Lirik-lirik Swift menjadi subjek kajian akademik di sejumlah perguruan tinggi di AS dan Eropa karena referensinya pada karya-karya sastra terkenal sepanjang masa.
Di Arizona State University, mata kuliah yang membahas karya Swift tidak hanya memeriksa lirik-liriknya, tetapi juga menganalisis psikologi di balik lagu-lagu tersebut. Salah satu mata kuliah yang populer berjudul "Psikologi Taylor Swift - Topik Lanjutan Psikologi Sosial." Mata kuliah ini menggali tema-tema dalam karya Swift seperti balas dendam, trauma, dan kecemasan, kemudian menghubungkannya dengan teori-teori psikologi.
Para mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini mempelajari bagaimana musik dapat mencerminkan dan mempengaruhi aspek-aspek psikologis dalam kehidupan sehari-hari. Mata kuliah ini bertujuan untuk memahami konsep-konsep psikologi dalam konteks realitas yang dihadapi oleh individu.
Selain dari sudut pandang akademis, gaya penulisan Swift juga menjadi fokus perhatian. Kemampuannya dalam menciptakan lirik-lirik yang kreatif dan beragam menjadi menarik untuk dipelajari, mengingat Swift seringkali bermain dengan berbagai gaya penulisan. Lirik-liriknya bisa sangat pribadi, mencerminkan pengalamannya yang beragam.
Mengutip AFP, Taylor Swift pernah membagi proses kreatifnya dalam menulis lirik menjadi tiga kategori imajinatif: "lirik Quill," "lirik Fountain Pen," dan "lirik Glitter Gel Pen." Setiap kategori ini merujuk pada gaya penulisan yang berbeda yang digunakan Swift saat menciptakan liriknya. Dalam lirik-liriknya yang memakai "Quill" atau bulu ayam, kata-katanya dan frasanya terasa kuno, sebagaimana Swift menulis lirik ini setelah membaca karya-karya klasik atau menonton film yang menggambarkan era tertentu.***