Alien sudah dijelaskan sejak 14 abad lalu dalam Al Quran

7 November 2021, 06:39 WIB
Gambaran sosok Alien.* /Pixabay //Fernando Ribas

WartaBulukumba - Benarkah ada makhluk asing luar angkasa di luar planet Bumi? Salah satu misteri sains terbesar ini semakin mengokohkan rasa penasaran umat manusia sejak dulu setelah muncul banyak fenomena penampakan Unidentified Flying Object (UFO) di berbagai belahan Bumi.

Namun tahukah Anda, WBlovers? Alien 'awak piring terbang' ternyata dibahas dalam kitab suci Al Quran sejak diturunkan pada 14 abad lalu.

Lantas bagaimanakah penggambaran makhluk asing luar angkasa menurut kitab suci umat Islam, Al Quran?

 

Baca Juga: Alien ras Lyran, pengendara UFO yang paling dekat dengan gen manusia?

Dalam sebuah buku berrjudul "Sains dalam Alquran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah" yang ditulis Dr. Nadiah Thayyarah, menurut pandangan Islam, memang benar adanya terkait makhluk asing yang hidup di luar Bumi.

Salah satu pembahasan menarik dalam buku itu adalah uraian tentang ayat 29 pada Surah Asy-Syuura. Surah tersebut menyimpan petunjuk adanya makhluk asing luar angkasa.

"Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya".

 

Baca Juga: Rahasia UFO dibongkar mantan fotografer Angkatan Udara AS

Kalimat "makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya (bumi dan langit)" merujuk pada entitas makhluk bumi yang diwakili oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, dan langit yang diyakini sebagai isyarat keberadaan makhluk angkasa luar atau alien.

Isi dari Surah Asy-Syuura ayat 29 tersebut mengisyaratkan tentang adanya makhluk bergerak (melata) yang berada di bumi maupun langit (di luar bumi).

Meskipun bukti ilmiah sejauh ini  belum bisa menerangkan secara jelas bahwa para makhluk asing tersebut pernah berkunjung ke planet kita. 

 

Baca Juga: Jenis-jenis penampakan UFO dari masa ke masa sejak zaman Romawi

Ayat lainnya yang menyimpan petunjuk yaitu Surah An-Nahl ayat 49dan Surah An-Nur ayat 45.

Dan segala apa yang ada di langit dan di bumi yaitu semua makhluk melata, dan para malaikat hanya bersujud kepada Allah. Dan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (An-Nahl: 49).

Dan Allah menciptakan semua makhluk melata dari air.” (An-Nur: 45).

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa ada makhluk lain yang berada di langit dan bumi. Pada bagian kelompok melata yang disebutkan, itu bukanlah malaikat.

 

Baca Juga: Inilah sejumlah spesies alien 'awak UFO' yang diduga pernah mengunjungi Planet Bumi

Lantaran menurut Al Quran, malaikat terbuat dari cahaya dan tidak berjalan di atas Planet Bumi. Selain itu, yang dimaksud dengan ‘dabbah’ (makhluk melata) itu sebenarnya ialah makhluk hidup yang anggota tubuhnya disusun dari air sebagai unsur pembentuk utamanya, di mana pun makhluk itu berada.

Buku itu juga menyematkan pendapat sejumlah pakar astronomi yang sepakat bahwa di luar bumi alias angkasa terdapat kehidupan lainnya.

“Yang aneh adalah jika di sana tidak ada kehidupan,” ungkap pakar astronomi.

 

Baca Juga: Buku terbaru ungkap fakta UFO dan kaitannya dengan Pentagon

Hal tersebut juga didukung oleh temuan Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA yang menjelaskan bahwa sebuah meteroid yang jatuh di Australia mengandung zat asam amino.

Zat asam amino ini merupakan mineral utama pembentuk kehidupan. Dengan demikian, kehidupan lain di luar Bumi adalah mungkin adanya.

Surat Al-Jasiyah 45: 13 menjelaskan bahwa ada planet layak huni lainnya selain Bumi.

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir“.

 

Baca Juga: Geger UFO 'menari-nari' di beberapa kawasan gurun di Amerika Serikat

Ini dimungkinkan adanya planet yang dapat dihuni karena benda langit itu jumlah bermiliar-miliar. Dan, kata “menundukkan” berarti manusia juga dapat memanfaatkan segala benda langit untuk ilmu pengetahuan dan kepentingan manusia.

di galaksi Bima Sakti tempat kita bernaung, ada setidaknya 200 miliar bintang. Dari jumlah itu, ada sejumlah besar fraksi bintang yang mirip dengan matahari dan memiliki planet-planet.

Bima Sakti hanyalah satu dari 170 miliar galaksi yang telah dipetakan sejauh ini. Masing-masing galaksi memiliki minimal 10 juta hingga seratus triliun bintang.

 

Baca Juga: Misteri UFO dan Alien mulai tersingkap satu persatu?

Dan satu persen saja dari miliaran bintang itu jumlahnya banyak sekali.

Para penganut mazhab itu meyakini kemungkinan besar memang ada planet mirip Bumi yang dithuni makhluk hidup. Bahkan, mereka juga percaya kehidupan-kehidupan di luar Bumi melimpah ruah.

Sementara mazhab pesimistis berargumen dengan melihat kondisi di Bumi. Mereka mempertimbangkan bahwa hal-hal yang menopang kehidupan di Bumi sangat banyak dan spesifik.

 

Baca Juga: Kisah Albert Einstein, pesawat UFO dan mayat alien di Insiden Roswell 1947

Sebagai planet, Bumi memang istimewa. Para penganut maszhab pesimistis meyakini, sangat sulit menyamai gabungan kondisi-kondisi untuk menopang makhluk hidup, terutama yang berakal, seperti di Bumi.

Sejauh ini pencarian secara ilmiah atas kehidupan cerdas maupun makhluk bersel tunggal belum membuahkan hasil.

Pencarian dengan mencoba menangkap sinyal dari planet berpenghuni melalui program penerima pancar Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) oleh lembaga antariksa AS (NASA) belum mendapat balasan.

Sedangkan Square Kilometre Array (SKA), proyek teleskop radio untuk mencari sinyal kehidupan cerdas dari planet lain yang dibangun di Australia dan Afrika Selatan mulai memindai langit sejak tahun 2020.

Baca Juga: Petualangan Demi Lovato yang konsisten memburu UFO

Begitu juga teleskop luar angkasa Kepler yang diorbitkan NASA pada 2009. Hingga Januari 2015, teleskop yang tugasnya semata untuk mencari planet mirip Bumi itu telah menemukan 1.103 planet dari 440 tata bintang.

Dari jumlah itu, baru tiga planet, yakni Kepler-438b, Kepler-442b, dan Kepler-452b yang terindikasi kuat berukuran serupa Bumi, mengorbit pada zona yang dapat ditinggali makhluk hidup pada sistem bintang masing-masing, dan mengandung air.

Pencarian makhluk hidup bersel tunggal di Mars juga baru  dimulai. Demikian juga pencarian sejenis kehidupan di Europa, satelit planet Jupiter yang diduga memiliki lautan.

Baca Juga: Muhammad Qasim Dreams Part 1

Tapi bagaimana kalau jawaban soal tersebut tak semata bisa ditemukan di luar angkasa? Bagaimana kalau setidaknya isyarat-isyarat terkait adanya kehidupan lain di luar angkasa ternyata sudah berdiam di rak-rak buku rumah-rumah kita?

Zakariya Alqazwini, seorang ilmuwan Arab yang hidup pada abad ke-13 adalah seorang astronom dan penulis buku Aja’ib Almakhluqat wa Gharaib Almawjudat, sebuah buku kosmografi yang jadi rujukan pada zamannya.

Ia juga pernah menulis sebuah buku yang digadang-gadang sebagai salah satu karya fiksi ilmiah paling awal berjudul Awaj bin Anfaq.

 

Baca Juga: Panji-panji hitam pasukan Imam Mahdi sebenarnya adalah jet-jet tempur?

Dalam buku tersebut, Alqazwini mengisahkan tentang seorang penghuni planet lain yang mengunjungi bumi di masa depan.

Ilmuwan ini banyak mengutip penemuan ilmuwan lain untuk menguatkan pandaptnya. Inspirasinya adalah juga ayat-ayat suci dalam Al Quran. 

Di Indonesia, salah satu tafsir yang menguatkan indikasi keberadaan makhluk hidup di luar angkasa melalui ayat tersebut adalah Tafsir Alfurqan karya Ahmad Hassan (1887-1958).

Tafsir tersebut ia tulis dalam rentang 1920 hingaa 1950-an. Saat ini, Tafsir Alfurqan adalah pegangan ormas Islam Persatuan Islam (Persis).

Baca Juga: Buku Sirah Nabawiyah gratis, cek di sini

Terkait ayat ke-29 Assyura, begini tafsir Ahmad Hassan dalam cetakan versi 1956: "Ini berarti bahwa di langit-langit (di bintang-bintang) ada benda hidup jang merajap. Allah berkuasa mengumpulkan machluq-machluq itu sesudah matinja di hari Qijamat."

Ada pula tafsir Ahmad Hassan tentang Assafaat ayat 5: "Tuhan bagi tempat-tempat terbit matahari itu bisa diartikan, bahwa bumi-bumi jang mendapat tjahaja dari matahari seperti bumi kita ini ada banjak. Tiap-tiap bumi itu mempunyai masjriq (tempat terbit) dan maghrib (tempat terbenam). Djadi, artinja: Tuhan bagi semua bumi-bumi jang mempunjai masjriq."

Menarik dicatat bahwa keberadaan planet di luar tata surya yang mengorbit pada zona serupa Bumi baru terkonfirmasi pada 2011.

Baca Juga: Maulid Nabi Muhammad SAW, telisik kebiasaan umat Islam global

Pada waktu yang tak terlalu berjauhan dengan Ahmad Hassan, ulama asal Pakistan Abul Ala Al Maududi (1903-1979) berpendapat serupa.

Dalam buku Tahfim ul Quran, pendapat Maududi terkait dua ayat di atas serupa dengan tafsir Ahmad Hassan. Namun, dalam buku yang disusun  sejak 1942 hingga 1972 itu, Maududi berspekulasi lebih jauh terkait tafsir Surat Attalaq ayat 12.

Bunyi ayat tersebut, "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

Dengan panjang lebar, Maududi menjelaskan, arti dari ayat tersebut adalah bahwa Allah telah menciptakan bumi-bumi lain yang dihuni oleh makhluk berakal seperti manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

 

Baca Juga: Puncak teknologi manusia ada di era Imam Mahdi, pencapaian tertinggi digital hingga eksplorasi antariksa

"Dengan lain kata, gemintang dan planet-planet yang tak terhitung jumlahnya tak semuanya ditelantarkan. Tapi, seperti bumi, banyak di antaranya yang ditinggali," tulis Maududi.

Ia mendasari pendapat itu dengan mengutip Ibnu Abbas, salah satu sahabat Nabi Muhammad dan salah satu penafsir awal Alquran.

Maududi mengutip kisah yang jamak diriwayatkan ulama-ulama terdahulu bahwa Ibnu Abbas mulanya enggan menyampaikan tafsir terhadap ayat tersebut karena khawatir keimanan umat Islam bakal terguncang.

Meskipun begitu, tulis Maududi, para penafsir klasik seperti Ibnu Jaarir Atthabari, Ibnu Abi Hatim Arrazi, dan Imam Baihaqi, juga mengutip keterangan tambahan dari Ibnu Abbas.

"Dalam tiap-tiap bumi tersebut, terdapat rasul seperti Rasul kalian, Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim seperti Ibrahim kalian, dan Isa seperti Isa kalian," bunyi kutipan tersebut.

Sejumlah penafsir Alquran lain meragukan kutipan itu dan menegaskan bahwa semisal benar kutipan itu datang dari Ibnu Abbas, sumbernya bisa jadi dari tradisi Israiliyat.

Namun, kata Maududi, keberatan-keberatan tersebut lebih didasari belum lengkapnya ilmu pengetahuan pada masa-masa terdahulu.

Maududi kemudian mengutip ahli tafsir abad ke-19 Mahmud Alalusi yang mengatakan "tak ada halangan intelektual maupun religius untuk mengambilnya (komentar Ibnu Abbas) sebagai kebenaran. Ia hanya berarti bahwa di tiap-tiap bumi, ada makhluk-makhluk yang menelusuri leluhur mereka seperti manusia menelusuri asal mulanya pada Adam."***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler