WartaBulukumba.Com - Di lembah yang subur di DAS Balangtieng, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sang pohon menjulang tinggi, seperti penjaga rahasia yang setia.
Dikenal sebagai pohon bissa paeng, ia menatap langit dengan anggun, memeluk segala keindahan alam di sekelilingnya. Dalam pelukannya, tersimpan kebaikan yang tak terperinci, merayap dalam hati para petani aren.
Seperti dongeng yang tak pernah pudar, ia mengisahkan keajaiban alamiah yang tak terkira, mengalir dalam aliran waktu yang tak berkesudahan.
Keelokan pohon bissa paeng tak hanya terletak pada bentuk fisiknya yang gagah. Lebih jauh dari itu, pohon itu membawa berkah bagi para petani di sekitarnya. Sejak zaman dahulu, mereka telah memahami keajaiban kulit kayu pohon ini. Manfaatnya, terutama dalam produksi gula aren, telah menjadi rahasia turun temurun yang tak ternilai.
Diolah dengan bijaksana, kulit kayu itu menjadi bahan utama dalam produksi gula aren berkualitas tinggi. Melalui proses yang cermat, kulit kayu itu dicampur dengan air nira aren, menciptakan ramuan khas yang menghasilkan gula aren dengan cita rasa dan kualitas yang tak tertandingi.
Proses ini bukan sekadar transformasi bahan, melainkan juga perubahan kualitas yang signifikan. Akar dan kulit pohon bissa paeng memberikan sentuhan alami yang tak ternilai, memberi karakteristik unik pada gula aren yang dihasilkan. Hasil akhirnya adalah gula aren alami yang tak hanya lezat, tetapi juga memiliki kualitas yang terjaga dengan baik.
Baca Juga: DAS Balangtieng, para 'penjaga nektar bumi' dan Dana Mitra Tani Bulukumba
Keuntungan ekonomis sekaligus ekologis