Baju Bodo adalah busana adat tertua di dunia?

10 April 2021, 14:49 WIB
Buku /AbeBooks

WartaBulukumba - Ruang-ruang budaya manusia Bugis Makassar akan selalu mengenakan Baju Bodo dengan elastisitas kultur.

Busana itupun kerap mempertemukan budaya Bugis Makassar dengan budaya dari belahan dunia lainnya.

Anak-anak gadis dan perempuan dewasa di Sulawesi Selatan terbiasa memakainya. Meskipun dalam dimensi kekinian hanya melekat pada seremoni. 

Baca Juga: Persembahaan bunga duka masyarakat Inggris untuk Pangeran Philip dilarang kerajaan

Jenis pakaian tradisional yang membumi itu sempat diulas sebentar oleh seorang penjelajah dari Eropa, Marco Polo. Pada tahun 1298 Masehi, dalam bukunya The Travel of Marco Polo, ia mendeskripsikan bahwa kain Muslin itu dibuat di Mosul (Irak) dan dijual oleh pedagang yang disebut “Musolini”.

Catatan itu menguatkan dugaan bahwa Baju Bodo adalah salah satu busana tertua di dunia. Klaim ini didukung oleh sejarah kain Muslin yang menjadi bahan dasar Baju Bodo. 

Kata “bodo” berarti pendek. Yap, kamu bisa melihat lengan baju ini pendek. Dahulu, kaum perempuan memakai Baju Bodo tanpa baju dalaman sehingga lekuk-lekuk dada pemakainya akan terlihat. Pada bagian pinggang ke bawah, dipakailah sarung.

Baca Juga: PSM Makassar melaju ke semifinal, Hilman Syah jadi pahlawan saat menekuk PSIS

Seiring masuknya pengaruh Islam, Baju Bodo juga mengalami penyesuaian. Meski masih transparan, masyarakat mulai memakai dalaman dengan warna senada yang lebih terang. Bagian bawahnya mengenakan sarung sutra dengan warna senada atasan.

Sarung ini terbuat dari benang biasa atau sutera asli yang berasal dari berbagai serat seperti serat alam, serat pisang hutan, dan serat akar anggrek liar.

Dasar warna sarung ini biasanya hitam, cokelat tua, atau biru tua. Sarung yang dibuat dengan warna kemilau disebut Lipa Sabbe.

Baca Juga: Kabut duka menggantung di atas Istana Buckingham, Duke of Edinburgh itu telah pergi

Kain Muslin adalah lembaran kain hasil tenunan dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun. Memiliki rongga dan kerapatan benang yang renggang menjadikan kain Muslin sangat cocok untuk daerah tropis dan daerah beriklim kering. Kain Muslin (Eropa) atau Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur) dan Ruhm (Arab), tercatat pertama kali dibuat dan diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh, hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad IX.

Uniknya, masyarakat Sulawesi Selatan sudah lebih dulu mengenal dan mengenakan jenis kain ini dibanding masyarakat Eropa, yang baru mengenalnya pada abad XVII dan baru populer di Perancis pada abad XVIII.

Dewan guru dan staf MIN 1 Bone memakai Baju Bodo dan Songkok Pamiring dalam Peringatan Hari Jadi Bone yang ke-691, tahun 2021.

Baju Bodo kini berkelindan melintasi zaman-zaman yang berubah. Salah satunya terlihat pada perayaan Hari Jadi Bone yang ke- 691 pada Selasa 6 April 2021.

Baca Juga: Komnas Perempuan soroti keinginan Atta Halilintar mencetak 15 anak

Berbagai institusi di Kabupaten Bone menerapkan aturan untuk memakai Baju Bodo di lingkup internal masing-masing.

Salah satunya adalah keluarga besar MIN 1 Bone. Mereka merayakannya dengan suka cita sekalipun masih dalam pandemi covid-19.

Perayaan itu ditandai dengan penggunaan Baju Bodo dalam melaksanakan aktifitas di lingkungan madrasah.

Baca Juga: Balap liar masih merajalela, Satlantas Bulukumba geber Blue Light Patrol

Tampak sebuah banner berukuran besar dengan tulisan ucapan Selamat Hari Jadi Bone yang ke-691 terpasang di salah satu sisi akses utama masuk lingkungan madrasah.

Tempat ini pula dijadikan salah satu lokasi untuk berswafoto oleh seluruh dewan guru dan staf MIN 1 bone, mereka dengan penuh keceriaan mengabadikan setiap moment pada Hari Jadi Bone ini.

Kepala Madrasah, Muhammad Yusuf, S.Pd.I berharap dengan momentum hari raya ini kedepannya Bone semakin hebat.

Baca Juga: Layanan Facebook dan Instagram down, penggunanya lari ke Twitter

"Saya sebagai pribadi maupun secara kelembagaan MIN 1 Bone berharap ke depannya Kabupaten Bone ini semakin maju, semakin hebat, dan tentunya bisa sebagai pendidik saya berharap pendidikannya lebih berkualitas lagi", harapnya.

Salah seorang pendidik MIN 1 Bone Hj. Hasirah, S.Pd.I mengungkapkan hal senada.

"Dengan tema Ya Tutu Ya Upe', Ya Capa' Ya Cilaka mnjadi prinsip kita agar semakin berhati-hati dalam bekerja, kita semua berharap agar apa yang kita perbuat ini dapat sesuai dengan harapan kita semua yang tentunya berimplikasi baik untuk kemajuan daerah tercinta kita ini," urainya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler