Tragedi poliandri Desa Paccing: Seorang lelaki Bulukumba tewas ditebas parang

23 Agustus 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi pembunuhan - Tragedi poliandri Desa Pacing: Seorang lelaki Bulukumba tewas ditebas parang /Pixabay

WartaBulukumba.Com - Langit gelap membungkus Desa Paccing yang hening pada dini hari yang tak menyangka dipeluk tragedi. Jarum jam menunjuk titik 04.00 WITA saat seorang lelaki Bulukumba ditemukan terkapar tak bernyawa.

Lelaki Bulukumba yang malang itu berinisial AS (31), menempuh jarak puluhan kilometer untuk menjemput anaknya di Desa Pacing, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone.

AS adalah suami kedua dari SR (22). Kisah mereka yang terjalin dengan  kerumitan poliandri akhirnya berujung tragis. 

Baca Juga: Polisi tembak polisi di Rusun Polri Cikeas! Bripda IDF tewas di tangan sesama anggota Densus 88

Kronologi peristiwa pembunuhan

Kegelapan masih merayap saat bunyi telepon seluler menembus kesunyian,  menjadi pemicu awal dari peristiwa kelam yang terurai di sudut desa ini.

AS menelepon SR dengan maksud  untuk membawa pulang anaknya ke Bulukumba. 

Kasi Humas Polres Bone, Ipda Rayendra, menggambarkan momen kejadian pembunuhan sadis tersebut.

Baca Juga: Kabupaten Bulukumba 'destinasi' judi sabung ayam? Dari 17 pelaku yang diciduk sebagian dari luar daerah

"Korban yang merupakan suami kedua dari SR (22), dia menelpon anaknya dengan maksud ingin mengajak anaknya untuk dibawa ke Bulukumba," jelas  Ipda Rayendra melalui keterangan tertulis pada Selasa, 22 Agustus 2023.

Suami ketiga SR, yaitu SN meninggalkan rumah dengan alasan ingin buang air besar.

"Terduga pelaku mendengar pembicaraan tersebut dan emosi karena ada kata-kata yang menyinggung perasaannya. Setelah menelpon, terduga pelaku mengatakan kepada istrinya dalam bahasa Bugis, 'loka keloi' (mauka bunuh)," terang  Ipda Rayendra.

Korban, AS, suami kedua SR, ditemukan terbujur kaku. Tubuhnya luka parah, bekas sabetan parang menghiasi tubuhnya. Luka di pipi kanan, tangan kanan nyaris putus, ada tusukan di dada kanan, luka terbuka di tangan kiri, dan ibu kaki kanan yang terputus. SN, terduga pelaku, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Baca Juga: Dugaan pungli di Rutan KPK, Direktur PILHI: 'Harus diusut tuntas!'

Pernikahan yang rumit

Perempuan itu, Suriani (22) yang berasal dari Dusun 5 Bekku, Desa Paccing telah bertaut dengan dua kata: poliandri dan pembunuhan.

Perjalanannya dalam ikatan perkawinan telah melintasi tiga babak berbeda dalam hidupnya. Namun, ironi membawa cerita berakhir dalam tragedi.

Pertama, pernikahan pendek yang pertama karena suaminya meninggal dunia. Kedua, pernikahan dengan AS (31) yang berbuah seorang anak. Dan ketiga, pernikahan diam-diam dengan pria bernama SN.

Baca Juga: Patmor ciptakan rasa aman di Kota Bulukumba, warga Rilau Ale keluhkan bising berlebihan knalpot modifikasi

Periode pertama mencatatkan pernikahan singkat yang menggoreskan luka dan kenangan. Periode kedua membawa AS sebagai suami, menciptakan tali yang tak terputus dengan seorang anak sebagai buah cinta.

Pernikahan ketiga yang berbau poliandri membawa Suriani menuju pelukan SN. Sebuah percintaan yang rumit dan rawan bahaya.

Dalam hitungan waktu singkat, drama poliandri ini berubah menjadi tragedi. SN melancarkan tindakan tak terduga yang mengubah segalanya. Pamit dengan alasan ingin buang air besar, SN memulai langkah tragisnya.

Dan di malam itu, langit biru kelam menyaksikan keberadaannya saat ia menghampiri rumah AS, membawa parang sebagai alat pembunuh. AS, lelaki yang tak sadar bahwa kematian telah mendekat, terbaring tertidur.

Kejamnya hidup mempertemukan mereka, takdir bermain di tangan pelaku. Serangan parang terjadi dengan cepat, menghantam tubuh yang tak berdaya. Jejak-jejak penderitaan yang dalam tertulis dalam luka-luka yang tergores.

Saat ini polisi masih terus memburu terduga pelaku, SN yang menghilang tanpa jejak sejak peristiwa maut itu mengguncang Desa Paccing.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler