Ada ledakan besar Matahari saat gerhana 8 April

31 Maret 2024, 19:18 WIB
Gerhana Matahari Total /Pixabay/Buddy_Nath/

WartaBulukumba.Com - Di Meksiko, Texas, dan kota-kota lain di jalur Gerhana Matahari Total, siang akan berganti menjadi senja, dan kemudian kembali lagi.

Dalam beberapa menit itu, plasma matahari akan berkilauan, menciptakan sebuah seni visual kosmik yang menyihir.

Di pagi yang hening pada 8 April 2024, Gerhana Matahari Total diperkirakan akan bersamaan dengan letupan besar Matahari.

Selama momen singkat ini, ketika Matahari sepenuhnya bersembunyi di balik Bulan, plasma matahari akan menari di langit, menciptakan lingkaran berwarna pink tua yang misterius, bagaikan kalung langit yang bersemu keemasan.

Baca Juga: Gerhana Matahari Total terjadi sebelum Lebaran 2024: Siang hari akan diselimuti kegelapan

Kali ini Indonesia tak dapat menyaksikan

Gerhana ini, yang menutupi Matahari dengan bayang Bulan, adalah sebuah drama alam yang hanya terjadi dalam hitungan dekade.

Jalur gerhananya, melintasi lautan dan benua, menjanjikan kegelapan siang yang menawan, namun sayangnya, Indonesia hanya dapat menyaksikannya dari kejauhan.

Diwartakan News Week, fenomena gerhana ini juga diperkirakan akan lebih unik karena bertepatan dengan puncak maksimum Matahari, yaitu periode ketika Matahari sangat aktif, menurut prakiraan cuaca NASA dan National Center for Atmospheric Research (NCAR) AS.

Baca Juga: Gerhana Bulan Penumbra menyapa pertengahan Ramadhan 2024, cek jadwal dan lokasinya

Siklus sebelas tahun

“Tingkat aktivitas Matahari mengalami pasang surut selama siklus 11 tahun dan puncak maksimum Matahari terjadi tahun ini, yang menyebabkan peningkatan cuaca luar angkasa yang menakjubkan,” kata Prediction Center Project Manager di Space Weather, Bryan Brasher.

Pada sistem biner Corona Borealis yang berisi satu bintang katai putih mati dan satu bintang raksasa merah yang menua, terpantau akan terjadi ledakan nova yang spektakuler.

Terletak 3.000 tahun cahaya dari Bumi, Corona Borealis adalah rumah bintang katai putih bernama T Coronae Borealis (disingkat T CrB) yang akan meledak.

Baca Juga: Alien memandang Matahari kita sebagai katai kuning, bintang 'pasaran' di alam semesta

Publikasi resmi NASA, peristiwa kosmik langka tersebut diperkirakan terjadi kapan saja dari saat ini sampai sebelum September 2024.

Ketika terjadi, kemungkinan besar fenomena ini terlihat dengan mata telanjang.

Menurut NASA, tidak diperlukan teleskop mahal untuk menyaksikan pertunjukan kosmik ini.

Seperti dikutip dari BBC, ledakan T CrB hanya berlangsung sekitar sekali setiap 80 tahun, terakhir pada tahun 1946.

Pada saat terjadi, akan tampak bagian langit yang bercahaya selama sekitar seminggu.

Bagaimana NASA bisa tahu dengan pasti bahwa T CrB akan meletus secara spesifik dalam beberapa bulan ke depan? Ini terkait perhitungan matematis dan bukti nyata.

Misalnya, terakhir kali T CrB mengalami nova adalah tahun 1946, 78 tahun yang lalu.

Sejak saat itu, jam terus berdetak ke ledakan berikutnya. Juga ada tanda lain T CrB bersiap untuk meledak.

“Kami tahu bahwa sebelum terjadi nova, warnanya akan meredup selama sekitar setahun dan T Coronae Borealis mulai meredup bulan Maret 2023, jadi itulah mengapa kami berpikir ini akan menjadi nova antara sekarang dan akhir September,” kata pakar NASA, William J Cooke.

Ada sebenarnya apa di balik ledakan itu? Peristiwa ini terjadi ketika bintang katai putih, berukuran sebanding dengan Matahari namun runtuh, dan bintang raksasa merah, yang mendekati akhir siklus hidupnya dan membesar hingga kira-kira 74 kali ukuran Matahari, saling mendekat.

Inti bintang mati terkunci di orbit bintang merah raksasa. Kedekatan ini menyebabkan peningkatan suhu permukaan raksasa merah secara signifikan, melonjak dari sekitar 4.000 hingga 5.800 derajat Fahrenheit hingga 360.000 derajat Fahrenheit, mendorong T CrB melepaskan lapisan luarnya ke permukaan.***

Editor: Alfian Nawawi

Terkini

Terpopuler