Penghancuran total terhadap infrastruktur Gaza, termasuk rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah, menjadi kejahatan kemanusiaan dan perang yang melampaui batas logika manusia sehat.
Putra asli Kajang Bulukumba ini menyatakan bahwa tragedi Gaza adalah luka mendalam yang akan selalu diingat.
Baca Juga: 30 ribu lebih anak Palestina kehilangan anggota tubuh di Jalur Gaza
"Apa yang kita saksikan di Gaza adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa. Ini bukan hanya tentang kerusakan fisik, tetapi juga jiwa-jiwa manusia yang tergores luka mendalam," ungkap Dr. Shamsi Ali.
Ribuan orang terluka dan terancam nyawanya akibat kurangnya bantuan medis dan makanan.
Dampak Emosional dan Mental
Dampak emosional dan mental dari tragedi Gaza sangat besar, terutama bagi anak-anak dan generasi muda. Meski begitu, ketabahan warga Gaza seperti karang yang teguh dihempas gelombang. Namun, kemarahan dan rasa dendam yang tertanam di hati mereka dan masyarakat dunia, termasuk non-Muslim, semakin membesar.
Masa depan dunia yang aman terasa semakin jauh, dan kaum Yahudi sendiri mungkin menjadi kelompok yang paling terancam akibat kejahatan yang dilakukan sebagian dari mereka.
Dr. Shamsi Ali menggambarkan dampak psikologis ini sebagai luka yang sulit sembuh.
"Anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecil mereka, kini hidup dalam ketakutan dan trauma. Ketabahan mereka memang luar biasa, namun kita tidak bisa mengabaikan potensi kemarahan yang semakin menguat di seluruh dunia," tambahnya.
Standar Ganda dan Kemunafikan
Tragedi Gaza juga menampakkan kebenaran dan kebatilan secara nyata. Banyak karakter manusia yang munafik dan memiliki double standard semakin terlihat. Negara-negara Barat yang selalu menampilkan diri sebagai pahlawan kebebasan, demokrasi, dan keadilan, dengan tragedi Gaza semakin nyata kemunafikannya.