Serangan Umum 1 Maret 1949: Enam jam TNI menguasai Yogyakarta

- 1 Maret 2024, 05:00 WIB
Dokumentasi Foto bersama pasukan TNI di Yogyakarta pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Dokumentasi Foto bersama pasukan TNI di Yogyakarta pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. /Instagram/@jogjainfo

Tokoh-tokoh penting lain seperti Sutan Sjahrir, Agus Salim, Mohammad Roem, dan AG Pringgodigdo turut ditangkap. Namun, sebelum disingkirkan, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat memimpin rapat kabinet terakhir, memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Mandat ini diberikan sebagai lilin harapan di tengah kegelapan, memastikan bahwa semangat Republik Indonesia tetap menyala meski Yogyakarta jatuh ke tangan penjajah. Belanda tertipu, mengira dengan kejatuhan Yogyakarta, Republik akan menyerah.

Baca Juga: Dengan harta dan pikirannya, Mohamed Ali Eltaher saudagar Palestina membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia

Enam Jam di Yogya

Pasukan dari berbagai daerah di Pulau Jawa masih teguh bergerilya, dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Jenderal Soedirman yang berjuang meski dalam keadaan sakit, dan A. H. Nasution yang melancarkan serangan pada tanggal 22 Desember 1949, memproklamasikan pemerintahan militer di Pulau Jawa.

Serangan Umum 1 Maret 1949, di bawah pimpinan Letkol Soeharto, menjadi saksi atas ketangguhan Indonesia. Selama enam jam, Yogyakarta berhasil dikuasai oleh tentara Republik. Serangan ini, seperti api yang membakar semangat rakyat dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih berdiri tegak.

Serangan Umum 1 Maret, dimulai pada jam 06.00 pagi, menjadi momen ketika Belanda terkejut dan tentara RI dengan cepat menghantam seluruh pasukan mereka. Enam jam kemudian, ketika Belanda mulai mengirim bala bantuan, tentara RI telah lenyap dari tempat, meninggalkan Belanda dalam kebingungan dan kekalahannya.

Keesokan harinya, R. Sumardi mengirim berita ini melalui radiogram ke PDRI di Bukittinggi. Informasi ini juga disampaikan kepada diplomat-diplomat RI seperti A. A. Maramis di New Delhi dan L. N. Palar di New York. Serangan Umum ini menjadi sorotan dunia, membuktikan bahwa Indonesia masih berjuang dan berdaulat.

Meski hanya berlangsung enam jam, Serangan Umum 1 Maret 1949 memiliki dampak yang besar, mengguncang dunia dan membawa perubahan penting dalam perjuangan Indonesia. Serangan ini tak hanya membuktikan ketahanan TNI, tetapi juga mendukung diplomasi Indonesia di forum PBB, mengubah sikap Amerika Serikat, dan mematahkan semangat Belanda.

Serangan Umum 1 Maret telah memperkuat posisi tawar Republik Indonesia dan mempermalukan Belanda yang telah mengklaim kelemahan RI.

Tidak lama setelah itu, Serangan Umum Surakarta terjadi, menegaskan kembali kemampuan gerilya RI untuk tidak hanya melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga serangan frontal yang gigih, mengakhiri dominasi Hindia Belanda selamanya.***

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah