Masjid Istiqlal dari pojok sejarah, inilah para tokoh penggagasnya

- 20 Oktober 2022, 16:19 WIB
Prof M Nuh saat menyampaikan khutbah Iduladha 1443 Hijriah di Masjid Istiqlal Jakarta
Prof M Nuh saat menyampaikan khutbah Iduladha 1443 Hijriah di Masjid Istiqlal Jakarta /Kemenag

WartaBulukumba - Masjid Istiqlal dari pojok sejarah tak dapat dipisahkan dengan lembaran sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Ihwal Masjid Istiqlal yang ikonik secara fisik maupun sebagai sebuah karya peradaban banyak diurai dalam berbagai literatur.
 
Salah satunya dapat kita temui dalam buku berjudul "Sejarah Peradaban Islam" yang ditulis oleh Prof. Dr. H. J. Suyuthi Pulungan, M.A., terbit tahun 2022oleh penerbit Amzah.
 
 
Buku lainnya juga membahas Masjid Istiqlal dari sisi sejarah masyarakat islam Indonesia dan sosiologisnya yakni buku berjudul "Sejarah Masyarakat Islam Indonesia" yang ditulis oleh Sarkawi B. Husain, diterbitkan tahun 2017 oleh penerbit Airlangga University Press.
 
Lembaran sejarah Masjid Istiqlal pun dapat dijumpai dalam salah satu bab di buku "Api Sejarah" yang diterbitkan Surya Dinasti pada 2018, sebuah buku yang ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara.
 
Jauh sebelum Masjid Istiqlal berdiri, pada pada tahun 1945, ada cita cita besar untuk membangun sebuah masjid yang dapat menjadi sebuah tempat kebanggaan warga Jakarta sekaligus tempat untuk beribadah.
 
 
Cita-cita besar itu juga sudah mengendap di hati warga Indonesia.

KH Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama dan beberapa ulama mengusulkan untuk mendirikan masjid yang mampu menjadi simbol bagi Indonesia.

Pada tahun 1953, KH Wahid Hasyim bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan dan dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan.

Baca Juga: Alien disebutkan dalam Al Quran? Ini penjelasannya

Pada 7 Desember 1954 didirikanlah yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut.

Tjokroaminoto menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Ir. Soekarno.

Rupanya mendapatkan sambutan hangat dan akan mendapat bantuan sepenuhnya dari presiden Ir. Soekarno sejak tahun 1954 oleh panitia diagkat menjadi kepala bagian teknik pembangunan Masjid Istiqlal, dan beliau juga menjadi ketua dewan juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.

Baca Juga: Amalan Asmaul Husna untuk meminta kekayaan kepada Allah SWT yang Maha Kaya

Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal

Dikutip dari laman istiqlal.or.id, penentuan lokasi Masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI.

Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran.

Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung-kampung.

Bung Hatta juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda.

Baca Juga: Puluhan mimpinya terbukti tapi Muhammad Qasim tetap menolak disebut sebagai calon Imam Mahdi

Karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Pembangunan

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.

Baca Juga: Mimpi Muhammad Qasim dan petunjuk Rasulullah SAW tentang bagian Kenabian

Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.

Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini.

Saat itulah kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.***

 

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x