Gadis kecil 6 tahun di Gaza selamat dari serangan Zionis yang menghancurkan rumahnya

- 18 Mei 2021, 14:44 WIB
Suzy Eshkuntana, 6, diselamatkan dari puing-puing rumahnya di Gaza, yang telah dihancurkan oleh serangan Israel yang menewaskan ibu dan keempat saudara kandungnya. Dia dipertemukan kembali di rumah sakit dengan ayahnya yang terluka
Suzy Eshkuntana, 6, diselamatkan dari puing-puing rumahnya di Gaza, yang telah dihancurkan oleh serangan Israel yang menewaskan ibu dan keempat saudara kandungnya. Dia dipertemukan kembali di rumah sakit dengan ayahnya yang terluka /REUTERS/Mohammed Jad Salem

WartaBulukumba - Tubuh gadis berusia enam tahun itu tertutup debu.

Tenaganya terlalu lemah untuk mengangkat kepalanya. Ia hanya bisa menangis saat dibawa ke ambulans.

Di rumah sakit, para kerabat penuh cemas menanyakan detail saat korban tiba.

Baca Juga: Refly Harun: Ancaman 10 tahun untuk Habib Rizieq sangat keterlaluan

"Apakah ini Yehya? Ini Yehya?" teriak wanita dan pria yang menunggu di aula. 

Petugas medis lalu memberi tahu mereka bahwa bocah lelaki berusia empat tahun, saudara laki-laki gadis itu, telah meninggal.

Nama gadis itu Suzy Eshkuntana. Ia terbangun sendirian di rumah sakit terbesar di Gaza di mana dia dilarikan oleh penyelamat dari puing-puing rumahnya.

Melihat Suzy dengan mata terbuka membawa kegembiraan sesaat sebelum dia segera dibawa pergi untuk rontgen.

Baca Juga: Kontestan Miss Universe dari Myanmar memohon: 'orang-orang kami sedang sekarat'

Dokter mengatakan dia memar tetapi tidak mengalami luka parah, dan dia dibawa ke ranjang rumah sakit di samping ayahnya.

Riyad Eshkuntana mengatakan dia yakin keluarganya aman karena ada dokter yang tinggal di gedung yang sama, dan dia telah menempatkan anak-anak di tempat yang mereka yakini sebagai ruang aman.

"Tiba-tiba, sebuah roket aneh, seperti api dan nyala api, menghancurkan dua dinding," katanya kepada Reuters.

Para orang tua berlari untuk memeriksa anak-anak mereka ketika ledakan kedua melanda dan meruntuhkan langit-langit rumah.

Baca Juga: Paus Franciscus meminta rakyat Myanmar untuk tidak menyerah

"Saya mendengar anak saya Zain memanggil: 'Ayah, Ayah'. Suaranya baik-baik saja, tetapi saya tidak bisa menoleh untuk melihatnya karena saya terjebak," katanya.

Ketika tim penyelamat pertama kali memanggil korban, Eshkuntana terlalu lemah untuk membalas, tetapi ketika seseorang kembali setengah jam kemudian, dia bisa menarik perhatian mereka.

Berbaring di ranjang rumah sakit di samping putrinya yang masih hidup, kepalanya diperban, awalnya dia berkata bahwa dia ingin mati.

Rumahnya telah dihancurkan oleh serangan Zionis Israel sebelum fajar. Serangan brutal itu juga telah menewaskan ibu dan keempat saudara kandungnya.

Baca Juga: WHO: Jam kerja yang panjang adalah pembunuh

Gadis kecil itu terperangkap selama tujuh jam di bawah puing-puing, dipertemukan kembali di rumah sakit Shifa dengan ayahnya, yang juga dirawat karena luka-lukanya.

Petugas medis mengumpulkan mereka di ranjang yang bersebelahan.

"Maafkan aku, putriku. Kamu berteriak kepada ayah untuk datang kepada kamu, tetapi ayah tidak bisa datang," Riyad Eshkuntana berkata dengan sedih.

Rumah keluarga Eshkuntana adalah salah satu rumah warga Palestina yang terkena serangan udara Zionis pada Ahad pagi di Kota Gaza.

Baca Juga: GoTo, merger resmi Gojek dan Tokopedia

Gelombang serangan tersebut menewaskan 42 orang termasuk 10 anak-anak dan menambah jumlah korban tewas di Gaza dalam sepekan ini menjadi 192.

Sementara di pihak Zionis, mereka beralasan pihaknya menyerang gerakan militan Islam Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza yang padat penduduk dan bahwa bersama dengan Jihad Islam dan kelompok militan lainnya telah menembakkan 2.800 roket ke kota-kota Zionis.

Serangan roket itu telah menewaskan 10 orang di wilayah Zionis termasuk dua anak.

 

Serangan di rumah Eshkuntana berada di area yang sama dengan serangan Zionis terhadap sistem terowongan militan di Gaza.

Baca Juga: Saling memaafkan ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan

Runtuhnya sistem terowongan menyebabkan rumah-rumah di atasnya runtuh dan menyebabkan korban sipil yang tidak diinginkan, kata militer.

Puluhan petugas penyelamat, petugas polisi, kerabat dan tetangga segera mengerumuni reruntuhan rumah Eshkuntana.

Setelah beberapa jam para pekerja di bawah tembok yang runtuh mulai meneriakkan "Allahu Akbar", pertanda bahwa seseorang masih bisa diselamatkan.***

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah