BERITABULUKUMBA.COM - Kepala Keamanan Global TikTok, Roland Cloutier, menilai AS salah mengartikan penyimpanan data pribadi pengguna TikTok di negaranya.
Cloutier menyatakan Departemen Perdagangan pada September lalu mengirimkan memo, berisi kekhawatiran mereka terhadap TikTok, namun, secara keliru mengatakan TikTok tidak terpisah dari aplikasi versi China, Douyin, dan ByteDance Technology, dikutip dari laman The Verge, Sabtu, 17 Oktober 2020.
Baca Juga: Google Hangouts 'Pindah Rumah' ke Google Chat
Dalam memo tersebut dikatakan bahwa TikTok menyewa server Alibaba Cloud di Singapura dan China Unicom Americas (CUA) di AS.
TikTok menyatakan jika mereka memiliki server yang berbeda dari perusahaan induknya, yakni ByteDance. Hal ini tertuang dalam dokumen yang dikirimkan ke pengadilan.
Baca Juga: Google Bantu Pemilih AS Temukan TPS Terdekat
Cloutier menyatakan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) membuat sejumlah tuntutan yang keliru mengenai praktik dan kebijakan keamanan mereka.
"Perangkat lunak TikTok sepenuhnya terpisah dari Douyin sehingga data pribadi pengguna dan kode masing-masing aplikasi pun terpisah," ungkapnya.
Baca Juga: Memanfaatkan Larva Lalat, Inovasi Mahasiswa ITS untuk Teknologi Pengolahan Sampah Organik
Cloutier memaparkan bahwa CUA menyediakan ruang untuk pusat data, berupa gedung dan listrik, namun tidak termasuk server. Meskipun TikTok menyewa server dari perusahaan lain, mereka tidak punya akses terhadap informasi milik mereka.