Membaca kata 'tunggu' dan 'pulang' dalam novel 'Sang Waktu' karya pegiat literasi Bulukumba

- 17 Maret 2023, 12:39 WIB
Buku 'Sang Waktu' karya pegiat l;iterasi Bulukumba, Musakkir Basri
Buku 'Sang Waktu' karya pegiat l;iterasi Bulukumba, Musakkir Basri /Dok. Rumah Buku

WartaBulukumba - Membaca kata 'tunggu' dan 'pulang' dalam novel 'Sang Waktu' karya pegiat literasi Bulukumba, Musakkir Basri, adalah serupa menembus teks-teks tentang rindu dan harapan anak manusia saat dicekik waktu. 

 

Sebuah novel yang disebut sebagai buku kecil oleh penulisnya ini adalah karya  fiksi yang memuat cerita perjalanan sang tokoh 'Sabda' mengitari rasa percaya diri.

Ditulis oleh penulis muda Bulukumba yang sedang 'menyala',  'Sang Waktu" diterbitkan oleh Rumah Buku. Dieditori Bandung Mawardi, tata letak dan sampul oleh MA Mas'ud, buku "Sang Waktu" menghampar ke jagat sastra dalam cetakan pertama di bulan Januari 2023

Baca Juga: Hadir memperkaya jagat sastra: 'Sepotong Tangan untuk Indonesia' lahir dari pegiat literasi Bulukumba

Dalam pengantar penerbit, "Sang Waktu" adalah mimpi yang terjebak dalam lamunan waktu. Terjebak jadi serpihan kenangan. Waktu, mampir tanpa permisi. Hati mendebati sikap keras kepala akal. 

Sorak suara terdengar atas harap. Mata menatap bahagia. Sesekali menikmati keindahan. Terhitung sejak waktu terpahami. Riuh angin menepis hangat. Daun menyentuh tanah.

Bunga tetap jadi simbol keindahan. Akar terabaikan. Banyak dari manusia mengagumi senja dan lupa tanpa matahari senja tak akan indah. Waktu memberi banyak pilihan atas kehidupan. Sesekali cinta dipatahkan waktu. Terdengar di waktu yang salah.

Baca Juga: Melayari asal usul Pinisi Bulukumba dari cerita rakyat 'Sawerigading'

Waktu menggugat: "aku tak pernah salah". Ekspektasi sering melampaui realitas nyata. Letak kesalahan manusia, bukan pada waktu. "Dengan segala harap, kusebut dia Sang Waktu, bukan pembawa luka apalagi derita."

Pada halaman 33 Bagian III dengan cerita Kota Jogja dan festival teater Mencari La Galigo dengan fragmen: Tak ada sedih dan bebal. Hanya ada waktu, berjejal Mencari LA GALIGO dan sepenggal kisah klasik.

Tak hanya sisi romantis perjalanan yang tercipta di balik buku kecil ini. Tapi, ada sedih dengan kehadiran kabar dari keluarga Sabda dengan pekik gelisah atas situasi rumah.

 

Baca Juga: Sapobatu: Kisah raja yang dikubur hidup-hidup dengan batu di timur Bulukumba masa silam

Meski begitu, Sabda tetap kuat melangkah dan menghapus segala air mata demi membawa kesuksesan buat keluarga. Tentunya, pulang adalah kata yang selalu terngiang.

Seperti pada fragmen di halaman 56: Orang-orang terlihat bahagia dan menikmati keindahan yang telah diciptakan oleh para pakar waktu.

Begitulah buku kecil ini memahami perjalanan demi pulang. Menyebutnya kobaran sang waktu.

Rumah Buku: Buku kecil ini, tentunya bisa dipesan melalui @rumah.buku_id dan toko jaringan bahasa online @tokopedia.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x