Malam itu, serangan 'Israel' tidak hanya merenggut nyawa, tapi juga menghancurkan rumah dan mimpi. Setiap serpihan bom yang jatuh bukan hanya menghancurkan bata dan beton, tapi juga menghancurkan harapan.
Pihak penjajah 'Israel' menegaskan pentingnya operasi militer mereka. Daniel Hagari, juru bicara 'Israel', dengan tegas menyatakan: "Setiap langkah kami diambil dengan beban moral untuk menyelamatkan nyawa."
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, berbicara dengan nada penuh kesedihan: "Setiap hari yang berlalu, kami kehilangan lebih dari sekadar nyawa; kami kehilangan bagian dari sejarah dan masa depan kami."
Ia menggambarkan situasi di Gaza sebagai salah satu periode paling tragis dalam sejarah modern Palestina.
Turki, dikutip dari Anadolu pada Selasa, dengan keprihatinan mendalam, mengecam tindakan 'Israel'.
"Apa yang terjadi di Rafah bukan hanya tragedi, tapi juga pelanggaran terhadap kemanusiaan," ujar Kementerian Luar Negeri Turki, menyerukan tindakan internasional untuk menghentikan kekejaman tersebut.***