AS mediasi pihak-pihak yang bertikai di Sudan untuk berunding di Jeddah

- 6 Mei 2023, 16:53 WIB
 Perang baru di Sudan kembali terjadi pada tanggal 29 April 2023, setelah disepakati adanya gencatan senjata antara kubu militer dan kubu RSF selama tiga hari.
Perang baru di Sudan kembali terjadi pada tanggal 29 April 2023, setelah disepakati adanya gencatan senjata antara kubu militer dan kubu RSF selama tiga hari. /Anadolu

WartaBulukumba - Langit masih menyala dalam perang saudara di zona-zona terpenting Sudan dan tidak segera keluar dari kemelut.

Kelompok-kelompok militer yang saling bersaing memperebutkan kekuasaan sedang terjebak dalam konflik yang coba diurai dunia internasional. 

AS sedang tampil sebagai mediator antar pihak-pihak yang terjerumus konflik.

Baca Juga: Penulis dan studio Hollywood memasuki persaingan keras melawan AI

Dilansir dari Reuters pada Sabtu, 6 Mei 2023, mediator internasional mengatakan,pihak-pihak yang bertikai di Sudan akan mengadakan pembicaraan pada Sabtu di kota Jeddah, Saudi.

Konflik Sudan sejauh ini telah menewaskan ratusan orang dan membuat sekitar 100.000 orang melarikan diri ke luar negeri.

Inisiatif AS-Saudi adalah upaya serius pertama untuk mengakhiri tiga minggu pertempuran yang telah mengubah sebagian Khartoum menjadi zona perang dan menggagalkan rencana yang didukung internasional untuk mengantarkan pemerintahan sipil setelah bertahun-tahun kerusuhan dan pemberontakan.

Baca Juga: Mengandung zat berbahaya, Indomie Rasa Ayam Spesial ditarik dari Taiwan

Riyadh dan Washington menyambut "pembicaraan pra-negosiasi" antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, dan mendesak mereka untuk secara aktif terlibat setelah banyak gencatan senjata yang dilanggar.

Tapi ada tanda-tanda awal bahwa kedua belah pihak tetap tidak mau berkompromi untuk mengakhiri pertumpahan darah.

Di kota Bahri di seberang Sungai Nil dari Khartoum, pesawat tempur terdengar semalaman dan ledakan mengejutkan penduduk.

Baca Juga: Sejarah panjang perang saudara di Sudan dimulai sejak tahun 1956

"Kami tidak meninggalkan rumah karena kami takut peluru nyasar," kata seorang penduduk setempat yang menyebut namanya Ahmed.

Seorang saksi mata di Khartoum Timur melaporkan bentrokan senjata dan serangan udara di daerah pemukiman pada hari Sabtu.***

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah