Foto-foto perempuan pejuang Palestina ini begitu ikonik! Sebenarnya siapakah mereka?

15 Desember 2023, 01:14 WIB
Salah satu foto ikonik perlawanan perempuan Palestina terhadap tentara pendudukan Zionis 'Israel' di Tepi Barat. /Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

WartaBulukumba.Com - Di bawah langit yang tegang, para perempuan pejuang Palestina itu bergabung bersama para lelaki. Mereka pun menutup wajah dengan kafiyeh. Dengan langkah anggun, mereka membanjiri jalan-jalan, menantang senjata dan tank dalam serangan yang sederhana namun dibalut keberanian.

Tahukah Anda? Mereka para perempuan Palestina dari dua generasi. Sebagian besar dari mereka adalah ibu dari anak-anak dan remaja yang hari ini sebagian sudah syahid akibat genosida penjajah 'Israel' di Gaza dan Tepi Barat.

Mereka dari generasi lainnya adalah ibu-ibu yang melahirkan para mujahidin yang sekarang menjadi pejuang di Brigade Al Qassam (Hamas), Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam), Brigade Syuhada Al Aqsa (Fatah), Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP), Brigade Jenin, dan milisi-milisi lainnya.

Semasa muda, mereka melemparkan batu-batu sekuat tenaga ke kumpulan serdadu dan tank Zionis. Beberapa menarik ketapel dan tali pelontar, merayakan keberanian tanpa batas untuk sebuah ekspresi pembebasan dan kemerdekaan. Dalam momen-momen itulah, kecantikan mereka sungguh terlihat, tidak hanya dalam wajah-wajah yang muda dan anggun, tetapi dalam semangat yang sulit dicari tandingannya di belahan Bumi manapun.

Baca Juga: Menyibak hubungan Illuminati dan Zionis: Kuil Solomon digali di bawah Masjid Al Aqsa untuk menyambut Dajjal?

Pengunjuk rasa perempuan Palestina mengambil posisi di dekat pemukiman Yahudi Bet El, Tepi Barat, Palestina, Sabtu, 10 Oktober 2010. (REUTERS/Mohamad Torokman)

Sejumlah foto ikonik pun menyebar secara global. Salah satu fotografer bernama Abed Al Hashlamoun dari EPA berhasil mendokumentasikan beberapa aksi perempuan Palestina pada beberapa bentrokan dalam Intifadah.

Masyarakat global di dunia maya banyak menyimpannya secara digital karena dianggap menyimbolkan keberanian dan semangat merebut kemerdekaan. Pun sebagai ikon perlawanan dan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Selain, tentu saja, para perempuan Palestna dalam foto-foto ikonik itu memang cantik.

Awal mula gerakan Intifadah

Gerakan Intifadah adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah 'Israel' yang meletus dalam rentang waktu yang panjang di Tepi Barat dan Gaza. 

 
Seorang perempuan Palestina melemparkan batu ke kumpulan serdadu Zionis di TepiBarat//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

Sejarah mencatat Intifadah pertama kali meletus pada 9 Desember 1987 dan berlangsung hingga 1993. Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Intifadah pertama dipicu oleh serangan tentara penjajah 'Israel' terhadap warga Palestina pada 8 Desember 1987. Intifadah berarti perlawanan dalam bahasa Arab. 

Intifadah kedua, atau Intifadah Al Aqsa, dimulai pada 30 September 2000. Intifadah kedua dipicu oleh kunjungan provokatif pemimpin oposisi 'Israel', Ariel Sharon, ke Kompleks Masjid Al Aqsa.
 
Seorang perempuan muda Palestina berjongkok mengamati pergerakan serdadu Zionis sebelum melemparkan batu//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA
 
Secara detil, dampak dari gerakan Intifadah dapat kita selami dalam buku "The Intifada: Causes And Effects" yang ditulis Aryeh Shalev pada tahun 2019.
 
Tujuan dari hasil studi dalam buku ini adalah untuk menganalisis pemberontakan di wilayah Palestina yang ddiduduki penjajah 'Israel' serta menilai dampaknya untuk masa depan. Studi ini meneliti sebuah alternatif terhadap penggunaan kekuatan militer oleh 'Israel'—dengan membuka negosiasi antara Zionis dan Palestina.
 
Kita juga bisa memperluas cakrawala pemahaman mengapa Intifadah bisa berlangsung panjang, dengan membuka buku "The Intifada: A Message from Three Generations of Palestinians" terbit tahun 1988 oleh Knight Financial Services. Para penulis dalam buku ini adalah para perempuan yang tergabung dalam Arab Women's Association.
 
Lalu dalam perspektif sedikit berbeda, kita bisa menemukenali Intifadah melalui buku "Faith and the Intifada: Palestinian Christian Voices", yang terbit tahun 1992 oleh Orbis Books Original, yang dieditori Marc H. Ellis, Naim Stifan Ateek, dan Rosemary Radford Ruether.

Keterlibatan perempuan Palestina dalam gerakan perlawanan dimulai sejak 1970-an

Sosiolog Joos L Hiltermann dalam makalahnya yang berjudul "Gerakan Perempuan di Masa Perlawanan", terbit di Journal of Palestine Studies menyebutkan keterlibatan perempuan Palestina di masa perlawanan sudah terjadi sejak era 1970-an. Mereka turut dalam barisan demonstrasi, melempar batu ke tentara penjajah, hingga adu mulut dengan pasukan Zionis yang menangkap demonstran lain.

"Intifadah tak hanya mengguncang militer, tetapi juga revolusi generasi muda melawan tua, aktivis jalanan melawan otoritas politik, dan perempuan melawan posisi tradisional mereka dalam masyarakat patriarkal," tulis Hiltermann

Pada perkembangannya, gerakan perempuan berkembang hingga memecah Komite Kerja Perempuan yang ada menjadi empat kelompok dipengaruhi politik seperti loyalis Fatah, kalangan komunis, dan kalangan populis. Gerakan perlawanan perempuan pun kian berkembang. Kesejahteraan dan perlindungan menjadi salah satu tuntutan mereka.

Perempuan Palestina dengan dua batu pada masing-masing tangannya//Foto: Abed Al Hashlamoun - EPA

Intifadah bagi Palestina sangat bersejarah dan memilki dampak besar dalam gerakan perlawanan meraka di kemudian hari.
 
Referensi seperti "The Palestinian Strategic Report 2005-2007" yang disusun Mohsen Moh'd Saleh dan Basheer Musa Nafi' dan diterbitkan al-Zaytouna Centre for Studies & Consultations, bisa memberikan gambaran laporan strategis Palestina secara tahunan yang sangat akademis yang menilai situasi Palestina.
 
Laporan ini secara ketat mempelajari perkembangan berbagai aspek masalah Palestina, seperti urusan politik internal, perkembangan ekonomi, indikator demografis, sikap Arab, Islam, dan internasional, serta sikap dan kebijakan penjajah 'Israel', semuanya dalam konteks akademis yang terdokumentasi dengan baik yang didukung oleh data statistik terbaru.

Laporan ini adalah hasil dari kerja tim besar yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dan spesialis terafiliasi; editor, dan konsultan. Ini diterbitkan dalam bahasa Arab dan Inggris.

Laporan pertama mencakup tahun 2005, diikuti oleh laporan-laporan tahun 2006 dan 2007, laporan ini diterima dengan baik dan sangat diakui, terutama di kalangan akademisi. Dapat dipastikan bahwa laporan ini adalah referensi penting bagi setiap peneliti atau akademisi yang tertarik pada perkembangan kontemporer masalah Palestina.

Perempuan-perempuan Palestina. Hari ini mereka masih tetap berjuang untuk kemerdekaan. Sebagian dari mereka bergabung memanggul senjata dalam milisi-milisi perlawanan. Ada pula yang melahirkan dan mendidik anak-anaknya untuk dipersiapkan menjadi pejuang.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler