Di sini, kesederhanaan alam masih terjaga, dan setiap cerita yang diterjemahkan oleh angin seakan mengalir dalam lantunan nyanyian masa lalu yang terlupakan. Kemah Pemuda, di tengah gemuruh modernitas, adalah ruang untuk merangkai kembali benang-benang kisah dan melupakan kepenatan dunia modern.
Langit terasa lebih luas ketika matahari perlahan menenggelamkan dirinya di ufuk barat, mewarnai langit. Angin berbisik lembut di antara pepohonan rindang, menyapa para pengunjung yang tiba di Kemah Pemuda Sulawesi Selatan.
Begitu kaki melangkah di tanah kemah ini, aroma hutan dan suara riak air sungai Desa Salassae yang mengalir dengan gemericik menuntun setiap langkah. Tenda-tenda terpampang megah di bawah rimbunnya pepohonan.
Merawat Ingatan Pemuda untuk Bangkit dalam Mengambil Peran Melestarikan Alam
Arik menuturkan, dalam beberapa dekade terakhir, banyak faktor yang telah mengubah peran pemuda dalam menjaga keanekaragaman hayati dan sumber daya alam.
"Revolusi industri dan pertumbuhan sektor industri telah menggeser fokus pemuda dari pertanian ke sektor industri. Sementara itu, penggunaan input kimia dalam pertanian berdampak pada kerusakan lingkungan yang semakin parah," ungkapnya dengan wajah terlihat resah.
Apa yang diungkapkan Arik juga menjadi bagian dari agenda dialog dalam kegiatan ini.
"Generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi besar dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati serta sumber daya alam. Dalam sebuah upaya untuk mewadahi persatuan generasi muda di Sulawesi Selatan, maka Youth Camp ini diadakan," terang Arik.
Tema acara ini adalah "Merawat Ingatan Pemuda untuk Bangkit dalam Mengambil Peran Melestarikan Alam."