Che Guevara versi perempuan pejuang Palestina: Leila Khaled si pembajak pesawat

- 13 Desember 2023, 23:41 WIB
Grafiti yang menampilkan Leila Khaled di Tembok Penghalang Tepi Barat, Betlehem di Tepi Barat yang diduduki penjajah 'Israel'
Grafiti yang menampilkan Leila Khaled di Tembok Penghalang Tepi Barat, Betlehem di Tepi Barat yang diduduki penjajah 'Israel' /Tangkapan layar Instagram.com/@dafnepatruno

Menjadi aktivis sejak usia 15 tahun

Leila Khaled lahir pada 9 April 1944, perempuan pertama asal Palestina yang membajak dua pesawat sebagai protes terhadap penjajahan 'Israel' terhadap negerinya.

Pada 1940-an, di usia 15 tahun, ia bergabung dengan Gerakan Nasionalis Arab yang dimotori George Habash. Meski sempat menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Amerika di Beirut (American University of Beirut), ia lebih tertarik pada politik.

Leila masuk ke PFLP yang didirikan Habash setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Ia mengungsi setelah Israel merebut kota kelahirannya dalam perang tahun 1948.

Aksi pertama dilakukan pada 29 Agustus 1969 dengan sasaran Boeing 737 milik maskapai Trans World Airlines bernomor penerbangan 840 dalam perjalanan Roma menuju Athena. Ia memaksa pilot mendarat di Bandar Udara Internasional Damaskus (Suriah) setelah terbang di atas Haifa. Setelah semua penumpang dan awak pesawat turun, Laila dan timnya meledakkan pesawat itu.

Leila sempat ditahan aparat keamanan Suriah. Setelah bebas, ia melakukan operasi plastik pertama untuk menyembunyikan identitas. Namun, ia kemudian melakukan misi keduanya yang berlangsung pada 6 September 1970.

Bersama pria asal Nikaragua bernama Patrick Arguello, ia membajak pesawat bernomor 219 dengan rute Amsterdam ke New York milik maskapai 'Israel', El Al Nahas. Arguello tewas ditembak polisi 'Israel', sedangkan Laila diringkus dengan dua granat di tangan. Pesawat mendarat di Bandar Udara Heathrow, London. Ia dibebaskan pada 1 Oktober 1970 sebagai bagian dari pertukaran tahanan.

Ia kemudian menjadi anggota Dewan Nasional Palestina dan aktif di Forum Sosial Dunia. Setelah bercerai dengan Dokter Fayez Rasyid dan tinggal bersama kedua anaknya (Badir dan Basyar) di Amman (Yordania). Ia juga mengajar bahasa Inggris di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kuwait.

Atas keberaniannya itu, Lina Makboul (sutradara asal Swedia) membuat film dokumenter mengenai kisahnya. Film itu berjudul Leila Khaled the Hijacker (1005).

Bagi banyak orang, Leila Khaled masih menjadi sosok yang dikagumi, memesona, dan menginspirasi. Terutama di hari-hari ini, ketika sayap militer PFLP, Brigade Abu Ali Mustafa, berjibaku bersama milisi lainnya termasuk Brigade Al Qassam Hamas, sedang berjuang melawan pasukan Zionis di Gaza dan Tepi Barat.***

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah