WartaBulukumba.Com - Di bawah langit yang terbelah oleh raungan burung besi, Gaza terhampar, layaknya kanvas duka yang ditenun dalam deru genosida tanpa henti. Di lanskap ini, di mana harapan berkelip bagai lilin dalam badai, setiap butir pasir menanggung bobot seribu kenangan, masing-masing berbisik janji ketangguhan di tengah reruntuan.
Bulan, saksi bisu, menyelimuti puing dengan jubah peraknya, tempat bayang-bayang berbisik kisah masa lalu sebelum terluka oleh agresi dan genosida. Udara, pekat dengan aroma mimpi yang hilang, membawa gema detak hati yang masih berdentum.
Di tengah reruntuhan kota Gaza, kehancuran terus berpadu dengan cerita kepahitan, kesedihan, kelaparan, dan kematian.
Baca Juga: Marwan Barghouti pemimpin terkemuka Palestina disiksa tentara Zionis dalam penjara
Diwartakan Reuters, kata-kata Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, menunjukkan ketegangan politik yang semakin mendalam.
Keputusannya untuk tidak mengirim delegasi ke Washington diartikan sebagai pesan tegas kepada Hamas bahwa tekanan internasional terhadap Israel Penjajah tidak akan mengubah kebijakannya di Gaza.
Ini merupakan refleksi dari situasi politik yang kompleks dan sering kali kontradiktif di wilayah tersebut.
Baca Juga: Bayi-bayi malnutrisi di Gaza bahkan tak punya lagi 'energi untuk menangis'
Dilema Opini Publik Amerika dan Kebijakan Kongres AS
Dalam laporan The Guardian, sebuah jajak pendapat mengejutkan mengungkapkan bahwa 55% warga Amerika menentang operasi militer Israel Penjajah di Gaza, dibandingkan dengan hanya 36% yang mendukung.