Kisah pilu seorang ayah di Afghanistan, menjual anak untuk bertahan hidup

- 9 September 2021, 20:30 WIB
Foto Ilustrasi anak-anak Afghanistan.
Foto Ilustrasi anak-anak Afghanistan. /Pixabay/Wikilimages

WartaBulukumba - Seorang ayah di Afghanistan sedang didera putus asa sehingga memutuskan menjual anak.

Ia mengatakan bahwa dia siap untuk menjual putrinya sehingga dia dapat menyelamatkan tujuh anggota keluarganya dari kelaparan.

Sang anak yang masih berusia empat tahun itu dinilainya memiliki kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik jika diasuh orang lain.

Baca Juga: Wanita Afghanistan dilarang bermain olahraga, kata Taliban

Ia seorang mantan polisi Mir Nazir mengatakan kepada The Times of London bahwa dia sudah dalam negosiasi untuk menggadaikan anak bungsunya ketika keluarganya berjuang untuk bertahan hidup setelah ekonomi negara itu runtuh setelah pengambilalihan oleh Taliban.

"Saya lebih suka mati daripada harus menjual putri saya," kata Nazir, 38, kepada surat kabar Inggris.

“Tetapi kematian saya sendiri tidak akan menyelamatkan siapa pun di keluarga saya. Siapa yang akan memberi makan anak-anak saya yang lain? Ini bukan tentang pilihan. Ini tentang keputusasaan,” katanya.

Baca Juga: 600 anggota Taliban tewas diserang pemberontak Afghanistan

Nazir mengatakan dia bahkan tidak mampu membayar sewa apalagi makanan setelah kehilangan pekerjaannya sebagai polisi hanya beberapa hari sebelum Taliban mengambil alih , mengirim ekonomi Afghanistan berputar ke rekor nilai tukar yang rendah.

“Saya mendapat tawaran dari seorang pemilik toko, seorang pria yang saya kenal yang tidak memiliki anak,” lanjut ayah lima anak yang kini berusaha mencari uang sebagai porter di sebuah bazar di ibu kota, Kabul.

“Dia menawarkan 20.000 Afghanistan untuk putri saya Safia untuk tinggal bersamanya dan mulai bekerja di tokonya,” katanya.

Baca Juga: Pasukan khusus Inggris menyamar sebagai wanita di Afghanistan, Taliban tertipu

“Tapi saya tidak bisa menjual putri saya dengan harga serendah itu, jadi saya meminta 50.000,” katanya.

“Kami masih berdiskusi. Dia mungkin memiliki masa depan yang lebih baik dengan bekerja di toko daripada tinggal bersama saya, dan harganya dapat menyelamatkan keluarga saya,” katanya, mencatat pembeli berjanji dia bisa “membelinya kembali” jika nanti dia mendapat cukup uang.

“Kami lega bahwa perang dan pertempuran telah berakhir … tetapi kami semua menghadapi musuh baru: kemiskinan,” kata Nazir kepada surat kabar Inggris.***

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x