WartaBulukumba.Com - Taylor Swift ternyata seorang penyair? Dia rupanya ada di jagat sastra klasik dan itu memengaruhi kekuatan musik dan lirik lagu-lagunya. Bahkan Ada mata kuliah khusus 'Swifterature' di kampus-kampus Amerika Serikat dan Eropa. Dan itu benar adanya.
Mengutip The Guardian pada 13 Agustus 2023, Elly McCausland, seorang asisten profesor di Universitas Ghent, Belgia, membuka kelas khusus dalam bidang ini mulai September 2023. Tidak hanya menggali akar sastra Taylor Swift, tetapi juga akan mempelajari sejumlah karya sastra yang membentuk lirik-liriknya.
McCausland melihat bahwa lagu-lagu Swift dapat digunakan untuk memahami kehebatan sastra Inggris sekaligus mengeksplorasi tema-tema seperti feminisme dalam lagu "The Man" dan tema antipahlawan dalam lagu "Anti-Hero" dalam album tahun 2022, "Midnights." Swift juga sering mengacu pada karya beberapa penulis lain, termasuk Charles Dickens dan Emily Dickinson.
Ide untuk membuka mata kuliah Sastra Taylor Swift bermula setelah McCausland mendengarkan lagu "The Great War." Ia menyadari kekuatan lagu-lagu Swift dan melihat mata kuliah "Swifterature" sebagai cara untuk membuat pembelajaran sastra menjadi lebih menarik.
Mata Kuliah 'Swifterature'
Dalam mata kuliahnya, McCausland menggunakan lagu-lagu Swift untuk memperkenalkan dunia sastra, mulai dari Abad Pertengahan hingga Zaman Victoria. Ini mencakup karya-karya seperti "Troilus and Criseyde" karya Geoffrey Chaucer, "The Tempest" karya Shakespeare, "Villette" karya Charlotte Brontë, serta karya penulis kontemporer seperti Margaret Atwood dan Simon Armitage.
McCausland mengusulkan ide kursus elektif yang berpusat pada Taylor Swift - diyakini sebagai yang pertama jenisnya di Eropa - setelah ia berulang kali terkesan oleh paralel antara lirik penyanyi dan literatur Inggris yang telah lama ia pelajari.