Dalam hitungan waktu singkat, drama poliandri ini berubah menjadi tragedi. SN melancarkan tindakan tak terduga yang mengubah segalanya. Pamit dengan alasan ingin buang air besar, SN memulai langkah tragisnya.
Dan di malam itu, langit biru kelam menyaksikan keberadaannya saat ia menghampiri rumah AS, membawa parang sebagai alat pembunuh. AS, lelaki yang tak sadar bahwa kematian telah mendekat, terbaring tertidur.
Kejamnya hidup mempertemukan mereka, takdir bermain di tangan pelaku. Serangan parang terjadi dengan cepat, menghantam tubuh yang tak berdaya. Jejak-jejak penderitaan yang dalam tertulis dalam luka-luka yang tergores.
Saat ini polisi masih terus memburu terduga pelaku, SN yang menghilang tanpa jejak sejak peristiwa maut itu mengguncang Desa Paccing.***