Network
WartaBulukumba.Com - Abad-abad yang telah melintasi banyak sejarah dengan Islam sejak kemunculannya pada 14 abad silam sudah begitu akrab dengan Islamophobia. Di dunia modern Islamophobia telah menjadi salah satu isu yang berkelanjutan dan signifikan, terutama di dunia Barat.
Seperti apa pandangan dan pengalaman Shamsi Ali Al-Kajangi, seorang aktivis dan intelektual Muslim, mengenai Islamophobia?
Baru-baru ini, pada 5 Juni 2024, putra asli Kajang Bulukumba ini berbicara dalam sebuah panel diskusi di New York bersama perwakilan dari tiga negara (Turki, Indonesia, dan Pakistan), di mana Shamsi Ali diundang sebagai panelis dari Indonesia.
"Sebenarnya saya telah beberapa kali menulis tentang Islamophobia, khususnya dalam konteks dunia Barat dan lebih khusus lagi di Amerika Serikat. Tapi karena isu ini adalah isu yang berlanjut terus menerus maka selalu menarik untuk dibahas," tutur Shamsi Ali dalam wawancara online dengan WartaBulukumba.Com pada Kamis, 13 Juni 2024.
Baca Juga: Hari anti-Islamophobia 15 Maret, Imam Shamsi Ali: 'Itu hanya resolusi PBB yang tidak mengikat'
Menyibak fakta perlakuan tidak adil terhadap Islam
Shamsi Ali menyampaikan dua kenyataan yang krusial untuk memahami Islamophobia. Menurutnya, Islam telah lama menjadi agama yang menerima perlakuan tidak adil di berbagai belahan dunia.
Shamsi Ali menguraikan sederet fakta terkait islamophobia yang disampaikan olehnya dalam panel diskusi tersebut.
Shamsi Ali menyoroti bahwa ketika ada seorang Muslim yang melakukan kesalahan, agama Islam sering kali dijadikan kambing hitam. Hal ini berbeda dengan pemeluk agama lain yang tindakannya jarang mengaitkan agama mereka sebagai sumber kesalahan.
Baca Juga: Imam Shamsi Ali: OKI harus berada di garda terdepan membela Palestina
