Temuan ilmuwan di Maros Sulsel, wanita Toalean 7.200 tahun lalu ini memiliki garis keturunan 'Alien'?

- 27 Agustus 2021, 03:40 WIB
Ilustrasi:Temuan ilmuwan di Maros Sulsel, wanita Toalean 7.200 tahun lalu ini memiliki garis keturunan 'Alien'?
Ilustrasi:Temuan ilmuwan di Maros Sulsel, wanita Toalean 7.200 tahun lalu ini memiliki garis keturunan 'Alien'? /Pixabay

WartaBulukumba - Dari zaman yang jauh, fosil seorang wanita purba Toalean dari 7.200 tahun lalu menunjukkan memiliki garis keturunan manusia 'Alien'!

Sebuah analisis genetik yang dilakukan ilmuwan menyimpulkan bahwa wanita Toalean kuno yang ditemukan di Gua Liang Panninge di Maros, Sulsel ini memiliki genom yang berbeda dengan kelompok manusia modern manapun.

Bahkan fosil manusia purba berkelamin wanita di kawasan yang disebut sebagai Wallacea oleh ilmuwan ini disebut berbeda dengan pribumi di Papua dan Pasifik barat yang leluhurnya adalah manusia pertama yang tiba di Oseania.

Baca Juga: Tiga desa di Sulsel masuk 50 besar Desa Wisata terbaik se-Indonesia

Dilansir WartaBulukumba.Com dari Live Science, Kamis 26 Agustus 2021, genom wanita purba itu juga menyibak informasi lainnya bahwa dia adalah kerabat jauh dari orang Aborigin Australia dan Melanesia saat ini.

Pakar arkeologi dari Pusat Penelitian Evolusi Manusia Universitas Griffith Australia, Prof. Adam Brumm membentangkan sebuah penjelasan bahwa mereka menemukan DNA pertama dari manusia purba di wilayah antara Asia dan Australia yang dikenal sebagai Wallacea.

"Temuan ini memberikan pandangan baru tentang keanekaragaman genetik dan sejarah awal populasi manusia modern di dunia," kata Brumm.

Baca Juga: Ilmuwan Wuhan peringatkan warga dunia: Ada varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya

Menurut Brumm, fosil manusia purba yang ditemukan pada 2015 silam itu berkelamin perempuan yang berusia sekitar 17 tahun atau 18 tahun.

Dia mengatakan fosil itu kemungkinan besar dikubur di gua itu sekitar 7.200 tahun lampau.

Sementara itu, Cosimo Posth, profesor di Senckenberg Center for Human Evolution and Palaeoenvironment di the Senckenberg Center for Human Evolution and Palaeoenvironment, Universitas Tubingen di Jerman membeberkan sebuah hal menarik terkait penemuan genetik ini.

Baca Juga: Buku terbaru 2021 'Hujan dan Senja yang Tak Lagi Sama', antologi prosa puitika pegiat literasi Bulukumba

"Ini menunjukkan Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya, daerah yang dikenal sebagai Wallacea merupakan titik pertemuan untuk peristiwa pencampuran utama antara Denisovans dan manusia modern dalam perjalanan awal mereka ke Oseania," kata Posth kepada Live Science melalui sebuah surel.

Cosimo Posth menyibak pula ihwal orang Aborigin Australia dan Papua.

Ia menghubungkan wanita purba Toalean itu memiliki proporsi DNA yang signifikan dari spesies manusia purba yang dikenal sebagai Denisovans.

Baca Juga: Sandiaga Uno dorong HijUp Growth Fund wujudkan Indonesia kiblat fesyen muslim dunia

"Itu sangat kontras dengan manusia pemburu kuno lainnya dari Asia Tenggara, seperti di Laos dan Malaysia, yang tidak memiliki banyak keturunan Denisovan, kata Posth.

Sejak dulu para peneliti sangat tertarik pada Wallacea.

Diperkirakan bahwa manusia purba melakukan perjalanan melalui Wallacea setidaknya 50.000 tahun yang lalu sebelum mereka mencapai Australia dan pulau-pulau sekitarnya.

Baca Juga: Bung Karno dan Burung Garuda pada uang logam pecahan Rp25 ribu da Rp500 ribu edisi khusus BI

Penemuan fosil wanita di Gua Liang Panninge di Maros, Sulawesi Selatan disebut bisa mengungkap jejak kelompok manusia purba tak dikenal yang mendiami wilayah itu.

Prof. Adam Brumm meyakini fosil perempuan itu adalah bagian dari masyarakat Toalean yang diperkirakan menghuni kawasan semenanjung Sulawesi Selatan.

Toalean adalah istilah yang diberikan kepada kebudayaan masa prasejarah yang masyarakatnya berburu dan meramu yang hidup di wilayah dataran lebat dan pegunungan Sulawesi Selatan antara 8000 tahun lalu sampai sekitar abad kelima Masehi.

Baca Juga: Sinopsis Spider-Man: No Way Home, Doctor Strange kuasai multiverse yang memanipulasi ruang dan waktu

"Mereka membuat peralatan dari batu termasuk mata panah yang dikenal sebagai Mata Panah Maros yang tidak ditemukan di wilayah lain di Indonesia," jelas Brumm.***

 

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah