Harga satu buah perahu Pinisi Bulukumba bisa capai Rp15 miliar

- 30 April 2022, 02:00 WIB
Kapal Pinisi Aku Lembata sedang berlabuh di pelabuhan laut Lewoleba
Kapal Pinisi Aku Lembata sedang berlabuh di pelabuhan laut Lewoleba /Vox Timor/Emanuel Bataona

Setelah proses perakitan yang berlangsung hingga berbulan-bulan, tahapan terakhir dari pembuatan perahu pinisi adalah peluncuran perahu ke lautan.

Pada tahapan ini, terdapat sebuah upacara atau ritual khusus yang dinamakan dengan upacara maccera lopi (menyucikan perahu). Upacara ini dilakukan dengan prosesi pemotongan hewan. Apabila bobot perahu kurang dari 100 ton maka hewan yang dikorbankan adalah seekor kambing, sedangkan jika lebih dari 100 ton hewan yang dikorbankan adalah seekor sapi.

Sampai saat ini, Kabupaten Bulukumba, tepatnya di daerah Tana Beru, masih menjadi daerah yang memproduksi perahu pinisi ini. Uniknya lagi, para pengrajin tetap mempertahankan cara pembuatan perahu pinisi. Tidak ada gambar ataupun kepustakaan lainnya dalam cara pembuatannya, para pengrajin hanya mengandalkan ilmu yang diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun.

UNESCO Menetapkan Pinisi Sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda

Lembaga PBB, UNESCO, menetapkan pinisi sebagai warisan budaya dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi.

Ditakik dari AntaraNews, 9 desember 2017, pengakuan atas Pinisi sebagai warisan dunia ditetapkan melalui persidangan oleh Badan PBB untuk Bidang Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan (INESCO) dalam sidang ke-12 Komite Warisan Budaya tak Benda di Pulau Jeju, Korea Selatan, pada Kamis 7 Desember 2017.***

 

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x