WartaBulukumba - Puluhan bahkan ratusan laporan menyeruak terkait penampakan UFO di Indonesia sejak tahun 1883.
BETA-UFO singkatan dari Benda Terbang Aneh atau Unidentified Flying Object adalah komunitas kelompok pengamat BETA di Indonesia yang berdiri sejak tanggal 26 Oktober 1997.
Kelompok ini berusaha mendata penampakan benda terbang aneh, khususnya di Indonesia.
Baca Juga: Kisah Albert Einstein, pesawat UFO dan mayat alien di Insiden Roswell 1947
Kegiatan BETA-UFO di antaranya pernah menerbitkan Majalah Info-UFO hingga edisi ke-13 yang kemudian berubah nama menjadi Majalah BETA-UFO pada edisi ke-14.
Kelompok ini selain aktif melakukan berbagai investigasi ke tempat kejadian di mana dilaporkan ada penampakan piring terbang, mereka juga melakukan diskusi, seminar, serta mengikuti pameran.
Pada 15 September 2021, dedengkot BETA UFO Indonesia terbitkan buku terbaru berjudul "UFOs Are Real, They Are Here".
Baca Juga: Geger UFO 'menari-nari' di beberapa kawasan gurun di Amerika Serikat
Dia adalah juga pendiri komunitas peneliti UFO tertua di Indonesia, BETA UFO, Nur Agustinus.
Melalui buku terbarunya, Nur ingin mengatakan pada semua orang bahwa UFO itu benar-benar ada.
Untuk menyelesaikan buku setebal 124 halaman itu, Nur Agustinus membutuhkan waktu sekitar setahun.
Baca Juga: Misteri UFO dan Alien mulai tersingkap satu persatu?
Tantangan utamanya dalam menuliskan buku tersebut adalah banyaknya informasi baru tentang UFO yang muncul dalam setahun terakhir, terutama sejak Pentagon secara resmi mengakui video-video yang direkam oleh pilot US Navy serta pembentukan Unidentified Aerial Phenomena Task Force.
Baginya, menekuni fenomena UFO bukan sekadar hobi, melainkan panggilan hati. Dia bertekad untuk mengedukasi dan memberikan informasi tentang fenomena UFO agar bisa dibaca oleh masyarakat Indonesia.
Meski dia tidak sedang berusaha untuk mengubah keyakinan orang lain, tapi dia ingin memberikan informasi yang mudah dijangkau oleh berbagai kalangan.
Baca Juga: Petualangan Demi Lovato yang konsisten memburu UFO
UFO baginya adalah jembatan ke arah sains dan teknologi antariksa, meski juga punya sisi lain yakni filosofi bahkan spiritual. Sebab, banyak hal tentang kehidupan ini yang masih menjadi pertanyaan, termasuk keberadaan makhluk cerdas selain manusia di alam semesta ini.
Dalam buku terbarunya, Nur Agustinus membahas juga tentang implikasi logis adanya UFO, misalnya pengaruh terhadap kemungkinan jika manusia hidup berinteraksi dengan alien, adanya koloni yang dibangun oleh mereka di Bumi, hingga risiko adanya penyakit yang mereka bawa ke Bumi yang bagi mereka sudah tidak berbahaya namun bagi manusia bisa mematikan sebab kedatangan mereka belum tentu melalui proses karantina ketat.
Pengetahuan soal UFO dan makhluk luar angkasa menjadi penting untuk mengetahui kemungkinan bagaimana nantinya manusia berinteraksi dengan mereka, bagaimana sistem budaya dan psikologisnya, apa motivasinya, dan tentunya juga akan berdampak pada bagaimana sikap kita dalam hal pertahanan keamanan.
“Ini karena jika peradaban di luar Bumi ini ternyata banyak, mengingat saat ini juga banyak diterima eksoplanet, maka bisa saja yang datang ke planet kita ini bukan hanya satu asal, tapi bisa juga banyak,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Di Indonesia, fenomena UFO sebenarnya cukup diperhatikan secara serius pada 1970-an. Saat itu, J. Salatun adalah tokoh terdepan yang memimpin diskursus soal UFO di Indonesia, terutama ketika dia menjadi kepala LAPAN. Namun saat ini, tidak ada instansi pemerintahan yang secara khusus membahas tentang UFO di Indonesia.
“Namun dalam perbincangan pribadi saya dengan beberapa pihak di kalangan pemerintah, ada banyak juga yang menaruh perhatian secara pribadi terhadap fenomena ini,” lanjutnya.
Dia tidak menampik bahwa di Indonesia memang ada kesan bahwa UFO menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan secara resmi.
Namun di luar negeri, khususnya di AS saat ini fenomena UFO dan UAP (Unidentified Aerial Phenomena) sudah mulai diakui. Hal itu menurutnya membuka peluang besar untuk mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih memperhatikan fenomena UFO.
Dia yakin bahwa sebenarnya pemerintah Indonesia juga memiliki dokumen-dokumen tentang UFO, dan dia berharap ada upaya pemerintah untuk merilis dokumen tersebut ke publik.
Kesaksian Guntur Soekarno
Banyak laporan penampakan UFO di Indonesia. Salah satu yang terpopuler yaitu kesaksian Guntur Soekarnoputra, putra mendiang Presiden Pertama RI, Ir Soekarno.
Berikut tulisannya yang pernah dimuat oleh majalah Angkasa, edisi Desember 1990.
Sebuah pertanyaan yang menarik seperti judul tulisan ini. Ya pernahkah UFO mampir atau mendarat di Indonesia?
Secara tegas saya dapat mengatakan memang benar UFO pernah mendarat di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Hal ini terjadi di sekitar era 70- an.
Saat ingin beristirahat di kamarnya, Sumadi, penjaga rumah melihat sesosok tubuh berdiri di atas tembok halaman belakang. Makhluk itu tidak terlalu tinggi. Sekitar 120-150 dengan tubuh yang mirip jamur yang bergoyang-goyang.
Mengapa saya dapat menyatakan demikian? Oleh karena saya pribadi pernah menjadi saksi UFO mendarat di DKI Jakarta tepatnya di Jl Sriwijaya Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di sebelah rumah almarhumah Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu dihuni oleh adik saya, Guruh Sukarno Putra, dan menjadi ‘markas’ dari kelompok muda-mudi Swara Maharddhika yang terkenal.Saat itu, Guruh sebagai Ketua Umum Swara Maharddhika sedang melatih anggota-anggota Swara Maharddhika agar mereka menguasai tarian rakyat Sulawesi Selatan, yaitu tari Pakarena. Tari ini diiringi oleh 3 orang penabuh kendang yang menabuh kendangnya secara bertalu-talu. Rupanya suara kendang yang bertalu-talu berhari-hari itu frekuensinya tepat sama dengan frekuensi yang dimiliki oleh UFO tadi. Secara populer UFO dapat kita sebutkan sebagai piring terbang. Akibat adanya kesamaan frekuensi, piring terbang tadi mendarat di kawasan datangnya sumber frekuensi yakni rumah kosong di sebelah rumah yang ditempati Guruh.Hal tersebut diketahui ketika setelah latihan usai di sore hari mendekati magrib.
Seorang pembantu bernama Samadi tengah membersihkan ruangan latihan. Saat itu ia memperhatikan di tembok pagar belakang rumah secara remang-remang melihat bayangan seseorang sedang bertengger di atas tembok. Ia mengira orang tersebut adalah pencuri yang hendak meloncat pagar untuk masuk ke rumah. Akan tetapi, anehnya Samadi tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya terdiam melongo tak bergerak sedikit pun. Anggota Swara Mahardhika yang belum pulang dan sedang minum es, tiba–tiba berteriak karena mereka melihat sebuah piring terbang melayang ke udara dari halaman belakang rumah tempat mereka latihan tadi. Mereka berteriak histeris, “Piring terbang, piring terbang!" Dan langsung tancap gas motor mereka mengikuti ke mana arah piring terbang tadi melayang. Rupanya piring terbang tadi terbang melayang ke arah Stadion utama Gelora Bung Karno. Sekitar 4 orang anggota Swara Mahardhika yang naik motor mengejar piring terbang tadi ke arah GBK melihat benda tersebut melakukan hovering (melayang-layang) tepat di atas kubah stadion utama untuk beberapa saat. Karena pagar stadion utama dalam keadaan terkunci, mereka cuma bisa mengawasi piring terbang tadi dari pagar stadion.
Sayang di kala itu belum ada HP untuk bisa memotret.Tak berapa lama setelah melayang-layang, tiba-tiba dengan kecepatan kilat piring terbang tadi melesat ke angkasa dan hilang dari pandangan.
Guruh segera menghubungi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta melaporkan kejadian tersebut. Hari itu juga tim dari Lapan yang dipimpin Marsekal Muda RJ Salatun datang dan memeriksa seluruh lokasi kejadian, termasuk memeriksa Samadi. Saat pemeriksaan sebagai penasihat Swara Maharddhika, saya hadir untuk melihat-lihat kondisi di lokasi kejadian. Oleh RJ Salatun, saya dilarang mendekati lokasi pagar karena lokasi tersebut masih penuh dengan radiasi elektromagnetik yang membuat pohon-pohon pisang tetangga belakang hangus terbakar. Peristiwa piring terbang yang disaksi-kan oleh lebih dari 3 orang itu, menurut RJ Salatun, dapat dikategorikan sebagai peristiwa akurat, benar-benar terjadi dan harus didokumentasikan. Apalagi diperkuat dengan adanya kasus Samadi yang tampak linglung. Rupanya dia terkena extra terestrial syndrome. Hal ini biasa dialami oleh orang-orang yang kepergok bertemu dengan makhluk-makhluk ruang angkasa yang dinamakan alien. Sindrom ini biasanya akan berlangsung kurang lebih 7 hari dan selama itu dia tidak dapat diajak berkomunikasi karena seperti amnesia.
Sederet penampakan UFO di Indonesia
Pendiri benda terbang aneh (Beta) UFO Indonesia, Nur Agustinus, mengatakan dalam acara konferensi internasional Search for Extra Terrestrial Intelligence (SETI) di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta, 2016, bahwa sekitar 1960-1980, LAPAN menjadi pusat untuk informasi pelaporan tentang UFO.
Pada 1969 ada laporan di Pulau Alor Nusa Tenggara Timur bahwa ada enam makhluk alien. Mereka datang sempat menculik seorang anak. Kemudian dikembalikan, tetapi anak tersebut sempat linglung. Ketika mulai meresahkan masyarakat, polisi berusaha menangkap dan menembaki alien tersebut. Penduduk juga melihat benda seperti piring terbang di pantai.
Pada tahun 20218, warga Ciamis heboh dengan adanya rekaman benda terbang yang disebut-sebut sebagai UFO. Rudiat, warga Ciwahangan, Desa Baregbeg, Kecamatan Baregbeg, Ciamis, mengaku tak sengaja mengabadikan benda terbang itu pada 27 Juli 2018, sekitar pukul 21.00 WIB.
"Awalnya saya mengira itu pesawat terbang, tapi biasanya lampunya berkedip-kedip, kalau yang ini tidak berkedip," tutur Rudiat kepada awak media.
Pada Rabu 27 Juni 2012 sekitar pukul 14.30 WIB, Nisrina Azahra yang saat itu berusia 8 tahun naik ke lantai dua atau tempat jemur pakaian di rumahnya di Bandung.
Bocah perempuan itu iseng mengarahkan kamera telepon genggam Nokia tipe C5 ke langit bercuaca cerah dan berawan. Zahra memotret sebanyak dua kali menggunakan kamera handphone.
Pertama, hasil fotonya nampak biasa. Namun hasil potretan kedua menunjukkan gambar mirip bola mata bercahaya merah muda. Bentuknya elips dan di tengah-tengahnya ada bulatan putih. Ayah Zahra bahkan mengirimkan foto ini ke bagian astronomi ITB untuk mengkonfirmasi apakah benda itu UFO atau bukan.
Kisah itu pun viral. Pakar Telematika, Roy Suryo, dimintai komentar dan mengatakan bahwa yang muncul adalah uap air kotor sehingga berwarna ketika ditangkap kamera.
Tanggal dua juli diperingati sebagai hari UFO sedunia. Kemunculannya menimbulkan berbagai konspirasi.
Bagi orang-orang yang mempercayai keberadaan alien, tanggal 2 Juli menjadi hari yang istimewa. Selain itu, terdapat beberapa teori konspirasi yang beredar.
Pada saat Pilot Kenneth Arnold menerbangkan pesawat kecilnya pada 24 Juni 1947, dirinya menyaksikan sembilan benda bercahaya biru yang terbang dengan kecepatan tinggi, dengan bentuk formasi V.
Klaimnya dipandang tidak kredibel oleh pemerintah, dan mengatakan berhalusinasi. Namun dalam beberapa minggu kemudian, penampakan Roswell terjadi.
New Mexico dikenal dengan penampakan UFO terbesar yang pernah ada. Pada musim panas 1947, peternak William menemukan puing-puing misterius di salah satu padang rumput yang terdiri dari barang logam, potongan plastik dan bahan bekas yang tidak biasa.
Semenjak dari kejadian tersebut, maka terdapat teori bahwa materi itu berasal dari mahluk luar angkasa. 3. Lubbock, Texas Ketika tiga profesor sedang memandangi malam di luar Lubbock pada tahun 1951, para profesor melihat pemandangan cahaya yang terbang di atas mereka dengan kecepatan tinggi di langit. Lalu setelah beberapa minggu kemudian, lusinan laporan mengatakan penampakan yang serupa.
Setelah itu ratusan ribu laporan penampakan UFO pun bermunculan dari seluruh dunia.
Dikutip dari Betaufo.org, berikut adalah daftar penampakan UFO yang dilaporkan terjadi di Indonesia:
Berikut ini antara lain laporan tentang penampakan UFO di Indonesia:
Sebelum tahun 1900
Gunung Krakatau, 1883
1900-1959
Kebumen Selatan, 1932
Laut Timor, 26 Februari 1942
Palembang, 10 Agustus 1944
Plaju, Sumatera Selatan, waktu Perang Dunia II
Yogyakarta, 19 Mei 1952
Medan, 28 Januari 1953
Bandung, 9 Pebruari 1953
Magelang, 9-10 Pebruari 1953
Semarang dan Malang, 13 Pebruari 1953
Sungguminasa, Ujung Pandang, 14 Pebruari 1953
Banjarmasin, 15 Pebruari 1953
Ujung Pandang, 18 Pebruari 1953
Tanjung Balai, Asahan, 25 Pebruari 1953
Palembang, 7 April 1953
Kalimantan, 23 Juli 1953
Papua, 23 Agustus 1953
Cilincing, Timur Tanjung Priok, Pebruari 1954
Jawa Timur & Jawa Tengah, 18 Maret 1954
Penerbang AURI melihat UFO, Mei 1954
Madiun, 1954
Bondowoso, Jawa Timur, 25 Juli 1954
Bondowoso, Oktober 1954
Jatinegara, 4 Desember 1956
Jenoponto, Sulawesi, 22 Juni 1955
Medan, 26 Juni 1955
Danau Semayang, Kaltim, 1956
Bagan Siapi-api, 6 Nopember 1957
Pantai Tarakan, 11 Nopember 1957
Irian Jaya, Agustus 1959
Curug, Tangerang, 20 September 1959
Kep. Alor, 1959
1960-1979
Jakarta, 1962
Bangkalan, Juni 1963
Surabaya, 1964
Yogyakarta, 1964
Ngliyep, 1964
Jawa Timur, 1967
Palembang, Juli 1967
Tasik Poso, Sulawesi, Mei 1968
Medan, Minggu pertama Nopember 1968
Manado, 1969
Mojogedang, Solo, 1969
Pantai Selatan Jawa Timur 1970
Gunung Agung, Bali, 1973
Jl. Tamansari, Bandung, 1974
Flores, 1974
Jakarta, Lia Aminuddin, 1974
Lepas Pantai Cilamaya, Jabar 1975
Ruang udara Indonesia, Juli 1975
Porong, 27 Juni 1977
Semarang, 1977
Jayapura, 14 September 1977
Bogor, 15 Nopember 1978
Pantai Ayah, Desember 1978
Ujung Pandang, 13 Desember 1978
Tulungagung, 1979
Ciamis, 27 Januari 1979
Jakarta, 27 Mei, 26 Juni & 12 Juli 1979
Bandung, 14 Juli 1979
Jakarta, 27 Agustus 1979
Lembang, Oktobe 1979
Surabaya, 1979
Dago Pakar, Bandung 1979 (diculik alien)
1980-1989
Bandung, 1980
Yogyakarta, 1980
Pangkalpinang, Pulau Bangka, 1980
Yogyakarta, 2 Januari 1981
Jakarta, 23 Mei 1981 (Guruh Sukarnoputra)
Bali, 1982
Gunung Galunggung, 22 Juli 1982
Riau, Mei 1983
Desa Antan, Kalbar, 1984
Tarakan, Kalimantan Timur, 1984 / 1985
Palembang, 1985
Solok, 1986
Jakarta, Agustus 1986
Jakarta, 1986
Cilandak, Jakarta Selatan, 23 Maret 1987
Bandung 1989/90
1990-1995
Jakarta, 1990
Padang, 1990
Bali, 1991
Sintang, 1991
UFO di Malang Tahun 1991
Cileduk, Jakarta, April 1991
Bali, 16 Juli 1992
Surabaya, 1992
Bandara Ngurah Rai, Bali, 27 Agustus 1992
Sambas, Kalimantan Barat 1993
Bandung, 1993/1994
Malang, Januari 1994
Probolinggo, 1994
Ambeno, Timor, 1994
Singkawang, Sambas, 1995
Tebet Barat, Jaksel, Juni 1995
Salatiga, Juli 1995
1996-1997
Pengandonan, Feb 1996
Teluk Nampu, April 1996
Sukabumi, April 1996
Bandung, Agustus 1996
Bodok, Sambas, 1996
Pontianak, Desember 1996
Palangkaraya, 1996 dan Muara Teweh, 1996 & 97
Madiun, 5 Nopember 1997
Salatiga, September 1997
Bandung, 12 April 1997
Bandung, 14 April 1997
Serukam, Sambas, 13 Juni 1997
Bandung, 28 Oktober 1997
Surabaya, 2 Desember 1997
Jakarta, 1997
1998-1999
Banyuwangi, Nopember 1998
Gunung Salak, 16 April 1998
Pantai Bayah, Rangkasbitung, 28 April 1998
Yogyakarta, Juli 1999
Lovina, Bali, 17 September 1999
Kelian, Kaltim, 20 Nopember 1999
2000
Denpasar, 3 Februari 2000
Sulawesi Utara, 26 Desember 2000
2001
Yogyakarta, 25 Maret 2001
Pemberitaan pertama tentang penampakan UFO di Indonesia muncul bersamaan dengan letusan Gunung Krakatau.
Surat kabar The New York Times yang terbit pada 3 Juli 1908, seperti dikutip dari geocities.com, melaporkan bahwa pada saat gunung Krakatau yang terletak di selat Sunda meletus pada tahun 1883, terlihat cahaya-cahaya aneh di langit yang sukar dijelaskan.
Banyak kasus penampakan UFO lainnya. Misalnya fakta yang disampaikan Marsekal Muda TNI (Purn) J Salatun dalam bukunya "UFO Salah Satu Dunia Masa Kini."
Salatun menyebutkan banyak sekali laporan kemunculan UFO di Indonesia, antara lain di Surabaya selama seminggu 18-24 September 1964.
Saat itu benda asing itu nampak dengan mata telanjang maupun lewat radar dan muncul di daerah segitiga: Surabaya, Malang, dan Bangkalan.
UFO itu bahkan sempat ditembaki dengan meriam arteleri pertahanan udara, namun tidak ada yang jatuh. Dikabarkan salah satu UFO itu juga pernah mendarat di sebelah selatan Surabaya.***