bermain ayunan di jalan saat matahari terbenam, dan saya ingin anak-anak yang mengganggu mengulangi takbir di masjid. Anak-anak dibunuh, menara masjid diubah menjadi batu nisan, dan ayunan digunakan di tenda,” ungkap Meqdad.

Ayunan yang seharusnya menjadi tempat bermain dan tawa anak-anak kini berubah menjadi tempat berlindung sementara.

Masjid, yang biasanya ramai dengan takbir dan doa, kini menjadi saksi bisu kekejaman perang. Semua ini menggambarkan betapa jauh harapan dan realitas masyarakat Gaza.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah