Baca Juga: Buku 'Ngopi Rongg' karya mendiang wartawan senior asal Bulukumba Usdar Nawawi adalah juga nisan
Menyasar pada sepotong tangan untuk Indonesia. Seperti pada bagian tulisan tentang merawat persatuan.
Buku kecil ini sebagai kumpulan puisi Musakkir Basri dengan bahasa kesederhanaan. Beberapa di antaranya adalah pulang sebagai simbol: kembali kepada diri. Pesan tak hanya tersampaikan oleh amarah.
Tapi, adakalanya pesan tersampaikan melalui sajak agar hidup tak diam di antara kata pengulangan dan copy paste.
Hadirnya buku ini menunjukkan critical of thinking melalui tangan seperti pada muatan tulisan dalam setiap lembar. Setelah membacanya, saya teringat pada dalil amor fati dari Friedrich Nietzsche: “Aku tidak sekadar menerima penderitaan hidup, tapi telah mencintai penderitaan.” Buku ini bisa membawa pembaca untuk mencintai setiap keadaan dan tidak membenci setiap kejadian.
Sebagian besar dalam buku ini (sehimpun puisi) menyoal tentang gerak kehidupan manusia pada persoalan cinta, derita, dan air mata.
Sementara dari ruang kata yang diberikan kepada Musakkir Basri dalam 'Pengantar Penulis' di awal-awal buku antologi puisi ini, dia menyatakan bahwa sebuah perasaan tidak mengenakkan apabila hidup dalam suatu kerumunan manusia penuh keegoisan. Sering kepala tertusuk nafsu materi untuk melanggengkan kuasa.