Tanah bergeser di Herlang Bulukumba, begini penjelasan ilmiahnya

- 26 Mei 2023, 20:30 WIB
 Tanah bergeser di Herlang, Sekda Ali Saleng: akan dikaji pihak Unhas
Tanah bergeser di Herlang, Sekda Ali Saleng: akan dikaji pihak Unhas /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Tanah yang selama berabad-abad tak bergerak tiba-tiba hidup dan beringsut. Desa kecil itu terkejut. Di beberapa titik lainnya di Kabupaten Bulukumba, banjir dan longsor menerjang setelah hujan lebat mendera.

Fenomena tanah bergeser di Kecamatan Herlang menyedot perhatian saat tiga kecamatan di Kabupaten Bulukumba disergap bencana banjir dan longsor pada Rabu, 24 Mei 2023 lalu. 

Salah satu penjelasan ilmiahnya adalah tetesan hujan menghantam tanah gundul dengan kekuatan yang cukup untuk memecahkan agregat tanah.

Baca Juga: Penanganan bencana banjir dan longsor, Bupati Bulukumba kerahkan eskavator

Menukil laman Qld.gov.au, fragmen-fragmen ini masuk ke dalam pori-pori tanah dan mencegah air masuk ke dalam tanah. Air kemudian terakumulasi di permukaan dan meningkatkan limpasan yang membawa tanah bersamanya.

Tanah yang terstruktur dengan baik tidak mudah pecah, dan dampak tetesan air hujan dapat diminimalkan jika permukaan tanah dilindungi oleh tanaman atau penutup serasah. Kerentanan tanah terhadap erosi air tergantung pada:

Intensitas curah hujan dengan intensitas tinggi menimbulkan risiko serius karena tetesan air yang deras pada tanah gundul menyebabkan permukaan tanah menjadi tertutup.

Baca Juga: BAZNAS Tanggap Bencana Bulukumba bergerak sigap ke lokasi terparah banjir dan longsor

Sementara sifat tanah bervariasi dalam kemampuannya menahan dampak tetesan air hujan,

Secara umum, pejelasan lainnya di ruang ilmiah, tanah dapat mengalami pergeseran karena berbagai faktor, termasuk:

1. Aktivitas geologis: Aktivitas geologis seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau pergerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan pergeseran tanah. Gempa bumi, misalnya, dapat menyebabkan retakan dan pergeseran tanah di sekitar daerah episentrum.

2. Erosi: Proses erosi oleh air, angin, atau es dapat mengikis lapisan tanah yang mendukung struktur di atasnya. Ketika lapisan tanah yang mendukung tererosi, tanah di atasnya dapat bergeser atau runtuh.

Baca Juga: KMN Ilham Kajang dengan 10 nelayan di perairan Bulukumba belum diketahui nasibnya

3. Air tanah: Perubahan dalam tingkat air tanah dapat mempengaruhi stabilitas tanah. Misalnya, jika tingkat air tanah meningkat akibat hujan berkepanjangan atau banjir, tanah yang jenuh air dapat menjadi lemah dan cenderung bergeser.

4. Penebangan hutan: Penebangan hutan yang tidak terkontrol dapat mengurangi kekuatan dan kestabilan tanah. Akar pohon berfungsi sebagai penahan tanah, dan ketika pohon-pohon ditebang, tanah dapat menjadi lebih rentan terhadap pergeseran.

5. Konstruksi manusia: Konstruksi manusia seperti pembangunan gedung, jalan, atau proyek infrastruktur lainnya dapat menyebabkan pergeseran tanah. Perubahan beban atau perubahan struktur tanah akibat konstruksi dapat mempengaruhi stabilitas tanah di sekitarnya.

Baca Juga: Mati mesin di perairan Bulukumba Sulsel, KMN Ilham Kajang dengan 10 POB belum ditemukan

Menakik laman Oceanservice.noaa.gov, saat ini Planet Bumi berada dalam kondisi perubahan yang konstan. Kerak bumi, yang disebut litosfer, terdiri dari 15 hingga 20 lempeng tektonik yang bergerak. Pelat-pelat itu dapat dianggap seperti potongan-potongan cangkang retak yang terletak di atas batuan cair yang panas di mantel Bumi dan saling menempel dengan erat.

Panas dari proses radioaktif di dalam interior planet menyebabkan lempeng-lempeng itu bergerak, kadang saling mendekat dan kadang menjauh. Gerakan ini disebut gerakan lempeng, atau pergeseran tektonik.

Planet kita terlihat sangat berbeda dari 250 juta tahun yang lalu, ketika hanya ada satu benua, yang disebut Pangaea, dan satu samudra, yang disebut Panthalassa. Saat mantel Bumi memanas dan mendingin selama ribuan tahun, kerak luar pecah dan memulai gerakan lempeng yang berlanjut hingga hari ini.

Baca Juga: Basarnas kerahkan 2 tim pencarian KMN Ilham Kajangdi perairan Bulukumba

Massa daratan Bumi bergerak menuju dan menjauhi satu sama lain dengan kecepatan rata-rata sekitar 1,5 sentimeter (0,6 inci) per tahun. Itu tentang tingkat pertumbuhan kuku kaki manusia!

Penting untuk memahami penyebab pergeseran tanah dan melakukan upaya pencegahan yang tepat, seperti pemantauan geoteknik, pengendalian erosi, dan perencanaan konstruksi yang baik, untuk meminimalkan risiko pergeseran tanah yang dapat membahayakan manusia dan infrastruktur.

Tanah Bergerak di Kecamatan Herlang

Sekretaris Daerah Muh Ali Saleng memantau aktifitas posko bantuan dan pengungsian korban tanah bergeser di Dusun Sappang Desa Borong Kecamatan Herlang, Jumat, 26 Mei 2023

Baca Juga: Menghidupkan kembali tanah pertanian dengan ide-ide baru: larva lalat dan abu!

Sebanyak 14 KK terpaksa harus bernaung di tenda pengungsian karena rumah mereka tidak layak untuk ditinggali akibat retak. Untuk sementara warga yang retak rumahnya diimbau untuk tidak beraktifitas di dalam rumah, karena dikhawatirkan ada pergeseran tanah susulan.

"Kita imbau untuk sementara menginap dulu di tenda, karena jangan sampai terjadi pergeseran susulan," kata Kepala BPBD Andi Akrim Amir.

Untuk konsumsi warga yang terdampak, pihak Tagana Dinsos sudah menyiapkan dapur umum termasuk menyiapkan suplai air bersih. Bantuan logistik juga sudah dipasok dari Dinsos dan Baznas Bulukumba, serta bantuan makanan siap saji, biskuit, tenda, selimut dan alat dapur dari Sentra Pangurangi Kemensos RI Takalar.

Baca Juga: Benarkah AI ancaman bagi banyak profesi? Copywriter asal Bulukumba ungkap pengalaman dibantu AI

Terkait pergeseran tanah yang menyebabkan jalanan dan rumah retak, Sekda Ali Saleng mengaku sudah bersurat (menghubungi) pihak Universitas Hasanuddin untuk mengkaji fenomena pergeseran tanah di Kecamatan Herlang ini.

Kata Sekda Ali Saleng, informasi awal dari Ketua Departemen Teknik Geologi Unhas Dr. Hendra Pachri bahwa wilayah ini memang memiliki potensi pergeseran karena merupakan jalur patahan sampai Laikang Kecamatan Kajang.

"Hari Senin depan, pihak Unhas akan turun melihat langsung kondisi tanah bergeser ini," kata Ali Saleng.

Salah satu warga korban tanah bergeser, H. Mappiare Karim (70 tahun) menceritakan saat malam kejadian, hujan turun deras disertai kilat. Ia mengaku tidak merasakan pergeseran bangunan yang terjadi di bagian belakang rumahnya.

"Nanti jam 4 subuh saya bangun, pintu kamar tidak mau terbuka, setelah saya paksa, kusennya juga langsung bergeser," ungkap Mappiare.

Mappiare mengaku, sepanjang hidupnya fenomena ini adalah yang pertama kalinya terjadi di wilayahnya. Di depan rumahnya, ruas jalanan provinsi juga ikut retak beberapa meter.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x