Sebanyak 1.761 anak di Kabupaten Bulukumba menderita stunting

22 September 2023, 23:16 WIB
Momen saat Israwati, SE, pejuang PMT Kelurahan Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, memberikan makanan tambahan kepada balita /WartaBulukumba.Com

WartaBulukumba.Com - Jumat siang cerah di langit biru saat Penjabat (Pj) Ketua TP PKK Sulsel Sofha Marwah Bahtiar menapakkan kaki ke Kabupaten Bulukumba. Secerah senyum hangat Sofha Marwah Bahtiar saat mengungkapkan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Bulukumba yang dinilai berhasil menangani masalah stunting hingga ke desa-desa.

"Saya bangga sekali melihat Kabupaten Bulukumba sudah berhasil menangani masalah stunting di desa-desa melalui rumah-rumah gizi yang dibentuk," kata Sofha Marwah Bahtiar, dikutip WartaBulukumba.Com dari Antara pada Jumat, 22 September 2023.

Sofha Marwah Bahtiar hadir langsung menemui anak-anak stunting didampingi PKK Bulukumba di Rumah Jabatan Bupati Bulukumba,

Baca Juga: Bulukumba perang melawan stunting: Sepenggal kisah para pejuang PMT di Kecamatan Bulukumpa

Sofha mengunjungi Kabupaten Bulukumba untuk bersilaturahmi sekaligus memonitor  program PKK dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bulukumba.

"Kita telah bertemu langsung dengan anak-anak tersebut di sini, ini merupakan suatu kebahagiaan bagi kita semua," jelas Sofha.

Berdasarkan laporan Ketua Tim Penggerak PKK Bulukumba Andi Herfida Muchtar, jumlah anak dan balita di Kabupaten Bulukumba mencapai 24.580 anak. Tercatat 7,16 persen atau 1.761 anak menderita stunting.

"Di Desa Polewali, dengan jumlah sasaran 45 anak stunting, kami dampingi langsung melalui rumah gizi. Sekarang sudah turun menjadi 35 anak. Dan rumah gizi di desa ini kami jadikan percontohan," ungkap Herfida.

Baca Juga: Saat ayam jantan kabarkan pagi, para pejuang PMT di Kabupaten Bulukumba sudah berjibaku di dapur

Mengenal lebih dalam apa itu stunting

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Baca Juga: Sepenggal kisah PMT di Kabupaten Bulukumba: Setelah 15 hari rata-rata berat badan balita naik 800 gram

Apakah semua balita pendek itu pasti stunting? Penjelasan di laman Yankes.kemkes.go.id, tidak semua balita pendek itu stunting, sehingga perlu dibedakan oleh dokter anak, tetapi anak yang stunting pasti pendek.

Dampak masalah stunting di Indonesia sangat serius, dengan implikasi yang signifikan pada kesehatan dan ekonomi negara ini. Berikut adalah gambaran yang lebih terstruktur:

Dampak Kesehatan

Masalah stunting berdampak langsung pada kesehatan individu, terutama anak-anak. Dampak utamanya termasuk:

  1. Gagal Tumbuh: Anak-anak yang mengalami stunting biasanya memiliki berat badan lahir rendah, kecil, pendek, dan kurus. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik mereka.

  2. Gangguan Metabolik: Stunting dapat berdampak jangka panjang, meningkatkan risiko penyakit tidak menular pada masa dewasa, seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan sejumlah penyakit lainnya.

Dampak Ekonomi

Masalah stunting juga memiliki dampak ekonomi yang serius:

  • Kerugian Ekonomi: Stunting dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan setiap tahunnya, diperkirakan sekitar 2-3% dari Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beban kesehatan yang tinggi dan produktivitas yang rendah di kalangan individu yang mengalami stunting.

Penyebab Stunting

Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, termasuk:

  1. Asupan Kalori yang Tidak Adekuat: Faktor sosio-ekonomi seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang praktik pemberian makan untuk bayi, kecukupan ASI, peran protein hewani dalam MPASI, penelantaran, pengaruh budaya, dan ketersediaan bahan makanan setempat dapat memengaruhi asupan kalori yang tidak mencukupi.

  2. Kebutuhan yang Meningkat: Beberapa faktor medis seperti penyakit jantung bawaan, alergi susu sapi, bayi berat badan lahir sangat rendah, kelainan metabolisme bawaan, dan infeksi kronik yang disebabkan oleh kebersihan personal dan lingkungan yang buruk dapat meningkatkan risiko stunting.

Pencegahan Stunting

Stunting dapat dicegah dengan tindakan yang tepat, seperti:

  1. Saat Remaja Putri: Melakukan skrining anemia dan mengonsumsi tablet tambah darah.

  2. Saat Masa Kehamilan: Rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter, memenuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan, dan mengonsumsi makanan sehat serta asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium yang mencukupi.

  3. Balita:

    • Menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
    • Mengikuti jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah.
    • Memberikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan dan kemudian diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.
    • Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala.
  4. Gaya Hidup Bersih dan Sehat: Menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, termasuk mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum bersih, penggunaan jamban, sanitasi yang baik, dan langkah-langkah lainnya.

Alur Penanganan Kasus Masalah Gizi untuk Mencegah Stunting

Untuk mencegah stunting, langkah-langkah berikut dapat diambil:

  1. Surveilans Gizi dan Penemuan Kasus: Melakukan pemantauan gizi dan mencari kasus stunting secara aktif, misalnya melalui Posyandu, dan selanjutnya mengacu pada Puskesmas untuk tindakan lebih lanjut.

  2. Pelayanan Sekunder atau Tersier: Menyediakan pelayanan medis yang lebih spesifik oleh dokter spesialis anak (Sp.A) atau dokter spesialis gizi (Sp.AK) untuk menangani masalah pertumbuhan dan perkembangan anak. Fasilitas klinik khusus tumbuh kembang mungkin diperlukan untuk kasus yang lebih serius.***(Israwaty Samad)

 

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler