Mengutip laman Palontaraq.id, We Fatimah Banri Gau (1871-1895) adalah Ratu Bone atau Arumpone yang naik takhta menggantikan ayahnya, Singkerru Rukka.
Baca Juga: Sapobatu: Kisah raja yang dikubur hidup-hidup dengan batu di timur Bulukumba masa silam
Mushaf ini ditulis dengan tulisan tangan yang sangat indah oleh Syaikh Abdurrahman. Terdiri dari halaman-halaman kertas putih dihiasi dengan ukiran-ukiran artistik dan ornamen-ornamen yang memukau.
Ketika membuka halaman pertama mushaf Al Quran ini, pembaca akan langsung terpesona oleh keindahan tulisan tangan yang rapi dan anggun. Tulisan arab pada sampulnya dihiasi dengan ukiran-ukiran tinta berwarna emas dan perak.
Ada pula motif-motif geometris yang sangat indah, memberikan sentuhan seni yang khas dari Sulawesi Selatan. Ukiran-ukiran ini menambah keindahan mushaf Al Quran ini dan memberikan kesan bahwa mushaf ini bukan hanya sebuah kitab suci, tetapi juga sebuah karya seni yang patut diapresiasi.
Meskipun telah berusia 200 tahun, mushaf Al Quran ini masih terjaga keasliannya dengan baik. Karya tulisan tangan Syaikh Abdurrahman La Cambang masih terbaca dengan jelas, dan ukiran-ukiran artistiknya masih memukau mata.
Mushaf Al Quran ini menjadi sebuah warisan budaya yang sangat berharga dari Sulawesi Selatan, yang patut dipelihara dan dijaga keasliannya untuk generasi-generasi mendatang.