112 hari perang di Gaza: Dua brigade pasukan penjajah 'Israel' ditarik mundur dari utara

- 28 Januari 2024, 20:04 WIB
112 hari perang di Gaza: Dua brigade pasukan penjajah 'Israel' ditarik mundur dari utara
112 hari perang di Gaza: Dua brigade pasukan penjajah 'Israel' ditarik mundur dari utara /Anadolu Agency

WartaBulukumba.Com - Kabut asap jadi atap, ledakan selalu datang bersisian dengan kematian. 112 hari perang di Gaza, lagi dua brigade pasukan penjajah 'Israel' ditarik mundur dari wilayah utara. Satu fakta yang tak bisa dibantah Zionis bahwa mereka memang kalah perang di area tersebut. Hamas dan milisi-milisi perlawanan lainnya mengendalikan utara Gaza sepenuhnya. 

Seorang tentara IDF, Letnan 'Nitan,' yang muncul dua hari lalu di depan satu dari buldozer milik pendudukan Zionis di Gaza, dan menuliskan padanya 'Saya datang ke Gaza untuk menciptakan sejarah,' pada Sabtu kemarin bulldozernya dihancurkan dan kepala miliknya dipisahkan dari tubuhnya oleh proyektil Al Yasin 105 yang menakutkan, dan kemudian dikirim dalam kantong hitam kepada keluarganya. Hari ini, upacara pemakaman untuknya dilakukan.

Brigade Martir Abu Ali Mustafa, melalui rilisnya, menyatakan pergerakan mereka adalah melakukan penembakan taktis untuk memecah konsentrasi kendaraan dan tentara musuh di wilayah timur Jabalia dan Gaza dengan berbagai mortir sebagai tanggapan atas kejahatannya terhadap rakyat Palestina.

Baca Juga: Hamas mengendalikan sepenuhnya perang di Gaza, Zionis terus menarik mundur pasukannya

Perlawanan Palestina terlibat dalam bentrokan bersenjata dengan tentara penjajah di lingkungan Al-Hadaf di Jenin, Tepi Barat. Bentrokan pecah setelah pasukan khusus menyusup ke kamp Jenin.

Media Channel 12 'Israel' pada Ahad, 28 Januari 2024 mewartakan senjata Amerika Serikat tiba di 'Israel', termasuk puluhan pesawat tempur F-35 dan F-15 serta helikopter Apache. Seperti kualat,  saat ini sedang mengalami kengeyelan 24 negara bagian yang dipimpin oleh Texas, dan ada kemungkinan State of Texas 'memberontak'.

Dengan langit yang pernah dihiasi masjid-masjid, kini hanya menyisakan reruntuhan dan kenangan. Gereja-gereja yang turut merasakan luka, berdiri sebagai saksi bisu atas kekejaman. Di Khan Younis, suara peluru menggantikan kidung malam, menyampaikan cerita tentang kehilangan dan ketakutan.

Baca Juga: Seorang jenderal Zionis menyarankan pemerintahan Netanyahu harus berhenti berbohong

Para warga pemukim ilegal Zionis yang dilindungi oleh pasukan penjajah IDF, menutup penyeberangan Kerem Shalom untuk mencegah truk makanan dan bantuan lainnya memasuki Jalur Gaza. Kerem Shalom adalah daerah yang diduduki penjajah 'Israel' yang berbatasan dengan Mesir.

Sementara itu, musim berburu pasukan Zionis terus berlanjut, dan Al Qassam terus merekam semua gerak mereka dengan tujuan tegas: membela agamanya, membela Al-Aqsha, dan negeri mulia Palestina. Rekaman dirilis pada Sabtu. Roket-roket Al Yassin 105 seperti biasa menemukan mangsa-mangsa empuk. Meledak, lalu hanya ada empat opsi bagi serdadu di dalamnya: tewas terpanggang atau cacat permanen, pulang dalam keadaan gila atau ditawan.

1000 masjid di Gaza kini hancur

Gaza, di tengah harapan dan realitas yang pahit, di setiap dinding yang retak, di setiap jalan yang berdebu, kisah-kisah keberanian dan kekuatan terus merayap.

Baca Juga: Rakyat Palestina di Gaza didera kelaparan, penyakit dan dehidrasi

Gaza berdiri dengan lebih dari 1200 masjid yang menghiasi langitnya, kini 1000 di antaranya telah rusak dan hancur di tangan Zionis. Tak hanya masjid, gereja-gereja pun turut merasakan luka serupa. Di balik dinding-dinding yang retak dan suara adzan yang masih berusaha berkumandang, Gaza mengisahkan cerita tentang iman dan tragedi yang berkelindan.

Sejumlah serdadu Zionis, termasuk yang berasal dari Eropa, menyatakan tujuan mereka ke Gaza adalah demi agama Yahudi dan untuk membangun kembali “Beit Hamikdash”. 

Khan Younis menjadi area pertempuran paling sengit

Saat ini Khan Younis, sebuah wilayah di selatan Gaza, menjadi area pertempuran paling sengit. Hujan peluru Zionis menghujam rumah-rumah warga. Laporan dari Middle East Eye pada Ahad, menggambarkan situasi yang suram dan penuh dengan ketakutan.

Dalam labirin penipuan dan penderitaan, warga Palestina berjuang untuk melangkah, mengharapkan keadilan yang seolah terenggut. UNRWA, dengan segala kontroversi dan tantangan, berusaha menjadi pelita di tengah kegelapan, namun terhambat oleh dilema pendanaan dan politik.

Tak hanya kehancuran fisik, warga Palestina juga menghadapi penderitaan berupa penipuan. Seperti diungkapkan oleh investigasi surat kabar Le Monde, banyak warga Palestina menjadi korban broker Mesir yang menjanjikan izin penyeberangan dari Rafah ke Mesir dengan imbalan uang besar, hingga $7.000 atau sekitar Rp98 juta, namun janji itu tak pernah terwujud.

Zionis tuding UNRWA disusupi Hamas

UNRWA, badan yang memiliki 30.000 karyawan, di mana 13.000 di antaranya berada di Gaza, berada dalam sorotan. Mereka mengelola 183 sekolah, 22 fasilitas kesehatan, dan tujuh pusat perempuan di Gaza.

Klaim penjajah 'Israel' bahwa 12 dari 30.000 karyawan UNRWA terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu telah menimbulkan kekhawatiran internasional.

Negara-negara seperti AS, Kanada, Inggris, Finlandia, Australia, Italia, Belanda, Norwegia, dan Irlandia telah menangguhkan pendanaan UNRWA, sementara Swiss masih menunggu klarifikasi atas tuduhan tersebut.

Dengan penangguhan pendanaan dari beberapa negara, UNRWA menghadapi dilema dalam memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Gaza. Sekolah-sekolah yang dihadiri oleh 286.645 siswa dan fasilitas kesehatan yang dikunjungi rata-rata 3,4 juta orang per tahun menjadi pertanyaan besar: bagaimana nasib pendidikan dan kesehatan bagi warga Gaza?

Gaza, dengan segala luka dan penderitaannya, tetap berdiri. Walaupun berada di tengah kehancuran, penipuan, dan dilema kemanusiaan, Gaza masih memiliki harapan. Di setiap sudut reruntuhan, di setiap doa yang terucap, Gaza tetap menunjukkan ketahanan dan kekuatan.***

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x