WartaBulukumba.Com - Lagu 'Palestina' diciptakan Iwan Fals pada tahun 2017 dengan lirik yang tajam dan puitis merefleksikan realitas pedih yang tengah berlangsung di sepotong Bumi Syam.
Lirik yang terhanyut dalam nada musik ini mengeksplorasi kehidupan, perjuangan, dan kepedihan di balik konflik tak berkesudahan di Palestina.
Pesan yang disampaikan Iwan Fals begitu mencengkeram hati. Air mata yang mengalir sejak zaman nabi hingga kini, menjadi lambang kepedihan yang tak kunjung usai. Lirik ini mengingatkan bahwa masalahi Palestina bukanlah sekadar masalah masa kini, tetapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang umat manusia yang lemah.
Baca Juga: Lirik dan terjemahan lagu 'Atuna Tufuli': Berikan kami masa kecil, berikan kami kesempatan
Lirik lagu 'Palestina'
Berikut lirik lagu ''Palestina'' Ciptaan Iwan Fals.
Palestina, bukan soal agama
Ini hanya soal tanah semata, siapa yang tak ingin merdeka
Anak suci pulang, dipelukan orang tuanya
Wajahnya masih tersenyum, dibawa lari orang orang di jalanan
Gaza, Gaza, Gaza, Panggung setan paling tega
Gaza, Gaza, Gaza, Tank dilempar batu, perempuan kecil pukul serdadu
Jet tempur diketapel dan bom bom hari hari
Orang pamer kuasa, atas nama apa saja
Baca Juga: Lirik dan terjemahan lagu 'We Will Not Go Down' Michael Heart: 'Kami Tidak Akan Menyerah'
Intifadah - dengan polosnya menasehati dunia
Cukong cukong senjata pesta pesta, tari perut gahwa dan shisha
Di bawah purnama padang pasir yang anyir
Palestina - saudaraku di Gaza
Bertanya pada bangsa bangsa yang bego, tak ada guna percuma saja
Oh dunia, ini air mata
Sejak jaman nabi nabi hingga kini
Bagai air suci yang memancar tak henti henti
Baca Juga: Lirik lagu 'Kanjuruhan' Iwan Fals, diksi-diksi menyayat 'gas airmata' hingga 'napas tersedak'
Oh dunia ini airmata
Sejak jaman sebelum Adam diusir surga
Sebagai persembahan sejarah umat manusia yang lemah
Palestina, bisa jadi soal agama
Hanya karena tanah semata, bagi yang ingin merdeka.
Makna dan pesan mendalam
Melalui lagu ini, Iwan Fals menyoroti esensi Palestina bukan semata soal agama. Ini adalah narasi tentang hak atas tanah, keinginan akan kebebasan yang universal. Melalui gambaran anak-anak yang menjadi korban, lirik ini menunjukkan sisi kemanusiaan yang terinjak-injak oleh kebiadaban penjajah.
Ketidakadilan, kebrutalan, dan penderitaan yang mengemuka dalam kata-kata ini menohok hati nurani.
"Gaza, Gaza, Gaza" — panggung paling tragis dari konflik ini. Tank yang berhadapan dengan batu, perempuan kecil yang terkena dampak kekerasan, jet tempur dan bom yang tak henti-hentinya. Semuanya menyiratkan kekejaman yang tak terbayangkan.
Intifadah yang disebutkan, dengan polosnya menasihati dunia. Ia menjadi suara yang tulus, menegaskan kebutuhan akan solidaritas global untuk mengakhiri kebrutalan yang tak berkesudahan. Namun, ia juga merenungkan bahwa dunia tampaknya tutup mata, membiarkan penderitaan terus berlangsung.
Di antara gambaran kekerasan, lirik-lirik ini juga menyelipkan citra keindahan dan identitas budaya yang terpahat dalam sejarah Palestina. Gahwa, shisha, padang pasir yang anyir, semuanya adalah elemen kehidupan sehari-hari yang berlawanan dengan kekerasan dan ketidakadilan yang mereka alami.***