Islam jalan otentik kedamaian dan ketenangan: Panduan pernikahan dari Imam Besar Islamic Center New York

27 Mei 2024, 13:35 WIB
Imam Shamsi Ali menyoroti kebijakan harga tiket masuk Candi Borobudur bagi turis lokal. /Foto: Dok. Nusantara Foundation/

WartaBulukumba.Com - Di tengah gemerlap dan hiruk-pikuk Kota New York yang tak pernah tidur, Imam Besar Islamic Center New York, Amerika Serikat, Dr Shamsi Ali, yang juga pemimpin spiritual bagi komunitas Muslim mengungkapkan sekelumit pengalaman dan juga pencerahan terkait pernikahan.

Imam Shamsi Ali hadir di antara komunitas Muslim, kerap  menikahkan dua hati dalam ikatan suci yang diberkahi oleh Allah. 

"Pernikahan adalah institusi pertama dalam kehidupan manusia, mendahului segala institusi lainnya," ungkap Imam Shamsi Ali dengan suara lembut namun penuh wibawa dalam wawancara online dengan WartaBulukumba.Com pada Senin, 27 Mei 2024.

Baca Juga: Meluruskan narasi Zionis dan para sekutunya: Bukan konflik dan bukan 7 Oktober

Putra asli Kajang Bulukumba ini menjelaskan bahwa pernikahan adalah pondasi awal yang dibangun oleh Allah untuk Adam dan Hawa serta keturunan mereka. Pernikahan bukan sekadar penyatuan dua insan, tetapi juga perjalanan menuju kedamaian dan ketenangan yang hakiki.

Imam Shamsi Ali mengutip ayat-ayat suci yang menggambarkan pentingnya pernikahan.

"Setiap makhluk hidup diciptakan berpasangan," katanya, mengingatkan bahwa kebutuhan untuk memiliki pasangan adalah bagian dari fitrah manusia.

Baca Juga: Terkait tragedi Gaza Imam Shamsi Ali ungkap fenomena mencengangkan di Amerika Serikat

Islam jalan yang otentik menuju kedamaian dan ketenangan

Pernikahan dalam Islam memiliki kepentingan yang sangat tinggi. Dipandang sebagai institusi pertama dalam kehidupan manusia, pernikahan mendahului institusi pendidikan, ekonomi, atau politik. Imam Shamsi Ali menekankan bahwa institusi pernikahan ini didirikan oleh Allah Yang Maha Kuasa untuk Adam dan Hawa serta keturunan mereka.

"Pernikahan juga memenuhi kecenderungan dan keinginan alami manusia. Setiap manusia secara alami membutuhkan pasangan hidup," tambahnya, mengutip ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan setiap makhluk hidup berpasang-pasangan.

Lebih lanjut, pernikahan dalam Islam diyakini sebagai jalan yang otentik menuju kedamaian dan ketenangan. Kedamaian harus dimulai dari kita masing-masing secara individu. Sulit membayangkan perdamaian dunia ketika manusia secara individu menderita dari kekacauan batin.

"Sakinah, atau kedamaian dan ketenangan, dijanjikan melalui pernikahan," jelas Imam Shamsi Ali.

Baca Juga: Imam Shamsi Ali: OKI harus berada di garda terdepan membela Palestina

Pernikahan sebagai Perjalanan Seumur Hidup

Pernikahan dapat digambarkan sebagai perjalanan dua orang yang memulai untuk sisa hidup mereka. Dari saat mereka menyatakan "qabiltuk" (saya menerimamu) hingga akhirat, mereka berkomitmen untuk bersama. Untuk memastikan keberhasilan perjalanan ini, Imam Shamsi Ali biasanya memberikan beberapa nasihat dalam khotbah nikahnya.

Pertama, perjalanan ini memerlukan tanggung jawab yang besar. Nabi Muhammad SAW menginformasikan kepada orang-orang beriman bahwa seseorang yang diberkati dengan pasangan yang saleh telah memenuhi setengah dari tugas keagamaannya. Setengah sisanya adalah tanggung jawab individu untuk takut kepada Allah.

Kedua, perjalanan ini harus dimulai dengan visi yang jelas. Dalam terminologi Islam, visi ini disebut "niat" (intensi).

Niat ini adalah jawaban atas pertanyaan mendasar yang harus ditanyakan oleh setiap pasangan: "Mengapa saya ingin menikah dengannya?" Jawaban atas pertanyaan ini akan membentuk cara mereka menjalani pernikahan mereka.

"Sesungguhnya tindakan ditentukan oleh niat," kutip Imam Shamsi Ali dari hadits Nabi.

Ketiga, perjalanan ini memerlukan pencahayaan, dan cahaya pernikahan adalah pengetahuan. Ada banyak yang harus dipelajari dalam pernikahan, seperti saling mengenal sebagai pasangan. Ta'aruf (saling mengenal) adalah penting untuk kehidupan harmonis, yang harus dimulai dari rumah.

Keempat, agar perjalanan ini terus berlanjut, ia memerlukan bahan bakar, dan cinta (Al-wuddu) adalah bahan bakar untuk pernikahan.

Imam Shamsi Ali mengingatkan ayat Al-Quran: "Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah bahwa Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan supaya kamu menemukan ketenangan di dalam mereka. Dan Dia (Allah) menciptakan cinta dan kasih sayang di antara kamu."

Kelima, perjalanan ini adalah tindakan ibadah seumur hidup. Dalam Islam, pernikahan adalah tindakan ibadah yang sangat bernilai. Setiap hal baik yang terjadi antara pasangan setelah menikah dianggap sebagai ibadah. Bahkan hanya dengan tersenyum satu sama lain sebagai suami dan istri atau terlibat dalam hubungan pribadi yang sangat intim dihargai sebagai ibadah di mata Allah.

Keenam, perjalanan ini sangat menantang. Jalannya berbatu dan penuh dengan duri. Namun, ini juga merupakan jalan yang penuh dengan berkah dan kegembiraan. Cara terbaik untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui kemitraan antara pasangan. Oleh karena itu, dalam Islam, suami dan istri disebut sebagai "zauj".

"Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka," jelas Imam Shamsi Ali, mengutip Al-Quran.

Terakhir, perjalanan ini adalah perjalanan menuju masa depan yang sebenarnya. Dua aspek penting terkait dengan masa depan ini. Pertama, ini tentang generasi masa depan umat manusia. Pernikahan harus menjadi langkah pertama dalam mempersiapkan generasi yang solid dan saleh (dzurriyah solihah).

Dengan pandangan yang mendalam dan pemahaman yang kuat tentang pentingnya pernikahan, Imam Shamsi Ali terus membimbing banyak pasangan di Manhattan dalam perjalanan hidup mereka.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler