Kenali gejala hoarding disorder atau 'gangguan penimbunan': Ketahui penyebab dan cara mengatasinya

5 Oktober 2023, 20:15 WIB
Sering menimbun barang merupakan gejala dari penyakit mental, hoarding disorder/ /Instagram/@diazekany

WartaBulukumba.Com - Di dalam ruangan yang sunyi, di suatu sudut yang tersembunyi dari mata dunia, terdapat sebuah kisah yang tak terucapkan. Sebuah kisah yang terpatri dalam tumpukan barang-barang tak berarti—koran-koran kuno, boneka-boneka usang, dan peralatan rumah tangga yang tak lagi berfungsi. Gangguan hoarding disorder, atau 'gangguan penimbunan', telah merajalela di sana, mencuri sebagian besar hidup sang pemilik rumah.

Pada dasarnya, hoarding disorder adalah kecenderungan manusia untuk mengumpulkan barang dalam jumlah yang tak terkendali dan menyimpannya dengan berantakan. Barang-barang tersebut mungkin tak memiliki nilai materi yang berarti, bahkan seringkali tak ada nilai sama sekali. Namun, bagi mereka yang terperangkap dalam kegelapan penimbunan, setiap objek tersebut adalah sebuah harta yang tak ternilai.

Penyebab dari gangguan penimbunan sendiri masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. Beberapa di antaranya adalah gangguan mental seperti depresi, skizofrenia, atau OCD, serta latar belakang keluarga yang tidak mengajarkan cara memilah barang dengan bijak.

Baca Juga: Bisa mengatasi berbagai penyakit kulit! Orang Bulukumba menyebutnya daun 'galingkang'

Tak jarang, mereka yang menderita hoarding disorder juga mengumpulkan hewan yang terlantar, meskipun sayangnya, mereka tidak selalu mampu merawatnya dengan baik.

Gejala-gejala gangguan penimbunan muncul dengan tanda-tanda yang sulit diabaikan. Mereka yang terjangkiti penyakit ini cenderung kesulitan membuang barang-barang yang sebenarnya tak lagi mereka perlukan. Bahkan, proses mengambil keputusan sederhana pun bisa menjadi beban yang sangat berat bagi mereka. Dan jika seseorang mencoba membersihkan atau menyentuh barang-barang yang mereka simpan dengan cermat, rasa cemas melanda.

Mungkin yang paling mencolok adalah ketika gangguan penimbunan mulai menghancurkan fungsi ruangan dalam rumah. Kamar tidur menjadi tidak nyaman, dapur tidak berfungsi dengan baik, dan kehidupan sosial mulai terpinggirkan. Orang dengan hoarding disorder seringkali melarang orang lain membersihkan rumah mereka, seolah-olah barang-barang itu adalah bagian tak terpisahkan dari diri mereka.

Baca Juga: Bisa menyesal jika mengabaikan khasiat tanaman ini! Orang Bulukumba menyebutnya 'paipai'

Mengutip penjelasan dari laman Nhs.uk, gangguan penimbunan barang adalah kondisi di mana seseorang mengumpulkan sejumlah besar barang dan menyimpannya secara berantakan, biasanya menghasilkan kekacauan yang tidak terkendali. Barang-barang tersebut bisa memiliki sedikit atau bahkan tidak ada nilai moneter.

Menimbun barang dianggap sebagai masalah yang signifikan jika:

  • Jumlah kekacauan mengganggu kehidupan sehari-hari, misalnya seseorang tidak dapat menggunakan dapur atau kamar mandi mereka dan tidak dapat mengakses ruangan-ruangan.
  • Kekacauan tersebut menyebabkan penderitaan yang signifikan atau berdampak negatif pada kualitas hidup orang tersebut atau keluarganya, misalnya mereka menjadi sedih jika seseorang mencoba membersihkan kekacauan dan hubungan mereka terganggu.

Baca Juga: Rugi kalau tidak tahu khasiat tanaman ini! Orang Bulukumba menyebutnya 'lippujang'

Masalah kesehatan mental

Gangguan menimbun barang sulit diobati karena banyak orang yang menimbun barang seringkali tidak melihatnya sebagai masalah atau memiliki sedikit kesadaran tentang bagaimana hal tersebut memengaruhi kehidupan mereka atau kehidupan orang lain.

Beberapa orang mungkin menyadari bahwa mereka memiliki masalah, tetapi enggan mencari bantuan karena mereka merasa sangat malu, terhina, atau bersalah.

Sangat penting untuk mendorong seseorang yang menimbun barang untuk mencari bantuan, karena kesulitan mereka dalam membuang barang dapat tidak hanya menyebabkan kesepian dan masalah kesehatan mental, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.

Ironisnya, orang yang menderita gangguan penimbunan sering kali tidak menyadari bahwa perilaku ini bermasalah. Sebagian besar dari mereka enggan untuk mencari bantuan medis. Oleh karena itu, jika Anda melihat gejala hoarding disorder pada diri sendiri atau seseorang yang Anda kenal, penting untuk mengajak mereka untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental.

Diagnosa hoarding disorder 

Mengutip laman Mayo Clinic, proses diagnosis hoarding disorder melibatkan wawancara mendalam dengan pasien untuk memahami sejarah hidup dan kebiasaan mereka dalam mengumpulkan dan menyimpan barang. Dokter juga dapat berbicara dengan orang-orang terdekat pasien dan melakukan penilaian berdasarkan panduan yang telah ditetapkan, seperti Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Untuk mengatasi gangguan penimbunan, terdapat dua pendekatan utama: terapi psikologis (psikoterapi) dan penggunaan obat-obatan. Terapi perilaku kognitif membantu pasien untuk mengatasi keinginan mereka untuk menimbun barang dan membantu mereka membuang barang-barang yang tak diperlukan. Selain itu, obat-obatan, seperti antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dapat diresepkan jika pasien juga menderita gangguan mental lain seperti depresi atau kecemasan.

Selain pengobatan medis, langkah-langkah praktis juga dapat membantu dalam proses pemulihan. Membuat daftar barang-barang di rumah, mengelompokkan barang-barang menjadi kategori "disimpan," "buang," "daur ulang," atau "sumbangkan," serta membersihkan satu ruangan per hari atau per minggu, adalah beberapa tindakan yang dapat diambil.

Namun, gangguan penimbunan yang tidak diobati dapat berdampak serius pada kualitas hidup seseorang dan membawa berbagai komplikasi, mulai dari risiko kebakaran hingga isolasi sosial. Oleh karena itu, pencegahan dengan mengatasi masalah mental yang mendasarinya adalah langkah yang sangat penting.

Gangguan hoarding disorder adalah cerita yang memilukan dan rumit. Ia adalah kisah tentang ketidakmampuan seseorang untuk melepaskan kenangan masa lalu yang terikat pada benda-benda, sebuah kisah yang harus dipecahkan dengan pengertian, perawatan, dan dukungan.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler