Pengamat: Sayang, mau dinilai dari mana prestasi Puan jika diangkat Capres

30 Maret 2021, 18:52 WIB
Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani . / dpr.go.id/

WartaBulukumba - Aktor penting di PDIP ini kini digadang-gadang akan menjajaki kursi tertinggi di pemerintahan Indonesia. Lagi-lagi sorotan cahaya penuh memenuhi ruang politik untuk dirinya tetap bersinar mengingat ada dorongan terbaik dari kancah belakang.

Puan Maharani perempuan hebat yang dielu-elukan akan mengisi tonggak tertinggi pemerintahan Indonesia menjadi topik hangat di kalangan politisi.

Mengingat pilar prestasi dari masa ke masa menjadi tanda tanya besar prestasi apa yang dicetak perempuan ini. Sayang, tak pernah sedikitpun namanya berhasil mengharumkan dirinya sendiri di mata rakyat.

Baca Juga: Eulogi Andi Baso Masykur di Diklat Manajemen Perpustakaan Kementerian Agama

Melansir Warta Ekonomi, dua posisi terpenting diduduki tak nampak cerita kerja kerasnya. Jabatan di bidang eksekutif (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) maupun di legislatif sebagai Ketua DPR Republik Inonesia menjadi sebuah sorotan besar bahwa benar kader PDIP ini hanya mengisi jabatan semata tanpa aksi yang jelas.

Sehingga dari fakta yang terlihat di perkembangan politik Indonesia masyarakat pun tak perlu angkat suara mengenai sumbangsih Puan Maharani.

Bahkan Jamiluddin Ritonga seorang Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin menguraikan bahwa Megawati Soekarnoputri telah berkali-kali mengorbitkan Puan di beberapa jabatan strategis.

Baca Juga: Andi Utta kepada demonstran Landless Day: Berikan saya kesempatan

Sayangnya hingga saat ini, kata Jamiluddin, tidak mendengar prestasi fantastis saat Puan menjabat Menko PMK.

"Bahkan program revolusi mental yang berada di bawah kendali Menko PMK, tak jelas hasilnya," ungkap Jamiluddin saat menilai prestasi Puan.

Prestasi yang dicetak Dr. Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.I.Kom pun saat mengisi kursi Ketua DPR RI masih sering ditanyakan. Karena faktanya tidak ada gebrakan baru yang lahir dari kinerjanya.

Baca Juga: Edy Manaf diganjar penghargaan 'Alumni Inspiratif' oleh IKA Komunikasi Unhas

Jadi, kalau begini masyarakat pun tak akan mampu menilai elektabilitas dari sosok Puan Maharani.

Bahkan catatan sejarah dirinya meninggalkan kesan kepada masyarakat tentang kasus kontroversial Puan saat mematikan pengeras suara pada suatu acara paripurna.

"Dengan dua jabatan bergengsi itu, seharusnya elektabilitas Puan sudah meroket," jelas Jamiluddin.

Baca Juga: Menghemat daya, Taiwan tak lagi kerahkan pesawat pemburu setiap pesawat China muncul

Sebab, bagi Jamiluddin, dua jabatan itu berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga, kalau ia menonjol tentu elektabilitasnya sudah tinggi.

Namun, kenyataannya elektabilitas Puan sangat rendah. Hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Puan hanya 1,1 persen. Bahkan hasil survei Parameter Politik Indonesia (PPI), elektabilitasnya hanya 0,7 persen.

"Jadi terlihat ada kaitan antara prestasi jabatan publik dengan elektabilitas seseorang. Semakin menonjol prestasinya sebagai pejabat publik, maka akan semakin tinggi elektabilitasnya," terangnya membeberkan fakta itu.

Baca Juga: Kominfo menyisir konten kekerasan dan sadisme di medsos terkait bom Katedral

Sehingga, dengan jarangnya elektabilitas Puan terisi selama menjadi pejabat publik, maka diperkirakan elektabilitasnya memang sulit untuk dikorek.

Nilai jual Puan tampak rendah, sehingga akan menyulitkan relawan dan PDIP membrandingnya. Hal itu akan menyulitkan Megawati Soekarno untuk mengusung Puan menjadi capres. Sayang sekali, sebab banyak pihak yang berharap pada dirinya.

Kemudian Jamiluddin kembali menguak fakta kalau Megawati diperhadapkan adanya kader PDIP yang elektabilitas tinggi, seperti Ganjar Pranowo. Sebagai panutan di PDIP, tentu Megawati harus objektif saat memutuskan siapa yang layak menjadi capres, Puan atau Ganjar. Karena pilihan ini sungguh berat.

Baca Juga: Kobaran semangat 'Aku Sahabat Rakyat' kembali menguar di dada

Namun, jika menelaah hasil survei ternyata relatif stabil hingga pertengahan 2023, maka pilihan paling rasional jatuh ke sisi Ganjar.

"Puan dengan berat hati harus rela tidak diusung jadi capres," ungkap Jamiluddin.

Namun, jika pilihan capres tetap subjektif dan bersifat politis, maka Megawati Soekarnoputri akan tetap memilih Puan.

Baca Juga: AHY tegaskan Moeldoko tertipu trik menyesatkan oleh makelar politik

Risikonya, peluang Puan akan gagal semakin sangat besar pada Pilpres 2024. Dalam kondisi elektabilitas rendah, yang paling rasional Puan diusung menjadi cawapres. Di sini Puan berpeluang mendampingi Prabowo yang selama ini elektabilitasnya sangat tinggi.

"Megawati berpeluang memilih opsi ini bila elektabilitas Puan tetap jeblok," tutupnya mengakhiri cerita catatan prestasi Puan Maharani.

Benar-benar pilihan berat mengingat profil dua tokoh ini begitu bersinar dengan masing-masing ciri khasnya.***

Editor: Muhlis

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler