WartaBulukumba.Com - Di tengah jalan berdebu, bayangkan saja sepenggal kisah imajiner namun sangat faktual di Gaza, Palestina hari ini. Ada seorang anak yang kehilangan kedua kakinya akibat bom Zionis. Dia menarik tangan ibunya sambil berbisik lirh dalam tanya "Bu, apa itu HAM?" tanyanya.
Bayangkan saja secara fiksional namun menggambarkan realitas global detik ini, sang ibu tersenyum sambil menjawab: "HAM adalah hak-hak dasar yang pantas kita miliki, seperti kebebasan, hak hidup, dan kesetaraan."
Sementara itu di kejauhan, gumpalan asap menaungi pemukiman pengungsi Palestina. Jet-jet tempur Zionis memuntahkan tanpa henti bom-bom yang berasal dari negara-negara yang 'menginisiasi konsep HAM'.
Menggali Peran Literasi pada Hari HAM
Bagaimana HAM di Palestina hari ini? Bagaimana HAM di di seluruh dunia detik ini? Bagaimana halnya di Indonesia, di Bulukumba?
Di dalam dentingan kalender yang merayakan hak asasi manusia, ada panggilan dialektika untuk refleksi mendalam. Komunitas Rumah Buku di Desa Bontobulaen, Bulukumba mengajak sesiapa pun untuk menyimak suara-suara kebenaran dalam diskusi live Instagram pada hari Rabu, 13 Desember 2023, pukul 15.30 Wita.
"Peran Literasi dalam Merekam Hari HAM untuk Keadilan" menjadi sorotan. Bagaimana bisa berguna mengunyah banyak buku bacaan tentang sejarah dan humaniora jika tak peduli secuil pun masalah penjajahan dan pembantaian di Palestina, misalnya? Bagaimana bisa bermanfaat punya banyak tulisan tentang politik dan sosial budaya jika tak paham juga tentang perilaku suatu rezim yang justru melanggar HAM dan demokrasi untuk melanggengkan kekuasaan? Kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan masihlah jantung perbincangan yang tak lekang waktu. Rumah Buku memeluk kenyataan ini sebagai jalan untuk mengukir keadilan yang abadi.