Hanya Bulan Sabit Merah bisa masuk Gaza: Bantuan kemanusiaan Indonesia akan transit dulu di Mesir

3 November 2023, 19:37 WIB
Kondisi Jalur Gaza yang luluh lantak akibat serangan brutal Zionis 'Israel' selama 27 hari. /Reuters/Mohammed Fayq Abu Mustofa

WartaBulukumba.Com - Di bawah langit yang pernah biru, Gaza terbalut dalam abu dan reruntuhan. Gaza, kota dengan jendela-jendela yang pecah dan rintihan yang terdengar. Dalam senja yang suram, bayangan-bayangan manusia mencari harapan di antara puing-puing, sementara asap hitam menggantung di udara.

Sejumlah negara, termasuk Indonesia, melalui Kemlu RI, menggalang dan mengirim bantuan kemanusiaan untuk Gaza.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Muhamad Iqbal, memberikan penjelasan tentang upaya pemerintah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dari Indonesia benar-benar dapat mencapai Gaza. Meskipun situasi masih tak menentu di tengah kecamuk pertempuran antara mujahiddin Palestina melawan militer Zionis dan serangan udara Zionis ke Gaza yang belum mereda.

Baca Juga: Fatwa Persatuan Ulama Muslim Internasional IUMS: 'Intervensi militer selamatkan Gaza wajib secara syariah'

"Kita pastikan semua bantuan yang kita kirim adalah yang pasti bisa masuk. Jadi, daripada kirim sesuatu yang dianggap mubazir, sebelum berangkat, kita pastikan barang yang kita kumpulkan itu bisa masuk ke Gaza nanti," jelasnya, dikutip dari Antara pada Jumat, 3 November 2023.

Meskipun Iqbal tidak merinci barang-barang apa yang akan dikirim ke Gaza, dia memastikan bahwa Indonesia tidak akan mengirimkan barang-barang yang akan dipersulit masuk ke Gaza, seperti alat penyaring air atau tabung oksigen. Langkah ini menunjukkan perhatian terhadap efektivitas bantuan yang akan disampaikan.

Hanya Sampai ke Bandara El Arish Mesir

Terkait teknis pengiriman bantuan, Iqbal menjelaskan bahwa bantuan kemanusiaan akan diterbangkan dari Jakarta ke Bandara El Arish di Mesir, yang merupakan bandara terdekat dengan Gaza.

Baca Juga: Simbol semangka Palestina sudah digunakan sejak tahun 1967 setelah Perang Enam Hari

Dari bandara tersebut, bantuan akan diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Mesir untuk selanjutnya disalurkan ke Gaza melalui dua badan kemanusiaan, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Namun, Iqbal juga mengakui keterbatasan yang dihadapi dalam menyalurkan bantuan langsung ke Gaza. Hanya lembaga Bulan Sabit Merah Mesir yang diizinkan membawa bantuan ke Gaza, sehingga Indonesia akan mengantarkan bantuan hanya hingga ke Bandara El Arish.

Bantuan kemanusiaan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia akan diberangkatkan pada Sabtu dan akan dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Baca Juga: Sejumlah negara bereaksi keras terhadap serangan Zionis ke kamp pengungsi di Gaza

Mabes TNI Sudah Siap

Dua pesawat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara dan satu pesawat Airbus sewaan akan membawa bantuan kemanusiaan tersebut ke tujuan.

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda Julius Widjojono mengonfirmasi hal tersebut saat mendampingi Panglima TNI ketika menghadiri acara Gerakan Nasional Ketahanan Pangan Tahun 2023 di Taman Pancasila Ds. Wanajaya, Kec Cibitung Kab. Bekasi Jawa Barat, Rabu.

"TNI Tengah menyiapkan dua Pesawat Hercules C-130 A-1327 dan A-1328 miilik TNI AU dari Skadron Udara 31 dan 32. Selain itu juga kita siapkan dua pesawat Hercules cadangan untuk mendukung misi tersebut," kata Kapuspen TNI, dikutip dari Tni.mil.id pada Jumat.

"Selain dua unit Pesawat Hercules TNI AU, dilibatkan juga satu unit pesawat charter (Boeing 737 Garuda) oleh Mabes Polri sehingga total dukungan pesawat untuk mengangkut logistik Bantuan Kemanusiaan ke Palestina berjumlah tiga unit pesawat," imbuhnya.

Zionis 'Israel' Berencana Relokasi 2,3 Juta Warga Gaza ke Mesir

Diwartakan Al Arabiya pada Jumat, dalam draf proposal yang bocor dari Kementerian Intelijen Israel, terungkap sebuah rencana yang kontroversial. Rencana ini mencakup relokasi sebanyak 2,3 juta penduduk Jalur Gaza ke Semenanjung Sinai di Mesir. Namun, respon keras datang dari Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly, yang menolak gagasan tersebut dengan tegas.

Madbouly tidak hanya menolak rencana tersebut, tetapi juga memberikan pernyataan yang sangat kuat. Ia menyatakan bahwa Mesir tidak akan membiarkan apa pun dipaksakan, bahkan jika itu berarti mengorbankan jutaan nyawa di Semenanjung Sinai. Pernyataannya ini mencerminkan keputusan yang teguh dan tidak kompromi terkait dengan rencana kontroversial tersebut.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Madbouly saat ia melakukan kunjungan ke wilayah al-Arish, Sinai bagian utara. Dalam kunjungan tersebut, ia didampingi oleh ratusan pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat. Ini menunjukkan betapa seriusnya Mesir dalam menangani isu ini, dan komitmennya untuk melindungi kedaulatan wilayahnya.

Namun, Kementerian Intelijen Israel mencoba meredakan ketegangan dengan mengklarifikasi bahwa proposal itu hanyalah uji hipotesis belaka. Meskipun begitu, proposal ini tetap menuai kecaman.

Selain itu, proposal tersebut memunculkan kembali trauma sejarah bagi warga Palestina, terutama mengingat peristiwa perginya ratusan ribu orang selama pertempuran yang menyertai pembentukan negara 'Israel' oleh Zionis pada tahun 1948.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler