WartaBulukumba.Com - Di bawah langit yang tegang, para perempuan pejuang Palestina itu bergabung bersama para lelaki. Mereka pun menutup wajah dengan kafiyeh. Dengan langkah anggun, mereka membanjiri jalan-jalan, menantang senjata dan tank dalam serangan yang sederhana namun dibalut keberanian.
Tahukah Anda? Mereka para perempuan Palestina dari dua generasi. Sebagian besar dari mereka adalah ibu dari anak-anak dan remaja yang hari ini sebagian sudah syahid akibat genosida penjajah 'Israel' di Gaza dan Tepi Barat.
Mereka dari generasi lainnya adalah ibu-ibu yang melahirkan para mujahidin yang sekarang menjadi pejuang di Brigade Al Qassam (Hamas), Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam), Brigade Syuhada Al Aqsa (Fatah), Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP), Brigade Jenin, dan milisi-milisi lainnya.
Semasa muda, mereka melemparkan batu-batu sekuat tenaga ke kumpulan serdadu dan tank Zionis. Beberapa menarik ketapel dan tali pelontar, merayakan keberanian tanpa batas untuk sebuah ekspresi pembebasan dan kemerdekaan. Dalam momen-momen itulah, kecantikan mereka sungguh terlihat, tidak hanya dalam wajah-wajah yang muda dan anggun, tetapi dalam semangat yang sulit dicari tandingannya di belahan Bumi manapun.
Sejumlah foto ikonik pun menyebar secara global. Salah satu fotografer bernama Abed Al Hashlamoun dari EPA berhasil mendokumentasikan beberapa aksi perempuan Palestina pada beberapa bentrokan dalam Intifadah.
Masyarakat global di dunia maya banyak menyimpannya secara digital karena dianggap menyimbolkan keberanian dan semangat merebut kemerdekaan. Pun sebagai ikon perlawanan dan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Selain, tentu saja, para perempuan Palestna dalam foto-foto ikonik itu memang cantik.
Awal mula gerakan Intifadah
Gerakan Intifadah adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah 'Israel' yang meletus dalam rentang waktu yang panjang di Tepi Barat dan Gaza.
Sejarah mencatat Intifadah pertama kali meletus pada 9 Desember 1987 dan berlangsung hingga 1993. Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Intifadah pertama dipicu oleh serangan tentara penjajah 'Israel' terhadap warga Palestina pada 8 Desember 1987. Intifadah berarti perlawanan dalam bahasa Arab.
Keterlibatan perempuan Palestina dalam gerakan perlawanan dimulai sejak 1970-an
Sosiolog Joos L Hiltermann dalam makalahnya yang berjudul "Gerakan Perempuan di Masa Perlawanan", terbit di Journal of Palestine Studies menyebutkan keterlibatan perempuan Palestina di masa perlawanan sudah terjadi sejak era 1970-an. Mereka turut dalam barisan demonstrasi, melempar batu ke tentara penjajah, hingga adu mulut dengan pasukan Zionis yang menangkap demonstran lain.
"Intifadah tak hanya mengguncang militer, tetapi juga revolusi generasi muda melawan tua, aktivis jalanan melawan otoritas politik, dan perempuan melawan posisi tradisional mereka dalam masyarakat patriarkal," tulis Hiltermann
Pada perkembangannya, gerakan perempuan berkembang hingga memecah Komite Kerja Perempuan yang ada menjadi empat kelompok dipengaruhi politik seperti loyalis Fatah, kalangan komunis, dan kalangan populis. Gerakan perlawanan perempuan pun kian berkembang. Kesejahteraan dan perlindungan menjadi salah satu tuntutan mereka.
Laporan ini adalah hasil dari kerja tim besar yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dan spesialis terafiliasi; editor, dan konsultan. Ini diterbitkan dalam bahasa Arab dan Inggris.
Laporan pertama mencakup tahun 2005, diikuti oleh laporan-laporan tahun 2006 dan 2007, laporan ini diterima dengan baik dan sangat diakui, terutama di kalangan akademisi. Dapat dipastikan bahwa laporan ini adalah referensi penting bagi setiap peneliti atau akademisi yang tertarik pada perkembangan kontemporer masalah Palestina.
Perempuan-perempuan Palestina. Hari ini mereka masih tetap berjuang untuk kemerdekaan. Sebagian dari mereka bergabung memanggul senjata dalam milisi-milisi perlawanan. Ada pula yang melahirkan dan mendidik anak-anaknya untuk dipersiapkan menjadi pejuang.***