WartaBulukumba - Tak ada perang tanpa minyak dan begitu pun sebaliknya. Arab Saudi sedang dalam tekanan Barat soal pasokan minyak yang lebih banyak ke Barat.
Di lain sisi tekanan yang ditunjukkan Amerika Serikat dan Inggris itu bermuatan: isolasi terhadap Rusia!
Dilansir WartaBulukumba.com dari Reuters pada Kamis, 16 Maret 2022, Riyadh telah menunjukkan sedikit kesiapan untuk menanggapi dan telah menghidupkan kembali ancaman untuk membuang dolar dalam penjualan minyak ke China.
Baca Juga: Pemimpin Ukraina mengisyaratkan kompromi saat pasukan Rusia serang kota Kyiv
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terbang ke pengekspor minyak mentah terbesar dunia pada hari Rabu, sehari setelah penasihat keamanan AS Brett McGurk tiba dengan delegasi AS.
Arab Saudi dan tetangganya Uni Emirat Arab, yang merupakan salah satu dari segelintir produsen dengan kapasitas cadangan, telah menolak seruan Barat untuk lebih banyak minyak mentah guna mendinginkan harga yang panas dan tetap berpegang pada pakta pasokan OPEC+ dengan Rusia dan lainnya.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, telah menghadapi kritik tajam Barat atas pembunuhan 2018 jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, catatan hak asasi manusia Riyadh dan perang Yaman.
Baca Juga: Arab Saudi kembali buka pintu bagi Jemaah Haji 2022 dari seluruh dunia
Presiden AS Joe Biden, sejauh ini, menolak untuk berhubungan langsung dengan sang pangeran, yang dikenal luas sebagai MbS.